Mencintaimu adalah takdir terindah dalam hidupku. Membuat saraf otakku berhenti seketika saat aliran darah ini memompa namamu. Bertalu kencang saat setiap sentuhan cintamu menghentakan jantungku. Aku mencintaimu dengan dan tanpa alasan. (Y Couple)

Category Archives: Romance

Tittle                                    : Love Is…

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Choi Year

 

Blog                                       : http://ImELFChoiYera.wordpress.com

 

Genre                                  : AU! Gaje, romance, sad

 

Lenght                                : 1 of ?

 

Words                                 : 2,848

 

Cast                                     : Park Hyo Ra ; Cho Kyuhyun ; Lee Donghae

 

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-8, All Cast milik Tuhan YME,  DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

 

 

Masalahnya tidak semudah itu…

Ini terlalu sakit untuk dirasa…

 

 

 

 

 

Gadis itu bergelut dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Menangis tertahan. Merasakan hatinya terus teriris. Merasakan ruang sesak dalam hatinya. Rindu yang tak berujung. Rindu yang kehilangan arah. Rindu yang tak mengenal waktu. Haruskah rindu seperti ini?? Inilah dia jika rindu sudah mendera. Tangisan yang mewakili. Tak bisa menjamah orang yang dirindukan. Tak bisa menyentuh orang itu. Wajarkah rasa itu?? Ya Tuhan berikan jawaban dari apa yang dipikirkan gadis itu.

 

 

Ia teringat ketika namjachingu-nya itu diusir oleh ayahnya. Sungguh demi apapun yang ada di bumi ini, ia terluka melihatnya. Terluka melihat cintanya yang tak kunjung direstui. Terluka karena orang yang dicintai terusir oleh ayahnya di depan mata kepalanya sendiri. Ia dilema, antara ayahnya atau kekasihnya. Ia tak ingin jika menjadi anak durhaka, tapi ia juga tak ingin melepaskan kekasih yang amat ia cinta. Kekasih yang selalu menemaninya selama 3 tahun terakhir. 3 tahun?? Bukankah waktu 3 tahun itu sangat lama?? Waktu yang mempunyai banyak kenangan. Haruskah terhapus begitu saja?? Haruskah terlupakan begitu saja?? Ini yang membuat gadis itu seperti kehilangan separuh nyawanya. Separuh oksigen dalam hidupnya.

 

 

Gadis itu membuka setengah selimutnya. Memandang langit-langit kamarnya. Matanya sembab kentara sekali kalau ia seperti menangis semalaman. Menangis karena rindu?? Oh…apa itu terdengar berlebihan??

 

 

Gadis itu duduk di tepian bed. Memandang lurus ke sebuah benda yang terpasang indah di dinding kamarnya. Sebuah foto dirinya dengan kekasihnya, lantas gadis itu tersenyum gamang. Park Hyo Ra – nama gadis itu – beranjak menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya agar tidak terlalu terlihat sembab. Pasalnya hari ini ia mesti berangkat ke kampus. Hari pertama ia menjadi mahasiswa. Tidak etis bukan, jika ia berangkat ke kampus dengan mata sembab?? Apalagi jika ayahnya mengetahui hal ini, akan menjadi nilai tambah untuk alasan menjauhkan Lee Donghae dari hidupnya.

 

 

 

 

Lee Donghae dengan kadar ketampanan yang…err…seperti pangeran ini, sungguh sangat mencintai Hyo Ra dengan tulus. Lee Donghae seorang pria yang tidak disukai oleh ayahnya karena pria itu pecandu narkoba. Tuan Park beralasan kalau ia takut jika anaknya terjerumus ke benda bernama narkoba. Ia takut jika Donghae membawa dampak buruk pada Hyo Ra. Padahal jauh di dasar hati Donghae, pria itu tidak akan menjerumuskan Hyo Ra. Membiarkan dirinya saja yang masuk lebih dalam.

 

Itulah alasan yang membuat Hyo Ra juga mematuhi perintah ayahnya. Mematuhi untuk kebaikan Donghae. Padahal gadis itu jelas-jelas sudah meminta Donghae untuk berubah. Meninggalkan kehidupannya yang bergantung dengan narkoba.

 

“Chagi…kau sudah bangun??” suara ibu Hyo Ra memecah lamunannya. Dengan perasaan masih campur aduk, Hyo Ra menghapus air matanya yang mungkin masih tersisa lantas membuka pintunya. Tersenyum…kecut.

 

“Ne, eomma…tetapi aku akan pergi mandi sebentar..” ucapnya dengan suara yang sengaja ditegarkan.

 

“Kalau sudah eomma tunggu di bawah…” mengerti akan maksud kedatangan ibunya itu, Hyo Ra mengangguk dan tersenyum.

 

Hyo Ra mengguyur dirinya dengan air dingin berniat untuk mendinginkan pikirannya. Entahlah perasaannya terlalu hambar untuk sekarang. Gadis itu lantas mematut dirinya di depan cermin. Masih memakai kimono, ia mencoba menyamarkan matanya yang sembab. Ia berjalan menuju lemari pakaian dan tangannya terulur ke sebuah dress berwarna soft pink yang pernah diberikan oleh Donghae. Hyo Ra terdiam untuk sesaat, lantas ia menggelengkan kepalanya dan beralih ke sebuah dress selutut bermotif bunga-bunga. Mengambil high heels dan langsung berjalan keluar kamarnya. Terlihat Tuan Park sedang menyiapkan sarapan berupa roti untuk Hyo Ra.

 

“Chagi…ini untukmu.” Astaga…bagaimana mungkin Hyo Ra membenci sosok ayah seperti itu?? Seharusnya ia yang menyiapkan sarapan untuk ayahnya itu, kenapa harus sang ayah?? Hyo Ra mendekati sang ayah dan mencium pipi ayahnya itu. Kali ini ia memamerkan senyum tulusnya.

 

“Kau lupakan saja jika tetap ingin memasuki Inha University  bersama dengan pria itu.” Hyo Ra diam. Menikmati sarapannya yang sejatinya sangat tidak enak…di hati.

 

“Kau harus mematuhi ayah.” Hyo Ra tetap diam. Menahan genangan air mata di pelupuk matanya.

 

‘Mematuhi’?? Kata yang sangat sensitif di gendang telinganya. Ia bahkan menjauhi Donghae demi ayahnya itu, dan ia juga harus mematuhi ayahnya untuk melanjutkan study-nya di Kyunghee University…membiarkan harapannya untuk melanjutkan ke Inha University bersama dengan Donghae pupus sudah.

 

 

“Ayah…ibu…mianhaeyo…aku harus cepat ke kampus. Sudah hampir terlambat.,” ujarnya sembari menaruh roti yang baru digigit setengah ke piring dan membiarkan orang tuanya menatap bingung. Sebenarnya itu usaha gadis itu untuk menghindar dari setiap omongan Tuan Park yang mungkin akan membuat hatinya kembali tercabik.

 

 

 

 

 

=========

 

 

 

 

“Hyo-ya…” Hyo Ra berhenti. Wajahnya menegang. Ia takut untuk memutar tubuhnya. Ia sangat takut jika suara yang ia dengar hanya ilusinya saja. Suara yang mungkin akan menambah rasa rindunya. Suara dari Lee Donghae. Hyo Ra menghela lantas kembali melanjutkan langkahnya sampai sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya. Hyo Ra terperanjat ketika tangan itu memutar tubuhnya. Hampir saja Hyo Ra memeluk pria di hadapannya kalau ia tidak ingat janjinya dengan sang ayah.

 

Donghae mematung, ia menyadari perubahan yang diperlihatkan oleh Hyo Ra. Ia mencoba tersenyum ‘sewajarnya’ pada gadis itu.

 

“Mianhae, aku sudah sangat terlambat,” ujar Hyo Ra dengan nada sedikit gemetar sembari melepaskan cengkraman tangan Donghae yang sedikit kendur, namun Donghae tetap sigap mencengkram tangan Hyo Ra.

 

“Aku ingin kita kembali seperti dulu.” Hyo Ra terdiam. Menatap lemah manic mata Donghae yang terlihat memerah. Menatap miris tubuh Donghae yang semakin hari semakin kurus karena narkoba. Ingin sekali Hyo Ra memukul Donghae seperti dulu jika pria itu menyiksa dirinya terus menerus. Tapi saat ini berbeda…Donghae bukanlah miliknya lagi.

 

“Aku akan kembali padamu jika kau menjauh dari narkoba. Jika kau berubah Donghae-ssi.” Donghae terhenyak dengan embel-embel –ssi untuknya. Begitu cepatkah gadis itu melupakannya??

 

“Aku tidak bisa, Hyo-ya…jeongmal mianhae.” Cengkraman Donghae mengendur dengan sendirinya.

 

“Walaupun demi aku, kau tetap tidak bisa?? Kau tidak ingin memasuki panti rehabilitasi?? Tidak ingin sembuh?? Kau tidak mencintaiku, oppa??” pertahanan Hyo Ra jebol, gadis itu menangis. Lagi. Lantas lebih memilih pergi meninggalkan Donghae yang menunduk.

 

“Aku tetap mencintaimu, Hyo Ra-ya!!!” pekik Donghae ketika gadis itu sedikit jauh dari jaraknya berdiri.

 

 

 

 

=================

 

 

 

“Hyo-ya, kau tak apa??” sapa Hye Jin – sahabat – Hyo Ra. Gadis yang memakai dress selutut berwarna soft pink itu hanya melempar senyuman pada Hye Jin dan detik kemudian ia berhambur ke pelukan Hye Jin. Menumpahkan seluruh tangisnya. Hye Jin mengusap punggung Hyo Ra. Mebiarkan Hyo Ra menaangis. Mungkin dengan tangisan Hyo Ra bisa sedikit tenang.

 

“Kau mau bercerita??” tanya Hye Jin ketika Hyo Ra mengusap air matanya. Menghentikan tangisnya.

 

“Jika kau tidak ingin bercerita…tidak apa.” Tambahnya sembari mencengkram lembut punggung Hyo Ra.

 

“Donghae oppa…dia…dia menemuiku..” ujar Hyo Ra di sela tangisnya. Hye Jin membelalakan matanya. Terkejut. Karena gadis itu tahu permasalahan yang dialami oleh Hyo Ra.

 

“Lalu??”

 

“Dia tetap seperti dulu. Dia tidak ingin berubah, Hye Jin-ah… dia tidak mencintaiku.” Hyo Ra kembali tersedu. Ingatannya tentang Donghae kembali berputar dalam otaknya seperti kemidi putar. Membuatnya sakit dan terluka.

 

“Aku tidak tahu harus berbicara apa, Hyo-ya. Aku tidak bisa merasakan apa yang kau rasa, namun aku mengerti bagaimana rasa itu. aku juga tidak tahu aku harus melakukan apa untukmu. Yang kutahu sekarang, aku membiarkanmu menangis dan akan melarangmu jika kau menangis lagi karena pria bodoh itu. Pria yang menyia-nyiakanmu. Kau harus kuat Hyo-ya.. jika Donghae memang benar mencintaimu, dia akan bisa berubah untukmu. Sesulit apapun kata perubahan itu untuk dilaksanakan, jika sudah menyangkut cinta, kata itu tidak bermakna lebih lagi. Kau jangan terpuruk seperti itu.”

 

“Menangislah jika kau ingin menangis. Tapi, menangislah untuk orang yang tepat. 3 tahun itu memang lama…sangat lama bahkan. Tapi, 3 tahun itu tidak ada artinya jika Donghae tetap seperti itu. Jalani hidupmu. Lupakan Donghae. Aku mengerti maksud dari perkataan ayahmu itu. Aku tak ingin membebankanmu dengan ucapanku ini. Jalani sesuai kata hatimu. Mianhae jika aku terlalu ikut campur.” Hyo Ra terdiam mendengar penuturan dari Hye Jin. Gadis itu berusaha untuk mencerna kembali dari tiap kata Hye Jin lantas kembali memeluk Hye Jin.

 

 

 

 

 

======================

 

 

 

 

Donghae melajukan ducati merahnya dengan begitu cepat. Sengaja ingin melupakan setiap perlakuan dan omongan dari Hyo Ra. Ia tahu ia memang tidak berguna menjadi kekasih dari Hyo Ra, tapi ia tak ingin jika ia dianggap tidak mencintai gadis itu. Sungguh demi apapun, ia benar-benar mencintai Hyo Ra. Gadis pertama dan yang akan menjadi pelabuhan terakhir dalam cintanya.

 

Tes

 

Donghae menangis. Mengingat semua kenangan bersama gadis itu.

 

“Mianhae, Hyo-ya… mianhae, karena aku tidak bisa berubah untukmu. Mainhae jeongmal mianhae…” ujar Donghae dengan suara serak dari balik helm yang dipakainya. Melajukan lebih lagi menuju sebuah club malam. Membiarkan jiwanya bebas lagi dengan narkoba dan alcohol.

 

 

 

 

 

==================

 

 

 

 

Seorang pria berprawakan tinggi, berkulit putih dan terlihat sedikit dingin berjalan dengan tangan dimasukkan ke salah satu kantung jeans-nya sembari membenarkaan letak kacamata hitamnya. Wajah tampannya membuat sebagian mahasiswi yang melihat terpana, bahkan sampai ada yang mengenyampingkan rasa malunya mendekati pria itu. mencari perhatian pria itu dan berakhir tragis. Sang pria tidak secuilpun menaruh perhatian pada para gadis dan tetap melanjutkan jalannya.

 

 

“Hye Jin-ah…” sapa pria itu pada Hye Jin ketika ia memasuki sebuah ruangan. Hye Jin terperanjat medengar suara kakak sepupunya itu. Ia kemudian menoleh dan membiarkan Hyo Ra menghapus air matanya.

 

“Oppa…kapan kau kembali??” tanya Hye Jin. Cho Kyuhyun – pria itu tersenyum hangat padanya. Berbeda sekali dengan Kyuhyun saat berjalan di koridor kampus. Pria itu seperti mempunyai dua kepribadian yang akan cepat berubah.

 

“Aku kembali, baru saja.” Hye Jin mengernyit lantas menoleh kembali pada Hyo Ra yang masih menghapus air matanya sembari menundukkan kepalanya. Hyo Ra mendongak lantas tersenyum pada Hye Jin kemudian gadis itu beranjak hendak pergi. Kyuhyun yang berada di depan ruangan itu menatap dingin mata Hyo Ra yang berbalas menatapnya tanpa ekspresi.

 

Hye Jin pu mendekati Kyuhyun, menepuk pundak Kyuhyun ketika pria itu meanatap punggung Hyo Ra yang semakin menjauh.

 

“Kau menyukainya??” Kyuhyun terperanjat lantas menggeleng kuat dan meninggalkan Hye Jin. Meninggalkan?? Bukankah pria itu datang untuk menemui Hye Jin??

 

“Yak!! Kau mau kemana, oppa?? Bukankah kau ingin menemuiku??” sungut Hye Jin kesal sembari berlari kecil mengikuti langkah Kyuhyun yang cepat.

 

“Sudah tidak berminat,” ujar Kyuhyun tanpa menoleh sedikitpun pada Hye Jin. Hye Jin mengerucutkan bibirnya kemudian hendak memukul kepala Kyuhyun yang tinggi pria itu tidak terlalu terpaut jauh dengannya danterhenti di udara ketika itu berbalik menatapnya tajam.

 

“Apa yang ingin kau lakukan??” tanya Kyuhyun tajam, Hye Jin hanya menggeleng dibarengi cengiran dengan wajah tanpa dosa. Kyuhyun kembali melanjutkan langkahnya, memasang headset menghindari kasak-kusuk gadis-gadis lain yang sengaja mencari perhatiannya.

 

Hye Jin mendengus dan menyamai langkah Kyuhyun, menatap saudara sepupunya itu dengan kesal.

 

“Kau kesini bersama Chae Ri eon??” pertanyaan Hye Jin itu menghentikan langkah Kyuhyun. Menatap gadis itu tajam kemudian menghela nafas kasar.

 

“Bisakah tidak menyinggung Chae Ri??” Hye Jin mengernyit lantas menepuk dahinya keras. Ia seperti menyadari sesuatu. Kalimatnya barusan menyinggung perasaan Kyuhyun. Membuka luka hati sepupunya itu.

 

“Mianhae…”

 

 

 

 

 

==================

 

 

 

 

Hyo Ra duduk di sebuah kursi yang terletak di sebuah café. Kenangannya bersama Donghae. Mata gadis itu menerawang kembali kenangannya bersama Donghae dulu. Ada sebuah rasa yang menyesakkan dadanya.

 

“Tidak bisakah kau berkorban untukku sekali saja??” lirih Hyo Ra dengan air mata yang menetes di pipinya. Hati Hyo Ra bergemuruh hebat saat telinganya mendengar sayup-sayup lagunya bersama Donghae dulu.

 

Jigum wason malhal suga obso

 (Ku tak bisa katakan ini sekarang)


Noye gijok gu modun ge hwansang gata

(Kau keajaiban, semuanya ini seperti sebuah ilusi)


Majimak ni mosup sok

(Gambaran terakhir darimu)


Sosohi giok sogeman Jamgyojyo ganun gotman gata
(Perlahan-lahan menyelam kedalam pikiranku)

 

Odinga eso nal bogo issulkka
(Apa kau melihatku dari suatu tempat?)
Huhwe haedo nujo boryo bol su obso
(Jika kau menyesalinya, ini sudah terlambat, kau tak bisa melihatku)
Chuoge gurimjae
(Bayangan kenangan indah)
Chok chokhan nae nunmul dullo gu jaril jikyobogo isso
(Ku menangis seraya memperhatikan atas tempat itu)

Gu mal mot hae jongmal mot hae
(Ku tak bisa mengatakannya, benar-benar tak bisa)
Niga nae yope issul ttaemankum mianhade guge andwae
( Ketika kau ada disisiku, aku minta maaf, tapi ku tak bisa)
Ijen modun ge ttollyowa
(Segalanya datang padaku gemetaran)

 

Jogum do gidarida
(Ku takut bila ku menunggu sedikit lebih lama)
Kkum sogul hemaeida
(Dan mengembara dalam mimpiku)
Gyolguk ni aneso nunul gamulkka bwa
(Aku kan menutup mataku untuk dirimu)

 

Gojima do gojima
(Jangan pergi, jangan pergi lagi)
Nae gyote issojul sunun omni
(Tak bisakah kau tetap disisiku?)
Gojitmal da gotjimal
(Bohong, semuanya bohong)
Jonhyo dullijiga anha
(Ku tak bisa mendengar apapun)
Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)
Han madi boyojul sunun omni
(Tak bisakah kau tunjukanku satu kata itu?)

Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Tto dashi saranghae jugenni
(Akankah kau mencintaiku lagi?)

 

Bolsso irokedo jina wasso
(Sudah berlalu seperti ini)

Noye hunjok chajabwado jiwo jyosso
(Bila ku lihat jejakmu, ku tak bisa menemukannya karena itu sudah terhapus)

Majimak ni giokdo
(Kenangan terakhirku darimu)

Nunmure teyop soguro jamgyojyo ganun gotman gata
(Tenggelam dalam pusaran airmataku)

 

Iman kkutnae narul kkutnae
(Sekarang berakhir, ku selesaikan)

Niga nae yope itji antamyon
(Jika kau tak disisiku)

Mianhande iman galge
(Maaf, aku pergi)

Ije noye girul ttara
(Sekarang ikuti jalanmu)

Kkut omnun girul ttara
(Ikuti jalan yang tiada akhir)

Nol chaja he meida gyolguk norul irkoso sulponam halkka bwa
(Ku takut kehilanganmu setelah berkelana, mencarimu dan akhirnya menemukanmu)

 

Gojima do gojima
(Jangan pergi, jangan pergi lagi)

Nae gyote issojul sunun omni
(Tak bisakah kau tetap disisiku?)

Gojitmal da gotjimal
(Bohong, semuanya bohong)

Jonhyo dullijiga anha
(Ku tak bisa mendengar apapun)

Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Han madi boyojul sunun omni
(Tak bisakah kau tunjukanku satu kata itu?)

Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Tto dashi saranghae jugenni
(Akankah kau mencintaiku lagi?)

 

Gajima gajima issojul su inni
(Jangan pergi, jangan pergi, tak bisakah kau tetap tinggal?)

Gojitmal gojitmal dullijiga anha
(Bohong, bohong, ku tak bisa mendengar kebohongan)

Saranghae saranghae boyojul su inni
(Ku mencintaimu, ku mencintaimu, tak bisakah kau tunjukan padaku?)

Saranghae saranghae saranghae jugenni
(Akankah kau cinta cinta cinta padaku?)

 

Gajima gajima issojul su inni
(Jangan pergi, jangan pergi, tak bisakah kau tetap tinggal?)

Gojitmal gojitmal dullijiga anha

( Bohong, bohong, ku tak bisa mendengar kebohongan)

Saranghae saranghae saranghae jugenni
(Akankah kau cinta cinta cinta padaku?)

Jebal dorawajwo
(Tolong aku)

 

Gojima do gojima
( Jangan pergi, jangan pergi lagi)

Nae gyote issojul sunun omni
(Tak bisakah kau tetap disisiku?)

Gojitmal da gotjimal
(Bohong, semuanya bohong)

Jonhyo dullijiga anha
( Ku tak mau dengar apapun)

Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Han madi boyojul sunun omni
(Tak bisakah kau tunjukanku satu kata itu?)

Saranghae nol saranghae
(Aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Tto dashi saranghae jugenni
(Akankah kau mencintaiku lagi?)

 

 

Air mata Hyo Ra tumpah ruah. Gadis itu menangkupkan kedua tangannya guna menutup wajahnya dan meredam isak tangisnya yang mungkin akan terdengar keras. Ia tidak kuat lagi. Rasa cintanya pada Donghae membuatnya tak bisa meninggalkan pria itu. Membuatnya terlihat menyedihkan. Mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi. Donghae sudah terlalu jauh untuk ia tarik kembali. Donghae sudah tak bisa ia miliki.

 

“Haruskah kau menangis di tempat umum seperti ini?? Dasar wanita. Menyusahkan saja!!” ujar seorang pria dengan dinginnya sembari mengulurkan tangan guna memberikan sebuah sapu tangan pada Hyo Ra. Hyo Ra terdiam.  Ia mengusap air matanya dengan kesal. Merasa terhina oleh ucapan pria itu. Hyo Ra mendongak dan ia terkejut setelah melihat wajah pria itu.

 

“Rupanya kau yang menangis. Tidak puaskah kau menangis di kelas tadi pagi??” cibir Kyuhyun sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.

 

“Apa hakmu menginterupsi aku?” Hyo Ra hendak beranjak sampai tangan Kyuhyun menahannya.

 

“Jika kau mau pergi, hapus air matamu yang masih tersisa atau pergilah ke toilet. Basuh wajahmu agar tidak terlihat lengket,” ujar Kyuhyun dengan nada sedikit lembut. Hyo Ra terdiam di tempatnya. Lantas gadis itu mengambil sapu tangan yang diberikan Kyuhyun dan berjalan menuju toilet. Sepergian gadis itu, Kyuhyun tersenyum dengan pandangan yang tak bisa terartikan.

 

 

 

========================

 

 

 

 

“Kalau boleh tahu, kenapa kau menangis??” tanya Kyuhyun pada Hyo Ra ketika mereka berada di mobil. Ya, Kyuhyun berniat untuk mengantar gadis itu…

 

“Kita belum saling mengenal, kurasa ini masih belum bisa kuceritakan,” ucap Hyo Ra sembari memandang keluar jendela. Tidak berniat untuk melihat wajah Kyuhyun. Kyuhyun mendengus.

 

“Kurasa kita akan satu kelas, nona. Namaku Cho Kyuhyun..” Hyo Ra menoleh ke arah Kyuhyun dan membuang mukanya kembali.

 

“Aku Park Hyo Ra…terima kasih atas tumpangannya. Kurasa kau turunkan aku saja di Halte depan…aku akan naik bus,” ucapnya masih dengan nada dingin. Kyuhyun geram, ini pertama kalinya ia diperintah seperti itu oleh seorang wanita.

 

“Katakan di mana rumahmu, setelah itu aku akan mengantarmu. Aku bukan lelaki pecundang yang tidak bertanggung jawab atas keselamatan dari seorang gadis. Apalagi gadis itu sahabat baik dari sepupuku…” ucap Kyuhyun sembari terus menginjak gas sampai kecepatan penuh membuat Hyo Ra yang semula hanya diam berteriak ketakutan.

 

“Yak!! Yak!! Kau mau membunuhku, eoh??” mendengar ocehan Hyo Ra, Kyuhyun  semakin menambah kecepatannya. Entahlah ia seperti merasakan sesuatu yang berbeda semenjak berkenalan dengan Park Hyo Ra.

 

 

 

 

========================

 

 

“Jika kau ingin menangis…lihatlah ke langit atau pandanglah wajahmu sendiri dalam genangan air. Menangislah dan lihatlah wajah bodohmu itu Nona Park!!” ucap Kyuhyun ketika mereka telah sampai di depaan sebuah rumah bercat ungu. Hyo Ra mendengus, merasakan dirinya dipermainkan oleh pria itu. Hyo Ra tidak memperdulikannya, ia hendak membuka pintu sampai Kyuhyun bersuara lagi.

 

“Jangan menangis hanya karena seseorang yang tidak menghargai usaha dan pengorbananmu…” seperti tersambar petir, Hyo Ra menoleh pada Kyuhyun dan menatap pria itu aneh.. bagaimana ia bisa tahu apa yang telah terjadi pada dirinya.

 

“Terima kasih atas perhatianmu, Tuan Cho. Tapi kurasa ini bukan daerah kekuasaanmu. Kau tidak berhak menginterupsiku…” ucap Hyo Ra dingin dan a beringsut keluar dari mobil Kyuhyun dan tergelak ketika melihat seseorang menunggunya di depan pagar rumahnya.

 


Tittle                                    : Symphony of Love

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

 

Blog                                       : http://ImELFChoiYera.wordpress.com

Genre                                  : AU! Gaje, romance

 

Lenght                                : Multichapter

 

Words                                 : 3,353

 

Cast                                     : Lee Donghae ; Choi Hyun Hwa

 

Support Cast                      : Kim Jong Woon ; Choi Ye Ra

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-7, All Cast milik Tuhan YME,  DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

 

 

 

 

 

 

Gwangjin-gu Seoul, 10.00 PM

September, 3rd 2012

 

 

 

Bunyi gemericik air dari sebuah kenikmatan Tuhan berupa air hujan membuat seorang gadis tersenyum menatap setiap air yang terjatuh ke tanah membentuk sebuah bunga. Angin yang berhembus menyapu anak rambut gadis yang bersandar pada jendela kamarnya itu. Ia memejamkan matanya, seolah mengizinkan angin tersebut membelai lembut kulitnya yang seputih susu.

Membiarkan angin tersebut masuk ke relung tulang-tulangnya. Seolah itu semua menjadi keindahan yang menggantikan bintang-bintang yang menghiasi malam. Menarik nafas panjang guna mencium harum tanah yang terbasahi air hujan. Gadis itu menajamkan pendengarannya ketika telinganya sayup-sayup mendengar sebuah suara merdu dan lembut yang belakangan ini menjadi candunya setiap hari. Kembali tersenyum manis saat lirik lagu yang ia dengar itu terasa ditujukan padanya. Padanya?? Gadis itu tertawa kecil. Percaya diri sekali untuknya. Ahhh…masa bodo lah, yang terpenting baginya, Lagu ini memang terasa ditujukan padanya.

“Eonni-ya…kau sedang apa??” tanya sebuah suara dari gadis lain yang usianya lebih muda dari gadis yang dipanggil eonni itu. Gadis itu menoleh lantas tersenyum hangat.

“Ada apa, Ye Ra-ya??” Ye Ra membalas senyuman Hyun Hwa – nama gadis itu – lantas menghampirinya.

“Kau belum tidur??” tanya Ye Ra sembari mendudukan dirinya di tepi bed dan membenarkan kacamata minus-nya.

“Belum mengantuk,” jawab Hyun Hwa singkat dan kembali melihat luar jendela.. memfokuskan pada air hujan. Ye Ra menghela lantas berbaring di bed Hyun Hwa, membiarkan gadis itu bercengkrama dengan dunianya.

“Kau mendengarnya??” tanya Hyun Hwa sembari kembali memejamkan matanya. Ye Ra mengerutkan keningnya. Tidak tahu apa yang dimaksud oleh Hyun Hwa.

“Mwo??”

“Suara seorang pria yang menyanyikan sebuah lagu…” jawabnya. Ye Ra kembali duduk, mencoba menajamkan pendengarannya.

“Aku tidak mendengar apapun selain suara air hujan.” Hyun Hwa tersentak. Menatap tak percaya pada Ye Ra. Ye Ra tidak mendengarnya?? Padahal dengan jelasnya ia bisa mendengar suara itu.

“Kau sedang tidak terganggu pendengarannya bukan??” Ye Ra merengut karena ucapan Hyun Hwa. Tak ayal gadis itu melempar sebuah bantal ke wajah Hyun Hwa.

“Yak!! Kau saja yang terganggu pendengarannya. Kalau tidak percaya silahkan tanya ahjumma samping apartement kita!!” sungut Ye Ra tidak terima. Kemudian ia pergi dari kamar Hyun Hwa.

Choi Hyun Hwa dan Choi Ye Ra adalah anak dari Choi Seung Hyun, seorang pengusaha dibidang real estate yang kemajuan bisnisnya sangatlah pesat. Mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah apartement sederhana berusaha unuk tidak terpaku pada kekayaan Seung Hyun. Mereka juga melanjutkan studi-nya di universitas yang sama. Hyun Hwa di Fakultas Sastra dan Budaya Korea dengan alasan ia menyukai semua yang menyangkut Korea. Alasan lain adalah ia ingin menjadi seorang sastrawan Korea yang memperkenalkan pada seluruh dunia tentang Budaya dan Sastra Korea.

Sedangkan Ye Ra di Fakultas Ekonomi Manajemen. Ia beralasan karena ia sangat menyukai ayahnya ketika bekerja dengan beberapa dokumen. Bagi gadis itu, itu terlihat sangat keren. Maka dari itu, Ye Ra memutuskan untuk ikut terjun di dunia bisnis bersama sang ayah sembari ia berkuliah.

Hyun Hwa membanting tubuhnya di bed. Mencoba melupakan segala pikiran buruk tentang suara itu. Ingin sekali ia percaya pada Ye Ra, tapi hati kecilnya mengatakan jangan dan percaya pada suara itu. suara yang sudah menjadi candunya. Seperti symphony yang menggetarkan jiwanya. Symphony yang lebih mendalam. Seperti sebuah bisikan akan kata cinta. Seolah suara itu sebagai penghantar tidurnya malam ini.

==========================

Mokpo, September 3rd 2012

 

 

 

Seorang pria berpakaian t-shirt berwarna hijau muda terduduk di sebuah bangku kayu di depan rumahnya. Pria berwajah tampan dan manis itu merebahkan dirinya di bangku tersebut sembari menyenandungkan sebuah lagu. Matanya terpejam, menikmati hembusan angin malam yang sejuk. Menyapu kulitnya yang putih lembut.

 

 

neol bomyeon (nan) useumman (nawa)

 sujubeun misokkajido Yeah
nal boneun ne nunbicheun

seulpeun geol hoksi ibyeoreul

 malharyeogo hani Baby

 

Mata pria itu terbuka dan langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah. Ia merasakan seseorang yang memperhatikannya. Memperhatikannya dengan manic mata lembut, pandangan yang teduh. Tapi di mana?? Tak satupun matanya menemukan sosok seseorang yang dimaksud. Ia menggedigan bahunya lantas kembali melanjutkan nyanyiannya yang sempat terhenti.

“Siapapun kau yang ada di mimpiku selama ini…. Aku menyukaimu… mungkin ini terlihat bodoh. Tapi apa aku salah jika aku memang menyukaimu?? Kau seperti hidup yang telah ditakdirkan Tuhan padaku.” Pria itu lantas terbangun menatap langit yang mulai memendung. Berjalan memasuki rumahnya yang bergaya tradisional.

“Donghae-ya??” pria yang bernama Donghae itu menoleh ketika tangannya sudah mencapai knop pintu.

“Oh…hyung, waeyo??” Donghae lantas berjalan menghampiri pria yang berpakaian t-shirt dan celana pendek juga lengkap dengan kacamata yang masih berdiri di luar pagar rumahnya.

“Jong Woon hyung..kkajja masuk.” Ajak Donghae sembari mengalungkan tangannya di pundak Jong Woon. Jong Woon menurut. Ia mengikuti arah langkah Donghae. Kim Jong Woon adalah salah seorang sepupu Lee Donghae. Ia datang ke Mokpo hanya untuk menemui Donghae dan menyampaikan pada pria itu tentang keterlibatannya dalam menjalankan sebuah perusahaan peninggalan almarhum ayahnya. Awalnya Donghae tidak ingin menjalankan perusahaan tersebut, ia lebih menginginkan untuk tinggal di Mokpo merintis usaha sendiri.

“Kembalilah ke Seoul temui ibumu.” Donghae terdiam. Memutar kenangannya kembali bersama sang ibu yang hubungannya bersama sang ibu terbilang tidak baik.  Bagaimana tidak?? Sang ibu meninggalkan dirinya dan ayahnya hanya karena mengejar karier-nya di dunia music. Dan karena sang ibu lah, ayahnya meninggal dunia disaat dirinya berusia masih 17 tahun. Meninggalkan dirinya sebatang kara sampai kakak sepupu dari ayahnya tersebut – Kim Ji Hoo – ayah dari Kim Jong Woon – merawatnya hingga dewasa dan menjalankan bisnis keluarga Lee sesuai wasiat yang di tulis ole Lee Hyun Ki – ayah Donghae – dan akan diserahkan kembali pada Donghae ketika pria itu sudah dewasa.

“Hyung….” Jong Woon menggeleng ketika dirasa Donghae mengeluarkan jurus aegyo-nya.

“Hentikan Hae-ya!! Kau itu sudah dewasa bukan anak kecil lagi yang selalu minta dimanja olehku.”

“Arraseo hyung…tapi aku tidak ingin bertemu dengan wanita itu,” ujar Donghae sambil mengambilkan minuman untuk Jong Woon.

“Tapi dia adalah ibumu, Hae-ya…” Jong Woon menyandarkan punggungnya di bantalan kursi.

“Dia bukan ibuku semenjak ia meninggalkanku sendiri bersama appa.”

“Lee Donghae!!!” Jong Woon menghembuskan napas kasar. Ia tak tahu lagi harus bagaimana untuk berbicara dengan Donghae.  Pria di sampingnya ini terlalu keras untuk urusan ‘ibu’.

“Ya…dia bukan ibumu. Tapi, kau juga tidak menutup kenyataan kalau dalam tubuhmu itu mengalir darahnya!!! Dan tanpa kau sadari, bakat menyanyimu terturun dari ibumu!!!”

“Nde hyung!! Dan aku menyesal karena itu!!!”

“Donghae-ya!!!”

“Sudahlah hyung, jika kau kemari hanya untuk menasehatiku, lebih baik kau pulang saja. Karena sampai kapanpun aku tidak akan menemui wanita itu. Lukaku belum mengering walau waktu tetap berjalan. Soal perusahaan appa, biar Kim appa saja yang menjalankannya atau bahkan biar kau saja yang melanjutkannya. Aku tidak berminat untuk itu semua. Hidupku sudah tertakdir di Mokpo. Kota kelahiran appa. Mianhae hyung….” Donghae menghela lantas berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jong Woon yang menatapnya iba.

“Kau pasti akan ke Seoul. Takdirmu menunggumu di sana, Hae-ya…” gumam Jong Woon sembari mengikuti langkah Donghae. Beristirahat di kamar pria itu.

================================

Gwangjin-gu, September 04th 2012

08.45 AM

 

 

Seorang gadis memakai blus berwarna soft pink dipadu dengan bawahan rok warna putih sedang mematut dirinya di depan cermin di meja riasnya. Ia mengoleskan bedak tipis natural dilanjut dengan mascara yang tidak terlalu tebal. Terakhir, gadis itu memoles bibir tipisnya dengan lip gloss berwarna pink sedikit cerah. Ia mengangkat tangannya, mencoba mengumpulkan rambut sedikit curly dan mengikatnya. Mengedarkan pandangannya ke segala isi kamarnya sampai bibirnya melukis senyuman tatkala melihat sebuah tas berwarna putih. Ia berjalan mengambil tas tersebut lantas berhenti di sebuah lemari yang berisi koleksi high heels-nya. Mengambil high heels dengan tinggi 5cm berwarna senada dengan blus yang dipakai.  Melangkah menimbulkan sebuah bunyi ketukan. Kaki panjangnya membuat gadis itu terlihat sangat cantik.

“Ra-ya…” panggil gadis itu pada gadis lain yang memakai jumpsuit warna coklat dan bross mawar. Gadis itu terlihat manis dengan hiasan bando di rambutnya yang sedikit curly dan tergerai indah. Kaki yang putih panjangnya dihias dengan sebuah high heels warna senada dengan tinggi 5cm.

Gadis itu menoleh lantas tersenyum pada gadis yang memanggilnya.

“Ye Ra-ya….kau mau kemana??” tanya Hyun Hwa – gadis yang memanggil Ye Ra – sembari meneliti penampilan Ye Ra dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Ish!! Hentikan tatapanmu itu, eonni!!” Ye Ra mencibir dan segera membawa cangkir itu ke dapur.

Hyun Hwa terkekeh. Merasa usahanya membalas dendam pada adiknya itu berhasil. Adiknya yang setiap hari menjahilinya tanpa mengenal waktu.

Hyun Hwa kemudian berjalan menuju dapur, mengambil buah dan susu yang berada di kulkas.

“Eonni bertanya padamu, kau mau kemana??” tanyanya sekali lagi pada Ye Ra ketika gadis itu hendak meninggalkan dapur.

Ye Ra menghentikan langkahnya. Menatap langit-langit dapur. Menggerakkan mulutnya sembari mengetukkan jarinya di pipi kanannya. Mencoba berpikir.

“Aku mau…rahasia. Hahahhaha…” Ye Ra langsung berlari sembari tertawa menghindari Hyun Hwa yang ia yakini akan mencipratinya dengan air.

“Yak!!! Little Evil!!! Jawab pertanyaan eonni-mu ini!!” pekik Hyun Hwa dengan mulut penuh dengan gigitan buah apel.

===========================================

 

 

Mokpo, September 04th 2012

 

 

 

 

“Kau tetap tidak ingin ikut??” tanya Jong Woon memastikan sembari mengikat sepatunya.

“Kau sudah tahu jawabanku, hyung,” jawab Donghae malas sembari menatap lurus hamparan rerumputan di depannya. Jong Woon menatap tajam Donghae yang duduk di sampingnya.

“Kau akan menyesal suatu saat nanti jika takdirmu yang akan memintamu ke Seoul,” ujar Jong Woon penuh misteri. Donghae menoleh dan bergidig ngeri ketika merasakan aura Jong Woon yang hitam.

“Jangan menatapku seperti itu, hyung!! Menjijikan!!” cibir Donghae yang langsung disambut oleh jitakan Jong Woon. Donghae mendelik tidak terima. Bermaksud membalas jitakan Jong Woon, tapi ia segera berdiri kembali masuk ke rumahnya.

“Yak!! Kakakmu ini akan kembali ke Seoul dan kau tidak mengantarku??” sungut Jong Woon kesal. Donghae hanya bergumam tidak jelas sembari melambaikan tangannya.

“Hati-hati di jalan, hyung…. Aku mencintaimu…” ucapnya sembari menutup pintu rumahnya. Jong Woon mencibir. Demi apa, ia mempunyai adik sepupu seperti Lee Donghae.

========================================

Seoul University

Build of Managemen

September, 04th 2012

01. 00 PM

 

 

 

 

Ye Ra berjalan tergesa-gesa di koridor gedung fakultasnya sembari membawa tumpukan buku bisnis yang ia pinjam dari perpustakaan. Setelah sebelumnya gadis itu mengganti pakaiannya menjadi lebih rapi dan sopan. Sebuah tanktop hitam dirangkap dengan blazer berwarna merah dipadu bawahan rok sepan berwarna senada dengan blazer. Gadis itu terlihat sangat dewasa dengan tambahan high heels 5cm.

Gadis itu terus berjalan sembari sesekali berlari kecil menyusri tiap koridor terkadang ia menyumpahi kelasnya yang berada di ujung gedung dan berada di lantai 2 sehingga ia harus menuruni tangga karena sialnya lift yang disediakan mengalami kerusakan. Gadis itu sepertinya haruss bersyukur karena udara segar di musim gugur ini membuatnya tidak sampai mengeluarkan banyak keringat ketika ia harus berlari kecil. Sebentar-sebentar gadis itu melihat jam Terburu-buru oleh waktu, karena setengah jam lagi ia harus menghadiri rapat pemegang saham di perusahaan ayahnya dan dilanjut dengan rapat dari calon partner bisnisnya untuk menjalankan proyek resort. Mata Ye Ra tak terfokus pada jalan sehingga membuat gadis itu jatuh terduduk menabrak seorang pria berpakaian setelan jas.

“Mianhamnida…” ucap Ye Ra menyesal sembari memunguti beberapa bukunya yang terjatuh. Pria itu pun tak tinggal diam, ia segera membantu memunguti buku Ye Ra. Ye Ra berdiri sembari membungkukkan badannya berkali-kali.

“Adaw….” Pria itu meringis ketika didapati tangannya yang masih memungut salah satu buku Ye Ra terinjak oleh kaki Ye Ra ketika gadis itu hendak melangkah. Ye Ra segera mengangkat kakinya, berjongkok dan reflek memegang tangan pria itu dan mengusap-usapkannya.

“Maaf, aku tidak bermaksud,” ucap Ye Ra sembari terus mengusap tangan pria itu. Jong Woon – nama pria itu – hanya tertawa kecil tanpa suara melihat kepolosan Ye Ra.

Usai mengusap-usap tangan pria itu Ye Ra menengadahkan kepalanya. Tertegun melihat mata pria itu yang tajam tapi meneduhkan tanpa melepaskan tangannya yang masih memegang pria itu. Jong Woon sama, ia tertegun melihat wajah Ye Ra yang manis. Mereka kompak berdiri tanpa melepaskan tautan pandangan mereka. Sadar akan situasi itu, Jong Woon dan Ye Ra sama-sama melepaskan tangan mereka dan menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal.

“Maaf…” ucap mereka berbarengan sambil membungkukkan badannya sehingga membuat mereka terbentur satu sama lain.

Baik Jong Woon maupun Ye Ra, mereka sama-sama meringis dan mengusap dahi masing-masing. Detik kemudian mereka tertawa bersama menyadari kebodohan mereka.

“Oh nde, maaf…. Aku terburu-buru jadi tidak melihat Anda,” ujar Ye Ra sopan sembari membungkukkan badannya dan segera berlari membiarkan Jong Woon hanya menatap geli punggung Ye Ra yang sudah sedikit menjauh.

Lantas Jong Woon baru menyadari bahwa sebuah buku dengan bersampul biru dan dengan sebuah hiasan pasir putih membentuk sebuah huruf hangul ‘Ye’ masih dipegangnya dan ia lupa untuk memberikannya pada gadis tadi. Jong Woon menggidikan bahunya dan ia kembali berjalan ke tujuannya semula.

=============================================

Hyun Hwa bergegas untuk kembali ke apartement-nya setelah beberapa jam yang lalu ia ditugaskan oleh Kang ssongsaenim  untuk mengabdi di sebuah sekolah dasar yang terletak di wilayah Mokpo. Tugas untuk memenuhi prakteknya dalam studi semester akhirnya.

Gadis itu menghentikan sebuah taksi yang melewat di depan universitasnya itu. Sungguh terkadang ia ingin sekali mencekik Kang ssaem karena dengan seenaknya saja memberikan tugas tanpa memberikan jeda waktu pun. Jika tugas itu diberikan hari ini, maka hari ini pula harus diselesaikan. Termasuk dengan keberangkatannya menuju Mokpo.

Hyun Hwa mengambil ponselnya yang berada di tas putih kesayangannya itu, menyentuh beberapa digit angka. Bermaksud menghubungi seseorang. Lama Hyun Hwa menempelkan ponselnya itu di telinga kanannya. Ia menggigit bibirnya kesal, karena sambungan itu terhubung pada mailbox.

“Yak!! Choi Ye Ra!! Kemana dirimu, huh??” ucapnya kesal sembari memegang kesal tasnya. Gemas. Menurut Hyun Hwa, jika adiknya itu berada di apartement, ia dengan sangat senang hati meminta bantuan Ye Ra untuk mengemasi barang-barangnya dan ia hanya memesan tiket dan membooking penginapan di sana. Tapi sekarang?? Jika saja ia sudah berada di apartement dan menemukan adik ajaibnya itu sedang berada dalam mimpinya sehingga tidak mengangkat teleponnya itu, ia akan menendang kaki Ye Ra. Adiknya yang gemar tidur.

Sungguh aneh sebenarnya dengan kebiasaan buruk adiknya itu. dia bahkan bis tidur lebih dari 2 jam jika siang hari. Tidak takut jika tubuhnya menjadi gemuk. Karena memang gadis itu tak bisa gemuk, segimanapun ia makan banyaknya.

Hyun Hwa menekan tombol password pintu apartement-nya. Gadis itu berjalan menuju kamar Ye Ra. Dibukanya pintu kamar Ye Ra yang bernuansa biru muda itu. mengedarkan pandangannya mencari sosok adiknya itu. Ia mendesah saat tak satupun matanya menemukan Ye Ra, lantas ia berbalik berniat menuju kamarnya yang berada tepat di samping kamar Ye Ra.

Hyun Hwa merebahkan tubuhnya di bed. Bermaksud untuk merelaksasikan tubuhnya sebelum ia mengemasi barang-barangnya. Setelah beberapa menit Hyun Hwa beristirahat, gadis itu melepaskan high heels-nya dan langsung menuju lemari. Mengambil kopor kesayangannya yang berwarna soft pink dan diletakkan di atas bed. Membuka kembali lemari pakaiannya dan mengambil beberapa pakaian yang ia perlukan dan beberapa buku yang harus ia bawa. Usai mengemasi pakaiannya itu, Hyun Hwa mengambil baguette bag berwarna ungu muda untuk mengemasi beberapa make-up yang dirasa diperlukan. Lagipula make-up itu hal yang wajib yang harus dibawa bagi seorang gadis, bukan??

Hyun Hwa meregangkan tubuhnya. Menyambar handuk untuknya dibawa ke kamar mandi. Berniat membersihkan dirinya agar terlihat lebih fresh.

===============================================

Donghae menghela memikirkan kembali ucapan Jong Woon tadi malam. Pria yang kini berada di sebuah taman sembari terduduk di atas rerumputan itu melihat beberapa anak-anak yang bermain di taman itu. Sebenarnya pandangannya itu tidak terfokus pada anak-anak yang bermain, melainkan entah kemana.

Donghae menunduk saat dirasa dua bulir air mata jatuh bebas di keduaa pipinya. Sebenarnya ia sangat merindukan ibunya itu. Memang benar kata orang. Sebenci-bencinya seorang anak pada sosok ibu yang tealah melahirkannya, dalam hati anak itu tidak akan pernah bisa. Itu juga yang dialami oleh Donghae. Pria itu gusar.

“Hyung…bisakah tolong ambilkan bola yang berada di kakimu itu??” ujar seorang anak laki-laki menyentak Donghae yang sedaang melamun.  Donghae tersenyum , lantas ia mengambil bola putih itu dan menendangnya pelan.

“Apakah hyung bisa ikut bermain??” Anak kecil itu mengangguk dan Donghae tersenyum sumringah. Lantas mereka bergabung dengan anak-anak yang lain. Donghae tertawa lepas ketika bermain bola. Seolah kegusaran hatinya menguap dengan sendirinya.

“Hyung kau ada masalah??” tanya anak laki-laki itu ketika mereka merebahkan diri di rerumputan.

Donghe menoleh dan tersenyum. Mengacak rambut anak laki-laki itu. Gemas.

“Kau masih kecil.” Anak laki-laki itu memonyongkan bibirnya. Kesal.

“Hyung, aku sudah 10 tahun!! Aku sudah besar!! Jangan panggil aku anak kecil lagi!!” Donghae terkekeh. Ia beranjak untuk duduk dan menghela.

“Jikapun ada masalah, kau tak akan bisa memahaminya.” Anak itu pun ikut duduk.  Menyanggahkan tangannya di dagu.

“Dan justru karena aku tidak memahami masalahmu, kau dengan leluasa untuk bercerita. Lagipula orang bercerita tentang suatu masalahnya itu bukan hanya untuk meminta saran dari lawan bicaranya, melainkan ingin menumpahkan segala curahan yang ada di hatinya. Yah…setidaknya kau bisa membagi bebanmu dengan orang lain, hyung.” Donghae terperangah mendengar penuturan anak laki-laki itu. Kalimat yang dilontarkannya terbilang cukup dewasa untuk ukuran anak berusa 10 tahun.

“Bagaimana, hyung??” Donghae menimbang. Lantas ia mengangguk.

“Baiklah, aku akan bercerita sesuatu denganmu.” Anak laki-laki itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk seulas senyuman. Lantas ia dengan antusiasnya mengubah posisi duduknya di hadapan Donghae.

“Aku merindukan ibuku…” anak laki-laki itu tersentak, tapi tak ayal untuk tetap diam. Ia seperti tahu bahwa ucapan Donghae belumlah selesai.

“Dia meninggalkanku. Meninggalkanku tanpa kata bersama ayahku. Aku sungguh sangat merindukannya,” ucap Donghae sembari tersenyum miris.

“Jika kau merindukannya kenapa kau tidak menemuinya??” Donghae menoleh pada anakitu dan tetap tersenyum.

“Aku tidak bisa…”

“Berarti kau tidak merindukannya, hyung. Seorang anak, jika sudah merindukan orang tuanya, ia akan menemui mereka. Sejauh apapun jarak itu… karena pada takdirnya, seorang anak sangat tulus mencintai ibunya. Merindukan pahlawan yang membuatnya bisa menghirup udara. Berjuang mati-matian…” ucap anak itu sembari menundukan wajahnya. Ada bulir air mata yang merembes. Donghae terhenyak. Diusapnya rambut anak laki-laki itu.

“Kau juga merindukan ibumu??” anak itu mengangguk lantas tersenyum kecut.

“Aku bahkan tidak tahu ibuku, hyung. Dia meninggalkanku sendiri di panti asuhan.”

“Eoh?? Maafakan aku…”

“Gwenchana, hyung… aku yakin suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya lagi. Ayo hyung, kita lanjutkan main bolanya.” Donghae menatap punggung anak itu iba. Ada segelintir perasaan yang menyeruak di hatinya. Anak kecil itu bahkan tidak membenci ibunya saat ia tahu ibunya meninggalkan dia sendiri dip anti asuhan.

=========================================

Ye Ra berjalan dengan diikuti beberapa pemegang saham yang berada di belakangnya. Sesuai jadwal yang diingatkan oleh sekretaris Kim padanya bahwa ia harus mengikuti rapat untuk bertemu dengan calon partner bisnisnya. Di sela rapat pertamanya tadi, Ye Ra mencuri waktu ketika presdir – ayahnya itu – sedang memimpin rapat.

Ia mendesah kesal saat dibuka pintu ruangan itu yang sudah menampakkan beberapa dewan direksi.

“Sial!!” umpatnya dalam hati ketika dewan direksi menatapnya aneh. Hei, bukankah ia tidak terlambat?? Ye Ra menjadi salah tingkah dan ia dengan cepat berjalan menuju kursinya. Ia menghela napas sebelum membuka rapat pertamanya ketika menjadi direktur perencanaan.

“Annyeong haseyo… maaf jika kiranya aku terlambat. Aku Choi Ye Ra manager perencanaan dari Choi Coorporation yang ditunjuk oleh Choi Seunghyun selaku presiden direktur grup, akan memberikan beberapa gambaran tentang project yang akan kita jalankan.” Ye Ra menghela. Ia cukup gugup untuk memimpin rapat ini.

“Nona Lee,” perintah Ye Ra pada sekertarisnya. Wanita yang terlihat lebih tua dari Ye Ra itu mengangguk mengerti lantas membagikan beberapa lembar berkas pada dewan yang menghadiri rapat itu. Ye Ra berbalik menghadap ke sebuah papan putih dan menampilkan foto desain dari resort tersebut.

“Seperti yang kalian pahami di berkas tersebut. Wilayah Jinan yang dengan lokasi yang terletak di kawasan dekat pantai dan luas tanah tersebut  1500  hm. Akan saya bangun sebuah resort yang berdesign sederhana di depan, tetapi terlihat mewaah ketika kita berada di dalamnya. Tolong buka lembaran setelahnya.”


Cinta itu hanya satu orang…

Terapaut dalam satu hati…

Bermakna lebih dari sekedar kata…

 

(TurtleShfly)

 

 

 

 

Mokpo, August 3rd 1993

 

Gadis kecil itu berlari menyusuri tangga sembari membawa sepasang gantungan boneka teddy dengan model pengantin.

Gadis itu membuka kasar pintu rumahnya dan segera berlari lagi menuju sebuah rumah yang lebih kecil dari rumahnya. Menggedor kasar pintu rumah tersebut dan segera menyongsong tubuh seorang anak laki-laki. Memeluknya dan terisak di dada anak laki-laki itu.

“Dongdong…aku tidak mau pergi..aku mau bersamamu..” rengek gadis kecil itu dalam isak tangis. Anak laki-laki yang di panggil Dongdong hanya tersenyum dan mengusap pucuk rambut gadis yang memakai dress berwarna hijau muda dengan bando warna senada menghiasi rambut curly hitam panjangnya.

“Anniya… kita kan bertemu kembali chagi-ya.. jangan khawatir. Tuhan akan mempertemukan kita kembali.” Gadis itu mendongak dan menatap bingung anak laki-laki itu.

“Chagi-ya??” ulangnya. Dongdong mengangguk mantap.

“Ne, mulai sekarang kau chagi-ya ku dan kau tidak boleh menjadi chagi-ya orang lain selain aku. Arraseo!!!” gadis kecil itu mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya lantas tersenyum. Mempercayai apa yang diucapkan anak laki-laki itu. Kemudian mereka duduk di bangku yang berada di halaman rumah anak laki-laki itu.

“Dongdong..aku akan pergi ke Seoul. Sebenarnya aku tak ingin ikut dengan appa. Aku ingin di sini bersamamu. Di Mokpo. Bermain bersamamu.” Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Kesal pada ayahnya yang memisahkan dirinya dengan seseorang yang ia suka. Ya, baru sebatas suka. Karena gadis itu masih polos untuk mengenal kata cinta.

“Hei…Seoul dan Mokpo itu tidak terlalu jauh. Masih daratan Korea. Kau tidak perlu takut seperti itu.” Gadis kecil itu menundukkan kepalanya. Menatap jemari mungil kakinya. Menghela dan mendongak sebentar. Entah kenapa ia takut jika tidak bisa bertemu dengan anak laki-laki yang bernama Lee Donghae itu. Gadis itu menoleh ketika namanya dipanggil oleh seorang pria yang masih terlihat muda berpakaian kemeja putih lengkap dengan jas hitamnya. Gadis itu menatap lirih Donghae dan teringat pada benda yang digenggamnya.

“Dongdong, pengantin wanita ini untukmu dan pengantin pria ini untukku. Ketika kita sudah besar nanti kau bisa temukan aku dengan benda ini. Konon kata nenekku, bila kedua benda ini bersatu lagi setelah berpisah begitu lama, maka pemilik dari kedua benda ini juga akan bersatu untuk selamanya juga.” Gadis itu memberikan gantungan teddy bear itu yang disambut bingung oleh Donghae kemudian segera berlari menghampiri kedua orang tua yang menyambutnya dengan senyuman. Donghae menatap teddy bear itu dengan pandangan sedih. Ada rasa tidak rela jika cinta kecilnya itu pergi…meninggalkannya.

Sebenarnya Donghae juga takut jika ia tidak bisa lagi dengan gadis itu. ia sungguh sangat takut, tetapi karena kebahagiaan gadis itu, ia dengan bodohnya mengatakan ucapan penuh harapan yang ia sendiri tidak meyakininya.

“Mianhae…” lirihnya dan segera berlari mengejar sebuah mobil yang sedang melaju cukup kencang. Ia berlari sembari sesekali berteriak memanggil gadis itu. Berlari memutar jalan berniat memotong laju mobil itu. Namun teori siapa yang mengatakan kalau tenaga manusia lebih cepat dari tenaga mesin?? Donghae terengah, ia jatuh tersungkur. Tidak kuat lagi mengejar mobil itu. padahal niatnya hanya ingin memeluk gadis kecil itu. menghirup aroma tubuhnya agar jika ia dewasa ia dengan mudahnya mengenal gadis itu. sekaligus ia ingin memberikan setangkai mawar merah yang ia petik sendiri di kebun bunga miliknya. Ia menyesali, kenapa tadi ia tidak melakukannya?? Ia terlalu malu untuk usianya yang masih 10 tahun.

Aku tidak menyangka pertemuan kita itu…

Adalah pertemuan yang sudah di takdirkan Tuhan…

Namun, ternyata aku salah dalam mengenalimu…

Maafkan atas kesalahanku ini…

 

(Lee Donghae)

 

 

Seoul August 24th 2012

Kyunghee University

 

 

Seorang gadis berpakaian kasual dengan jeans dan rembut yang dikuncir kuda berjalan santai di sebuah koridor. Gadis itu sesekali mengutak-atik ponselnya. Tidak fokus pada langkah kakinya sampai ia menabrak seseorang hingga keduanya terjatuh.

Gadis itu mendesis kesal saat semua barang-barang yang ia bawa jatuh berantakan termasuk ponsel kesayangannya. Ia segera mengumpulkan barang-barang itu tanpa memperdulikan pandangan seseorang yang ia tabrak yang meneliti setiap gerakannya memunguti barang-barang itu.Seseorang itu lebih tepatnya mengamati gantungan ponsel yang gadis itu miliki. Gadis itu sungguh merutuki seseorang di hadapannya. Sebentar-sebentar gadis itu mencuri pandang melihat kaki orang itu.

“Eoh?? Pria rupanya?” gerutunya tidak jelas. Ia menengadahkan kepalanya setelah selesai memunguti barang-barangnya itu. Gadis itu menelan ludah. Menatap tanpa kedip pria di hadapannya. Tampan.  Namun, sedetik kemudian ia mengubah air mukanya menjadi dingin.

“Mianhae…” ujar Ye Ra – gadis itu – datar sembari menepuk celana jeans-nya yang kotor. Bagaimanapun juga ia memang bersalah bukan?? Tidak memperhatikan jalan. Pria itu bergeming. Menatap lekat wajah Ye Ra sehingga membuat gadis itu risih.

“Chagi-ya…” ujar pria itu lantang dan langsung memeluk Ye Ra. Ye Ra terkejut. Marah karena dipeluk sembarangan. Ye Ra segera menginjak kasar kaki pria itu sehingga priaa itu memekik kesakitan.

“Yak!! Kau gila!!!!” pekik Ye Ra tidak senang dan segera berjalan meninggalkan pria yang menurutnya gila itu.

“Yak!! Apa kau tidak ingat aku?? Aku Lee Donghae!! Ikan dari Mokpo!! Dongdong mu,” pekik Donghae menghentikan langkah Ye Ra. Gadis itu tidak menoleh sama sekali. Dan kembali berjalan meninggalkan Donghae.

Donghae menatap bingung punggung Ye Ra. Ada perasaan terluka saat diacuhkan oleh Ye Ra. Otaknya kembali memutar kenangannya dulu dengan gadis kecil itu. Ia yakin betul kalau gadis itu gadis kecilnya dulu. Gadis yang ia suka. Karena Ye Ra memiliki gantungan teddy bear pengantin pria. Bukankah ia sendiri yang berkata kalau Donghae akan bisa mengenalinya dengan gantungan itu??

“Oppa…kau kenapa??” sapa seorang gadis berbalut dress selutut bermotif bunga-bunga kecil dan memakai bando bunga yang sama dengan dress-nya itu. Donghae tergelak melihat ‘kekasih’nya itu. Ada perasaan bersalah menghampiri hatinya. Ia telah berbohong pada gadis yang mencintainya begitu tulus. Membohongi perasaanya. Gadis itu begitu sabar menunggunya. Menunggu balasan cinta sepenuhnya. Ya.. Choi Hyun Hwa – nama gadis itu – tahu betul dengan cerita cinta masa kecil Donghae. Ia tidak merasa keberatan jika Donghae terus mencari gadis kecilnya. Sebenarnya jauh dari lubuk hatinya, ia merasakan  sakit karena merasa diduakan. Tapi,…lagi. Karena cinta ia dengan bodohnya menerima semuanya. Memang cinta bisa mengalahkan logika yang benar-benar menjadi tameng akan sakitnya oleh cinta.

“Eoh?? Oppa tidak apa-apa, Hyun-ah..” ujar Donghae sembari memamerkan senyumnya. Hyun Hwa tahu senyum itu bukan dari hati Donghae. Gadis itu mengangguk. Ada rasa sesak yang menjalar.

“Kkajja!! Kita pergi, oppa…” Hyun Hwa menarik lengan Donghae yang masih bergeming menatap sosok jauh Ye Ra.

=======================

“Hyun Hwa-ya…” pekik seorang gadis sembari membawa semangkuk ramyeon kesukaannya dan menundukkan dirinya di sebuah sofa. Menyalakan televisi juga memasangkan headset yang tersambung dengan ipod-nya. Hyun Hwa yang berada di kamarnya mendengus kesal. Pekerjaannya diganggu kembali oleh saudara sepupunya. Ia pun menghampiri Ye Ra. Menepuk dahinya pelan ketika melihat sepupunya itu kembali melakukan beberapa aktivitas dalam satu waktu. Hyun Hwa kadang berpikir aneh sendiri, kenapa dia bisa mempunyai sepupu aneh macam Choi Ye Ra?? Anak dari Choi Ki Ho yang juga adik dari ayahnya Choi Jin Young.

“Ckckck, sepertinya virus kekasih anehmu itu menular padamu Ye Ra-ya…” cibir Hyun Hwa membuat Ye Ra menghentikan suapan terakhirnya. Mendelik pada Hyun Hwa.

“Apa maksudmu??” Hyn Hwa menggedigan bahu. Jelas sekali gadis itu bermaksud menggoda Ye Ra. Ye Ra mendesis kesal. Namun, tak ayal tetap memfokusan kembali pada acara drama yang ia tonton.

“Bagaimana kau bisa mendengar mereka berbicara jika telingamu tersumbat, huh??” protes Hyun Hwa sembari melepaskan headset yang dipakai Ye Ra.

“Yak!! Babo! Aku menyuruhmu kemari bukan untuk merecokiku!! Tapi untuk memberikan gantungan teddy ini!!” Ye Ra memberikan gantungan itu yang disambut bingung oleh Hyun Hwa.

Mengerti apa tatapan dari Hyun Hwa, Ye Ra segera menjelaskan duduk perkaranya.

“Hyun Hwa-ya, sebenarnya ini milikmu. Ini kutemukan saat appa menolongmu dari tabrakan mobil yang kau dan keluargamu alami. Benda ini sepertinya sangat penting bagimu, karena saat itu kau menggenggamnya erat.” Hyun Hwa memutar kembali otaknya untuk mencerna ucapan Ye Ra. Dirinya pernah mengalami kecelakaan?? Kenapa ia tidak mengingatnya??

“Kau mengalami amnesia sebagian, jadi kau tak akan ingat pa yang telah terjadi padamu, Hyunnie..” tukas Ye Ra saat menyadari Hyun Hwa berpikir keras.

“Kurasa begitu..” sahut Hyun Hwa dan beranjak meninggalkan Ye Ra yang menghela.

=============================

Hyun Hwa menggeliatkan badannya saat menyadari sinar matahari yang menembus kamarnya yang bernuansa pink itu. Mengerjap-ngerjapkan matanya dan kemudian membulatkan sempurna matanya saat melihat benda bulat yang bertengger di dinding kamarnya. Ia terlambat untuk berangkat ke kampus. Segera saja gadis itu bergegas ke kamar mandi. Menyiram seluruh tubuhnya dengan kilat. Dan keluar lagi ke kamar menuju lemari pakaiannya. Ia begitu bersyukur pada pamannya itu yang telah memeberikan sebuah kamar yang lengkap dengan kamar mandi sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk ke kamar mandi yang terletak di lantai 1.

Hyun Hwa juga merutuki sepupunya yang tidak membangunkannya. Sungguh sial mempunyai sepupu Choi Ye Ra. Yang kadar kejahilannya tidak melihat waktu dan tempat.

Hyun Hwa juga segera keluar kamar berniat memarahi Ye Ra. Bagaimanapun juga ia lebih tua satu bulan dari Ye Ra. Tidak seharusnya Ye Ra menjahilinya terus menerus.

“Ra-ya…neo eodisseo??” pekik Hyun Hwa sembari menuju ke ruang makan. Terlihat di ruangan itu Ye Ra yang berpenampilan seperti biasa. Kasual. Sedang mengunyah roti selai coklat kesukaannya. Hyun Hwa menyeringai, ia berjalan pelan-pelan, sebelumnya melepas high heels-nya agar tidak menimbulkan suara mendekati Ye Ra. Kemudian gadis itu merenggut roti yang akan masuk ke mulut Ye Ra. Ye Ra menoleh dan mendelik saat didapati Hyun Hwa menggigit sebagian rotinya itu.

“Yak!!! Kembalikan!!” pekik Ye Ra sembari mencubit pipi Hyun Hwa. Hyun Hwa meringis kesakitan dan menjitak kepala Ye Ra.

“Sakit babo!!!” dengus Hyun Hwa. Ye Ra mencibir kemudian tertawa dan segera berlari ke pintu saat bel rumahnya berbunyi. Baginya sungguh menyenangkan menjahili saudara sepupunya itu. Sepupu yang sangat ia sayangi.

“Aahhh…sepertinya itu Jong Woon oppa…” pekik Ye Ra senang.

“Hai opp…” Ye Ra mematung. Bukan Jong Woon – kekasihnya – yang datang, melainkan seseorang yang membuatnya kesal kemarin.

“Neo!!” ucap mereka berbarengan. Ye Ra mendengus dan hendak menutup pintu itu sampai Hyun Hwa melarangnya.

“Yak!! Ra-ya, jangan!! Itu Lee Donghae!! Pria yang sering kuceritakan.” Ye Ra melongo tak percaya. Penilaiannya pada pria itu yang semula baik menurut cerita dari Hyun Hwa mendadak menghapusnya menjadi pria mata keranjang setelah kejadian kemarin. Donghae pun tak kalah tidak percayanya. Gadis yang ia cari ternyata adalah saudara dari Hyun Hwa. Kekasihnya sendiri.

“Wah..sepertinya kalian sudah saling kenal??” Ye Ra menggelengkan kepalanya. Lantas ia pergi meninggalkan Hyun Hwa dan Donghae. Bersyukur Kim Jong Woon kekasihnya itu tiba pada waktu yang tepat.

Donghae menoleh ke belakang ketika mendengar deru mesin mobil. Membawa ‘gadis’nya pergi.

“Itu siapa??” tanya Donghae. Ada perasaan cemburu yang menjalar ketika sempat melihat Ye Ra dipeluk oleh pria lain. Sesak dan kesal.

“Ohh..itu Jong Woon oppa. Namjachingu dari Choi Ye Ra. Sepupuku..” ujar Hyun Hwa tanpa rasa curiga. Donghae tersenyum kecut ketika tahu gadis kecilnya itu sudah mempunyai kekasih. Bukankah dulu ia pernah berjanji kalau dirinya tetap akan menjadi chagi-ya dari Lee Donghae?? Bukan untuk pria lain??

“Oppa…waeyo??” Donghae menggeleng lemah lantas  memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Hyun Hwa. Ia tergelak melihat wajah Hyun Hwa. Pria itu baru menyadarinya. Bodoh!!

“Wajahmu…dengannya hampir mirip.” Hyun Hwa terkekeh mendengar pernyataan polos dari kekasihnya itu. Kemudian ia mengiyakan kalau wajahnya dengan wajah Ye Ra memang hampir mirip. Bagaimana tidak mirip jika mereka memang sudah tinggal bersama selama bertahun-tahun. Sepasang kekasih saja jika sudah lama mengikat hubungan, cepat atau lambat akan memiliki rupa yang hampir sama. Itu semua terjadi karena kecocokan juga karena rasa cinta yang dimiliki satu sama lain. Begitupun dengan Ye Ra dan Hyun Hwa, mereka mempunyai wajah yang hampir mirip dengan tingkah yang berbeda.

Wajah mereka yang hampir mirip tanpa celah membuat sebagian besar teman di kampusnya sedikit terkecoh jika Hyun Hwa dan Ye Ra berjalan beriringan. Hanya saja karena sifat dan fakultas yang mereka ambil menjadikan teman-temannya sebagai alat pembeda.

Hyun Hwa yang memilih Fakultas Sastra Korea memiliki sifat feminim, lemah lembut dan sangat peka pada seekitaar. Sifatnya itu membuatnya lebih banyak yang mengagumi berbanding terbalik dengan Ye Ra yang menyukai dunia bisnis serta berpenampilan cuek sehingga tak ada satu pria pun yang mau mendekatinya kecuali Jong Woon yang kini sudah resmi menjadi kekasih dari Ye Ra.

‘Jangan menilai buku dari sampulnya. Jika kau ingin tahu isinya kau harus membaca dan memahaminya terlebih dahulu. Lagipula bukankah cinta tidak butuh alasan dan tidak memandang dia siapa?? Aku mencintai Ye Ra karena hatiku yang memilihnya BUKAN mataku yang terpaut akan kecantikannya’ itulah kata ampuh yang sering diucapkan Jong Woon ketika dia ditanya ‘kenapa memilih Ye Ra dan bukan Hyun Hwa saja??’

“Karena kami memang saudara, oppa..” Donghae melongo kemudian menyeringai. Bukankah itu bagus?? Ia jadi lebih bisa bertemu dengan Ye Ra melalui alasan bermain ke Hyun Hwa.

==============================

Jika ketakutan itu menghampiriku…

Aku tak akan bisa berlari…

Bagaimana mungkin aku berlari jika kau ada di sampingku??

Kau adalah segalanya untukku…

 

(Choi Ye Ra)

 

Jong Woon menggenggam erat tangan Ye Ra. Menautkan jemari-jemari gadis itu ke sela-sela jemarinya. Tangan mereka yang sama-sama kecil membuat mereka begitu nyaman. Jong Woon terus berjalan pelan mengimbangi langkah gadisnya itu menyeringai manakala menemukan ide yang mungkin akan membuat Ye Ra berteriak. Mereka terus berjalan di kawasan Myeondeong. Kawasan yang selalu menjadi tujuan utama bagi para wisatawan.

“Chagi-ya, oppa minta kau pejamkan matamu…” Ye Ra mengernyit namun melaksanakan perintah kekasihnya itu. Jong Woon tersenyum melihat usahanya berhasil, kemudian pria itu menuntun Ye Ra menuju ke sebuah toko. Mengulurkan tangan Ye Ra ke sebuah benda berbulu. Ye Ra mengernyit, namun tetap memejamkan matanya.

“Sekarang buka matamu dan lihat apa yang kau sentuh.” Ye Ra mulai membuka matanya. Membiaskan penglihatannya yang sejenak buram karena matanya yang sempat terpejam. Alangkah terkejutnya gadis itu ketika ia melihat seekor anjing yang berlutut tepat di kakinya. Gadis itu reflek memeluk Jong Woon dan menyentak-nyentakkan kakinya ketakutan. Jong Woon tetawa terbahak-bahak melihat gadisnya ketakutan sehingga hampir menangis. Ye Ra mendengus lantas menjitak kepala besar kekasihnya itu.

“Yak!! Appo!!” Jong Woon mengelus-elus kepalanya dan berlari mengejar Ye Ra yang menjulurkan lidahnya. Tak jauh dari tempat mereka berada, seorang pria menatap mereka dengan sorotan mata terluka. Tersenyum kecut dan ada dua bulir air mata menghias di kedua pipinya.

“Chagi-ya…” lirih pria itu.

==========================

A Few day latter

 

Kyunghee University, September 8th, 2012

 

 

 

Perasaan sesak itu menyeruak…

Membuat perih mataku…

Ini pertama kali aku menangis…

Ini pertama kali aku merasakan ketakutan…

Takut kau meninggalkanku…

Takut akan cintamu yang pergi mencampakkanku…

 

 

(Kim Jong Woon)

 

Hyun Hwa berjalan terburu-buru di koridor kampusnya. Ia terlambat lagi. Padahal ia sudah menyalakan jam weker di angka 6. Sialnya jam weker itu mati dan membuatnya kembali tergesa-gesa. Mata Hyun Hwa mendadak perih dan panas ketika melihat adegan yang menusuk hatinya. Ia meremas dadanya. Sesak. Dan tanpa ia sadari ia menangis. Terduduk bersimpuh dan menjatuhkan barang-barangnya. Ia melihat kekasihnya itu yang sedang mencium sepupunya Choi Ye Ra. Sungguh sangat sesak ditusuk dari belakang oleh Ye Ra.

Bukankah gadis itu tahu jika dirinya begitu mencintai Donghae? Bukankah gadis itu tahu jika dirinya menunggu Donghae membalas perasaan sepenuh cinta pada dirinya. Bukankah gadis itu juga sudah menemukan cintanya, Kim Jong Woon? Bukankah mereka saling mencintai?? Tapi kenapa Ye Ra dengan teganya menyakiti dirinya?? Hyun Hwa tidak tahan lagi. Ia berusaha berdiri, menopang tubuhnya dengan lututnya yang melemas. Dengan deraian air mata, gadis itu memutar tubuhnya dan tergelak ketika seorang pria yang juga sama sesaknya melihat apa yang dilakukan Donghae dan Ye Ra. Pria itu juga tanpa ia sadari menangis dalam diam. Kim Jong Woon. Sungguh nasib sial apa yang dialami mereka sehingga mereka melihat dua orang yang mereka cintai berciuman.

Jong Woon menatap tanpa ekspresi Hyun Hwa, kemudian ia memutar tubuhnya meninggalkan tempat itu. Hyun Hwa mengerti apa yang Jong Woon rasa. Ia tidak protes ketika Jong Woon tidak menyapanya. Hei, lagipula siapa yang akan menyapa seseorang jika hatinya merasakan perih?? Siapa yang akan menyapa seseorang  jika dirinya terluka??

***

 

 

 

Ye Ra menampar pipi Donghae ketika ia bersusah payah melepaskan tautan bibir Donghae dari bibirnya. Donghae meringis kesakitan. Dari sudut mata Ye Ra gadis itu melihat siluet tubuh Jong Woon. Ye Ra menangis. Ia mengkhianati Jong Woon. Ia mengkhianati cintanya. Ia merutuki ulah Donghae yang menciumnya tiba-tiba dengan penuh emosi dan seperti ada rasa kecemburuan yang menyelimuti priaa itu. Kemudian gadis itu menatap tajam Donghae. Donghae terkejut melihat tatapan itu, ada rasa bersalah pada dirinya. Gadisnya menangis dan terluka karena perbuatannya. Ye Ra tidak lagi berlama-lama di hadapan pria itu. Ia segera berlari mengejar Jong Woon.

“Chagi-ya…” Donghae berteriak memanggil Ye Ra yang diacuhkan gadis itu. Ia menjambak rambutnya. Frustasi. Kenapa dirinya begitu gegabah? Ia memang cemburu melihat kedekatan Jong Woon dan Ye Ra. Logikanya menyuruh pria itu untuk tidak terus menahan  rasa cemburunya itu. Ia benar-benar ceroboh. Donghae hendak berjalan pergi ketika melihat Hyun Hwa berjalan menunduk melewatinya.

“Hyun Hwa-ya…” Donghae berusaha memanggil Hyun Hwa, tapi gadis itu tetap berjalan. Seolah tidak mendengar jika namanya dipanggil. Donghae pun mencengkram lengan Hyun Hwa agar gadis itu mau berhenti.

“Mianhae…” lirihnya. Ia tahu betul kalau dirinya sudah menyakiti Hyun Hwa. Maka dari itu, ia berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan Hyun Hwa. Hyun Hwa tersenyum. Memaksakan hatinya untuk tersenyum.

‘Gwenchana… anggap aku tidak melihatnya.” Hyun Hwa melepaskan pelan tangan Donghae. Ia berjalan dan terhenti manakala mendengar kalimat yang terucap dari mulut Donghae.

“Gadis kecil itu Ye Ra. Aku sudah menemukannya. Ia memiliki sebuah gantungan pengantin pria boneka teddy. Sungguh aku tidak tahu, jika aku tahu itu dari awal…”

“Kau tak akan menjadikanku sebagai kekasihmu? Anni…menjadikanku sebagai pelarian cintamu saja??” sela Hyun Hwa dengan suara sedikit serak tercampur tangisan. “Mianhae….”

Hyun Hwa menggeleng. “Tak perlu. Kau tidak salah. Aku yang salah dengan bodohnya mencintaimu. Dengan bodohnya aku menunggu balasan dari cintamu. Kejarlah cinntamu. Aku akan berusaha merelakanmu. Bagiku kau yang pertama dan terakhir.” Donghae terhenyak mendengar penuturan dari Hyun Hwa. Ia benar-bemar merasa bersalah pada gadis itu.

======================

Ye Ra berjalan lunglai menuju kamarnya. Ia tidak bisa menemui Jong Woon. Pria itu seolah menjauhinya. Sungguh tak ada hasrat satupun untuk melukai pria yang sangat dicintainya itu. Bagaimana bisa ia menyakiti cintanya sendiri??

Mata Ye Ra menangkap sosok gadis yang tengah duduk di ayunan belakang rumahnya. Ia semakin merasa bersalah. Bersalah?? Bukankah ia juga korban???

***

 

 

 

Inikah cinta??

Begitu indah dan menyakitkan??

Inikah cinta??

Menangis tanpa henti??

Sungguh…

Aku tidak ingin menangis…

Sungguh…

Tak bisakah ini hanya mimpi??

 

 

(Choi Hyun Hwa)

 

 

 

Hyun Hwa melangkah menuju sebuah ayunan belaakang rumahnya. Rumah yang diberikan oleh Choi Ki Ho untuknya tinggali bersama Ye Ra ketika Ki Ho pergi berbisnis di Jepang. Mata gadis itu sembab dengan penampilan acakan. Hyun Hwa menatap kosong objek-objek di depannya. Terbayang kembali saat ia pertama bertemu dengan Donghae di Kyunghee. Pertama kali ia merasakan debaran yang berbeda. Pertma kali ia melihat wajah Donghae yang sebenarnya sudah ada dalam mimpinya. Tidak bisakah ini hanya mimpi buruk??

“Eonni…” panggil Ye Ra dengan suara sedikit bergetar. Ini pertama kalinya gadis itu memanggil Hyun Hwa ‘eonni’. Usia yang hanya terpaut 1 bulan membuat Hyun Hwa menyuruh Ye Ra untuk tidak memanggilnya eonni. Hyun Hwa menoleh dan membuang muka kembali. Ye Ra berlari memeluknya. Dan terisak

“Mianhae eonni…”  Hyun Hwa melepaskan pelukan Ye Ra dan meninggalkan Ye Ra begitu saja. Ia belum menata hatinya kembali.. ini terlalu sulit untuk dimaafkan. Ye Ra tergelak. Sungguh ini terlalu perih daripada diperlakukan seperti itu oleh Jong Woon.

***

 

Di dalam kamar, Hyun Hwa terisak hebat. Ia mengacak-acak kamarnya. Ia sendiri bingung. Apa yang harus ia perbuat?? Sebelah sisinya mengatakan kalau ia memaafkan Ye Ra, sebelahnya lagi menahannya. Ia tidak peduli lagi tentang Lee Donghae. Ye Ra adalah keluarga satu-satunya, bagaimana bisa ia membenci gadis itu?? Ia memang mencintai Donghae, tapi ia juga begitu mencintai Ye Ra

Hyun Hwa mengumpulkan semua benda-benda yang pernah diterimanya dari Donghae. Ia berniat untuk melupakan Donghae saja. Saat hendak membuka laci mejanya, Hyun Hwa terhenti manakala matanya menangkap sebuah benda yang membuat kepalanya tiba-tiba sakit. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya. Gadis itu merasakan sakit itu, tapi  jauh sebelum ia tahu cerita dari Ye Ra. Ada beberapa sekelabat bayangan yang hinggap di memory otaknya. Hyun Hwa memegang kepalanya, berdiri tidak seimbang sehingga tak sengaja tangannya menyenggol sebuah gelas yang tergelatak di meja sisi bed-nya.

Ye Ra yang memang hendak menuju ke kamarnya yang berada di samping kamar Hyun Hwa mendadak berhenti dan segera berlari ke kamar Hyun Hwa ketika mendengar suara gelas yang jatuh. Mata Ye Ra membulat ketika melihat Hyun Hwa sudah tak sadaarkan diri. Gadis itu segera menghubungi Donghae dan meminta bantuan beberapa pekerja di rumahnya. Membawa Hyun Hwa ke rumah sakit.

===========================

Ye Ra berjalan mondar-mandir di depan sebuah ruangan ICU. Hatinya benar-benar cemas. Sempat terpikir olehnya kalau Hyun Hwa hendak melakukan aksi bunuh diri.==’

Kedua kuku dari ibu jari ia tautkan bersama dan kadang-kadang ia mengigitnya. Hatinya benar-benar resah. Jong Woon yang saat itu hendak berbicara dengan Ye Ra mendadak ikut khawatir ketika dari dalam mendengar suara teriakan kekasihnya.

Jong Woon memeluk Ye Ra, berusaha menenangkannya. Ia juga berusaha mengenyampingkan sakitnya untuk menenangkan kekasihnya yang sedikit terguncang.

“Hyun Hwa pasti akan baik-baik saja…” Ye Ra semakin terisak di pelukan Jong Woon. Gadis itu bingung, sungguh bingung. Oa tak tahu harus bagaimana.

“Keluarga Nona Choi??” tanya seorang pria paruh baya yang memakai jas serba putih mengagetkan Ye Ra dan Jong Woon. Ye Ra mengangguk dan menghampiri dokter itu.

“Nona Choi tidak apa-apa. Hanya saja…apa dulu ia pernah mengalami kecelakaan??” Ye Ra tetap mengangguk.

“Lalu bagaimana dok??” tanya Donghae tiba-tiba. Biar bagaimanapun juga ada terselip rasa khawatir pada dirinya.

“Syaraf yang terjepit di otaknya kemungkinan kembali pulih dan kemungkinan amnesia yang dideritanya juga akan sembuh.” Donghae tergelak. Amnesia?? Bukankah Hyun Hwa baik-baik saja??

“Oh ya..apa ada yang bernama Dongdong??” Donghae menoleh terkejut. Itu namanya. Nama kecilnya. Hanya ia dan gadis yang bernanama princess saja yang tahu.


Tittle                                    : Lovely Day

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

 

Blog                                       : http://ImELFChoiYera.wordpress.com

Genre                                  : AU! Gaje, romance

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 5,595

 

Cast                                     : Kim Yesung; Choi Yera

 

Support Cast                      : All Member Super Junior; Jung Hyun Jin; Jung Young Hwa; Jung Ill Woo; Family of Yesung

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-6, All Cast milik Tuhan YME,  DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

Dedicated                              : My Oxygen Kim Jong Woon

 

 

 

Gwangjin, August 22nd, 2012

08.00 PM KST

 

 

Di sebuah rumah bergaya klasik terlihat seorang gadis berbalut gaun malam pendek  berwana putih dengan rambut sedikit disanggul membuatnya terlihat cantik ditambah lagi dengan pantulan cahaya lampu yang berada di ruangan itu. Yera – nama gadis itu – berjalan mondar-mandir tanpa arah di depan sebuah pintu di dalam rumahnya. Jari-jarinya diadu-adukan dan terkadang kuku-kuku tangannya tak jarang ia gigit. Raut wajahnya resah. Duduk dan berdiri lagi. Pandangannya ia arahkan keluar jendela. Menunggu. Mendesis kesal, tak ayal menghentakan kaki. Gadis itu marah, kesal dan khawatir menjadi satu. Menghembuskan napas kesal dan menatap bingkai yang terpasang rapi di ruang tamu itu. Foto pernikahannya dengan Kim Jong Woon atau lebih dikenal dengan Yesung Super Junior 6 bulan yang lalu.

“Jinjja!! Kim  Jong Woon!! Senang sekali kau membuatku khawatir??!!!” pekik Yera sembari mengetuk-ngetukkan tangannya di kaca bingkai itu.

1 jam yang lalu Yesung memberi kabar bahwa dirinya akan pulang cepat dari jadwalnya hanya ingin menemui Yera – istri tercintanya – dan berniat untuk makan malam bersama di sebuah restaurant.  Dan selama itu pula Yera terus menunggu kedatangan suaminya itu. Ia mengerti jika ada jadwal mendadak sehingga Yesung tidak bisa tepat waktu, tapi ini aneh. Yesung tak sekalipun memberi kabar apapun padanya dan itu membuat hatinya resah.

Gadis itu juga sempat menghubungi kakaknya – Choi Siwon Super Junior – untuk menanyakan keberadaan sang suami. Tetapi jawaban yang dilontarkan Siwon justru menambah kekhawatirannya. Siwon mengatakan kalau semenjak 1 jam yang lalu hyung-nya itu sudah pulang duluan.

——

Gwangjin, Star Café

August, 22nd 2012

09.00 PM KST

 

 

Yesung mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja sembari menunggu gadis di hadapannya ini berbicara. Hatinya resah. Ini sudah 1 jam lamanya ia dan gadis itu duduk di sebuah meja café.

“Kalau tidak ada yang kau bicarakan, aku pergi!!” ujar Yesung tegas sembari berdiri. Gadis di depannya tetap diam dan bereaksi ketika Yesung berjalan meninggalkannya.

“Chakkaman!!” Yesung berhenti, tetapi tidak menoleh. Gadis tadi langsung memeluk Yesung dari belakang.

“Jangan tinggalkan aku lagi oppa…” gadis itu mulai terisak. Yesung memejamkan matanya dan melepaskan tangan gadis itu yang melingkar erat di pinggang Yesung.

“Mianhae, kisah kita telah usai. Dan kau tahu aku sudah mempunyai seorang istri yang sangat aku cintai. Kuharap kau mengerti, Hyun Jin-ah. Akan ada lelaki yang lebih baik dariku.” Hyun Jin – nama gadis itu – tetap bersikukuh memeluk Yesung. Yesung yang sudah merasa kalau perlakuannya menimbulkan pandangan negatif dari beberapa pengunjung yang lain memutar tubuhnya dan memegang bahu Hyun Jin.

“Lihat aku!!” perintah Yesung ketika melihat Hyun Jin yang menunduk.

“Haaahhhh,” lenguhnya panjang dan segera menarik tangan gadis itu mengajaknya keluar dari café tersebut.

***

 

 

 

“Apa yang kau inginkan??” Tanya Yesung tajam ketika mereka sampai di dalam mobil Yesung. Hyun Jin bergeming. Ia menggigit keras bibir bawahnya. Yesung sebal ketika melihat arloji-nya menunjuk pukul 10.00 PM.

“Pasti Yera menungguku!! Astagaa.. bahkan ini sudah hampir 2 jam!!!” gumamnya, tetapi tetap fokus pada gadis di sampingnya.

“Akan aku antarkan kau pulang.” Yesung segera menstarter mobilnya menuju kediaman Jung Hyun Jin, wanita yang pernah singgah di hatinya 5 tahun yang lalu. Dan mereka menyudahi hubungan mereka ketika Hyun Jin tidak sanggup lagi menjadi seorang kekasih dari salah satu member boyband terkenal seperti Super Junior padahal jelas-jelas gadis itu berada di lingkungan keluarga yang berkecimpung di dunia hiburan. Sang kakak Jung Ill Woo dan Jung Yong Hwa adalah seorang actor dan vokalis dari group band CN Blue yang sama terkenalnya dengan Super Junior.

Yesung yang saat itu dilanda patah hati mampu melupakan cintanya itu ketika berkenalan dengan sosok dongsaeng dari Choi Siwon. Sosok yang keras kepala, manja, cuek, tetapi sering heboh dan bisa menjadi sangat pendiam. Berbanding 180◦ dengan sifat Siwon. Dan sosok itu yang membuatnya bertekuk lutut dan mencintainya dengan sepenuh hati sehingga dengan sendirinya sosok Hyun Jin pudar di hatinya. Kebisuan Hyun Jin semakin menambah kekesalan pada diri Yesung.

“Benar, tak ada yang ingin kau bicarakan?? Aku akan menghubungi oppa-mu agar ia mau menjemputmu. Aku tidak ingin jika is– “

“Jika istrimu marah, huh?? Istri?? Seharusnya aku yang menjadi istrimu!! Bukan gadis itu!!” pekik Hyun Jin membuat Yesung tergelak karena ini pertama kalinya ia melihat Hyun Jin seperti ini. Dalam setiap katanya seperti terlukis kebencian pada Yera.

“Jika yang kau maksud Choi Yera, apa dirimu sendiri sudah pantas menjadi seorang istri??” Hyun Jin menatap nanar Yesung. Perkataan pria itu membuat hatinya teriris. Ia tahu betul kalau keputusannya 5 tahun yang lalu adalah keputusan yang sangat bodoh.

“Maafkan atas keputusanku 5 tahun yang lalu.” Yesung tersenyum kecut.

“Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Kalau itu yang kau khawatirkan, kau tak perlu pikirkan. Aku sudah mengirim pesan pada Ill Woo untuk menjemputmu. Atau bahkan yang datang menjemputmu Yong Hwa. Aku akan menemanimu di sini sampai mereka datang,” ucapnya datar ketika menghentikan laju mobilnya di sebuah halte. Selang beberapa menit sebuah Porsche hitam  mendekati mereka. Keluarlah seorang pria berbadan cukup sedang memakai t-shirt berwarna orange dengan penyamaran lengkap mengingat pria itu termasuk salah satu actor ternama di Korea.

“Hyun Jin-ah..” sapa Ill Woo membuat mereka berbarengan menoleh pada Ill Woo.

“Annyeong haseyo, hyung..” sapa Ill Woo pada Yesung sembari membungkukkan badannya. Yesung pun membalas sapaan Ill Woo dengan senyuman.

“Baiklah Hyun Jin-ah.. oppa-mu sudah datang menjemputmu, jadi aku harus pulang.” Hyun Jin tetap membisu dan semakin mendalam menunduk. Ill Woo yang tidak tahu apa-apa – di luar-konteks-mereka-sudah-putus – menatap dua orang di depannya ini dengan pandangan tidak mengerti. Ingin sekali ia bertanya apa yang terjadi pada dongsaeng kesayangannya ini, namun logika dan hatinya mensugestikan pada anggota tubuhnya untuk tetap diam.

Selepas kepergian Yesung, Hyun Jin terkulai lemas dan jatuh terduduk dengan deraian air mata. Ill Woo yang ada di samping gadis itu ikut berlutut dan segera menenggelamkan wajah Hyun Jin ke dada bidangnya. Kejadian itu rupanya masih tetap dilihat oleh Yesung dari kaca spion mobilnya.

“Mianhae Hyun Jin-ah.. tapi benar, cinta ini sudah tak ada lagi untukmu,” ujar Yesung sembari mempercepat laju mobilnya.

——

 

 

 

Yera yang lelah menunggu Yesung tanpa ia sadari matanya telah terpejam dan ia tertidur dengan memaanfaatkan tangannya untuk menyangga keplanya. Gadis itu tertidur di depan pintu rumahnya. 2 jam yang lalu gadis itu memutuskan untuk menunggu Yesung di depan pintu yang terhubung dengan pagar rumahnya. Yesung yang telah sampai di rumahnya terhenyak melihat penantian istrinya itu. Dengan hati-hati ia mendekati Yera, menggendong tubuh kecil itu dan membuka pintu rumahnya dengan kaki kanannya pelan agar ia tidak membuat Yera terbangun.

“Mianhae chagi-ya,” gumam Yesung setengah berbisik dan berjalan menuju kamar mereka yang terletak di lantai 2. Sesampainya di kamar yang bernuansa biru muda di tiap dinding kamarnya terpasang foto-foto dirinya dengan Yera sejak pertama bertemu, berpacaran sampai kehidupan rumah tangga 6 bulan yang lalu dengan zig-zag. Yesung meletakkan tubuh istrinya pelan-pelan dan berhenti sejenak saat menarik tangannya yang tertindih tubuh istrinya itu tatkala Yera menggeliat lantas menyelimuti sampai leher ketika sukses menarik tangannya tersebut. Yesung duduk sejenak di samping Yera. Menatap intens pahatan Tuhan yang paling indah pada wajah Yera. Oh… adakah kata selain kata indah untuk mengungkapkan perasaan Yesung saat ini?? Tangan Yesung terulur untuk menyibakkan poni istrinya lantas beranjak menuju lemari. Mengganti pakaiannya dengan piyama dan sekaligus mengambilkan piyama Yera untuk dipakaikannya pada gadis itu.

“Yeobo, kau sudah pulang??” Tanya Yera dengan suara sedikit parau sembari mengerjap-ngerjapkan matanya. Yesung yang sedang memakai piyamanya tersentak dan langsung menoleh pada istrinya.

“Kau kenapa bangun chagi??” Yesung menghampiri Yera dan membelai rambutnya.

“Kau sudah makan??” Yera tidak mengindahkan pertanyaan Yesung dan berbalik bertanya pada suaminya itu. Yesung menggeleng sembari tersenyum berusaha mengatakan pada Yera kalau ‘sudah, kembalilah tidur’.

“Akan kubuatkan makanan.” Yera menyibakkan selimutnya. Berdiri dan berjalan dengan sedikit sempoyongan. Sedikit terlupa kekesalan dan kekhawatirannya tentang keadaan dan ketiada kabar dari Yesung atau mungkin karena alam bawah sadarnya mengontrol emosinya agar tidak meledak. Yesung yang sudah hafal kebiasaan Yera terkikik geli. Dipastikan jika Yera sudah sadar sepenuhnya ia akan mendapat berbagai amukan dari istrinya itu.

 

 

——-

 

 

 

Yera menatap tajam pria di hadapannya yang sedang dengan santainya memakan kimchi. Seolah tidak ingin terburu-buru untuk menghabisakan tiap gigitan kenikmatan makanan itu.

“Kau sudah makan??” Tanya Yesung mencoba mencairkan emosi Yera.

“Tidak bernapsu untuk makan!!! Tapi sedang bernapsu untuk makan orang!!!” ujar Yera dengan nada ketus dan Yesung hanya mengangguk, membulatkan mulutnya membentuk huruf ‘O’. Yera mendecak sebal. “bukannya minta maaf dan membujukku untuk makan. Ck!! Malah tidak memperdulikanku!!” batin Yera sebal.

“Jawab pertanyaanku Tuan Kim!! Kau kemana saja, huh?? Kenapa tidak memberiku kabar sama sekali?? Jikalaupun kau terlambat pulang dan ponselmu mati, setidaknya kau meminta Siwon oppa untuk meberitahuku kalau KAU BAIK-BAIK SAJA DAN JANGAN MENGKHAWATIRKANKU!!! Aku sangat mengkhawatirkanmu bodoh!! Tidak bisakah kau sekali saja membuat hatiku tidak mengkhawatirkanmu?? Aku menunggumu 2 jam!! Dan kau tahu bukan kalau aku tidak suka menunggu, tetapi demi suami tercintaku aku dengan sabar menunggumu!! Menunggumu di malam yang dingin ini!! Aku bukannya pamer padamu, tapi..arghh..kau menyebalkan!!!” cerocos Yera tanpa jeda dan hanya menarik satu kali napas. Yesung menatapnya tanpa ekspresi, tetapi jauh di libik hatinya ia merasa bersalah sangat bersalah membiarkan istrinya menunggu sedangkan dirinya menemui mantan kekasihnya tanpa memberitahukan terlebih dahulu pada Yera.

“Kau?? Sudah mengamuknya??” Yera terdiam. Ia tahu betul jika Yesung sudah berbicara seperti itu..itu tandanya kalau ia sangat lelah dan marah.

“Tadinya jika kau tidak mengamuk, oppa akan memberitahu satu hal yang penting.” Yera membulatkan matanya. Penasaran.

“Ahh…. Sebaiknya aku memberitahumu jika kau sudah tenang!!” ujarnya sembari beranak dan pergi ke wastafel hendak mencuci piringnya. Yera melongo, namun tak ayal mengekori Yesung dan merebut piring yang ada di tangan Yesung.

“Biar aku saja,” ujarnya lembut. Yesung tersenyum tipis. Inilah istrinya yang dengan cepat mengubah mood-nya.

“Kau istrihatlah. Kau lelah bukan??” Yera memegang dada Yesung ketika ia sudah mencuci piring. Yesung terenyuh. Ia teringat saat di mana dirinya bertemu dengan Hyun Jin di belakang Yera. Bukankah itu termasuk cirri-ciri dari selingkuh?? Yesung lantas memeluk Yera dan berbisik padanya.

“Mianhae…” Yera mengernyitkan dahinya namun tak urung untuk menganggukan kepalanya.

 

 

———–

 

 

Yera mengerjap-ngerjapkan matanya ketika merasakan pantulan cahaya matahari merasuki kamarnya. Ia menggeliatkan tubuhnya sebentar kemudian menatap lembut wajah sang suami yang masih tertidur pulas. Yera mengulurkan tangannya mencoba membelai pipi tirus suaminya itu, namun berhenti di udara ketika otak jahilnya bekerja. Dengan sangat hati-hati ia menyibakkan slimut dan turun dari bed-nya, berjalan beberapalangkah menuju sebuah meja dan membuka laci meja tersebut. Yera menyeringai manakala ia melihat sebuah benda yang ia cari. Sebuah camera digital. Ia pun kembalike samping Yesung. Tersenyum licik dan ia arahkan kamera tersebut tepat di hadapan Yesung.

“Jika Jong Jin tidak bisa membalaskan dendamnya padamu karena kau telah meng-upload foto dirinya ketika tertidur, maka aku yang akan merealisasikan dendam Jong Jin,” Yera terkikik geli dan hampir menekan tombol sampai sebuah tangan menariknya sehingga ia menindih Yesung.

“Apa yang kau lakukan, chagi.. eumh??” Tanya Yesung dengan mata masih sedikit terpejam. Yera mendengus karena usahanya masih saja gagal. Usaha yang entah sudah keberapa kalinya setelah mereka menikah. Entah ilmu apa yang dimiliki Yesung karena selalu tahu usahanya itu. Padahal jelas-jelas ia sengaja melakukan itu dengan rentang waktu yang tidak cukup sering.

“Menyebalkan!!” gerutu Yera sembari menarik dirinya dari tubuh Yesung. Merasa seperti itu, Yesung mengeratkan tangannya memeluk pinggang Yera. Membuat istrinya itu tidak bisa berkutik. Yera menggigit bibir bawahnya menahan degupan jantung yang berdetak kencang. Merutuki kadar ketampanan Yesung yang semakin hari semakin bertambah. Sehingga ia tidak tahu lagi bagaimana mensiasati dirinya ketika menemukan kejadian seperti ini.

“Kurasa aku sendiri satu-satunya istri yang jantungnya terus-terusan berdegup kencang ketika berhadapan dengan suaminya dengan jarak dekat seperti ini,” batin Yera merutuki dirinya sendiri. Yesung membuka matanya dan tersenyum menggoda padaYera membuat jantung Yera merosot. Ia bersumpah jika ada tempat untuk bisa mengganti jantungnya, ia akan mengganti jantungnya sekarang juga yang mungkin telah rusak karena setiap hari terus mendapatkan senyuman lembut, hangat dari Yesung tanpa terduga sebelumnya.

Menahan sepersekian detik napas  saat mendapatkan perhatian-perhatian dan perlakuan manis yang tidak seorang pun tahu seperti apa dari Yesung. Sungguh ia sendiri juga merutuki kerja anggota tubuhnya yang seolah tidak mendengarkan logikanya sehingga tanpa ia sadari ia memejamkan matanya ketika Yesung menarik dalam tengkuknya.

“Apa yang kau pikirkan Nyonya Choi??” bisik Yesung lembut sembari menghembuskan napasnya di telinga Year lantas mengerling mempermainkan. Merasa dirinya dipermainkan lagi oleh Yesung, Yera memelotot pada suaminya itu hendak memarahinya sampai Yesung membekap mulut Yera dengan bibirnya. Menciumnya sekilas.

“Morning kiss….” Ujar Yesung sembari beringsut ke kamar mandi memanfaatkan peluang ketika Yera yang masih mematung. Ia tahu jika dirinya masih berada di situ kemungkinan besar Yera akan menjambak rambutnya kesal.

“YAK!!! Kim Jong Woon!! Awas saja kau!!” pekik Yera ketika sudah tersadar membuat Yesung tertawa.

“Kau mematung sekitar 1 menit Nyonya Choi!! Ckckk!! Lama sekali tersadar oleh pesona seorang Kim Jong Woon!!” ucapnya dengan nada percaya diri. Yera mendesis sebal.

 

 

——–

 

 

“Apa yang ingin kau beritahukan padaku, yeobo…” ujar Yera sembari menyiapkan beberapa helai pakaian untuk Yesung yang sedang mengeringkan rambutnya. Yesung berhenti sejenak kemudian melanjutkan kembali kegiatannya tadi yang sempat tertunda.

“Tidak ada…” dustanya dengan nada dibuat sewajar mungkin. Yera merenggut dan melempar kasar kaus hitam kepada Yesung.

“Aku akan menyiapkan sarapan untukmu!!” dengusnya sembari berlalu ke dapur. Yesung tersenyum getir. “mianhae.. bukannya tidak ingin memberitahumu, tetapi waktunya belum tepat.”

 

 

 

***

 

 

Yera memperhatikan dengan penuh senyuman ketika Yesung memakan masakannya dengan lahap. Yesung yang tahu dirinya diperhatikan menghentikan suapannya dan menatap lekat pada sang istri. Seolah dari tatapannya berbicara ‘ada apa kau menatapku seperti itu??’ Yera hanya nyengir kuda.

“Hari ini oppa pulang cepat atau tidak??” Tanya Yera dengan maksud hati agar Yesung mengganti rencananya yang tadi malam tertunda bisa terealisasikan sekarang. Yesung bergeming sembari melihat arloji-nya.

“Kurasa oppa akan pulang cepat, waeyo??” Yera melongo dengan kata ‘kenapa’ yang dilontarkan Yesung dengan nada datar. Harapannya seolah musnah tanpa bekas. Yera tersenyum kecut lantas menggelengkan kepalanya sampai mereka mendengar sebuah bel dari pagar rumahnya. Yera dan Yesung sama-sama terkesiap dan saling melempar pandangan.

“Siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini?” pikir mereka berdua namun tak ayal bagi Yera untuk menuju ke pintu, menekan tombol guna membukakannya pintu. Setelah dikira sudah terbuka gadis itu langsung masuk tanpa melihat sekalipun pada sosok Yera, ia tetap masuk dan langsung berhambur ke pelukan Yesung yang saat itu sedang berjalan menuju kamarnya. Yera tersentak. Tenggorokannya tercekat. Tangan kanannya menutup mulutnya yang menganga. Hatinya mendesir panas melihat pemandangan di depannya itu. Pandangannya kabur karena air mata yang tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya. Siapa yang tidak merasakan perih saat suaminya dipeluk oleh wanita lain di hadapannya sendiri?? Dan sang suami pun tak bereaksi sedikitpun!! Yera menahan napasnya mencoba menekan gemuruh emosi yang bertalu kencang di dadanya. Hatinya benar-benar tercabik.

“Yesung oppaa….” Panggil seorang gadis yang memakai setelan jeans dan sebuah tank top berwarna putih dirangkap sebuah cardigan berwarna ungu dipadu dengan high heels tinggi 5cm. Gadis itu nampak cantik dengan rambut yang diikat kuncir kuda sehingga menampilkan lehernya yang berwarna putih. Yesung yang tahu suara itu segera melepaskan cengkraman tangan Hyun Jin dari pinggangnya. Memutar tubuhnya, menatap tajam pada Hyun Jin dan beralih menatap lirih pada Yera berusaha memberitahukan dari tatapan itu kalau tidak ada hubungan apa-apa dengan gadis yang bernama Hyun Jin itu. Yera tidak kuat lagi ketika melihat Hyun Jin yang ia sendiri tahu siapa gadis itu sedang bergelayut manja di lengan Yesung.

Yera tahu siapa Hyun Jin karena saat sebelum Yesung menjadikannya kekasih, Yesung menceritakan semua kisah cintanya dengan Hyun Jin. Bermaksud agar tidak ada kebohongan diantara mereka. Yera berlari ke kamarnya dan terhenti manakala ucapan Hyun Jin membuatnya seperti tersambar petir.

“Oppa… kenapa kau meninggalkanku begitu saja tadi malam??” rengek Hyun Jin sembari menekankan kata ‘tadi malam’ dengan sengaja agar Yera mendengarnya. Yesung sendiri langsung menghempaskan tangan Hyun Jin dan berlari menyusul Yera yang semakin cepat berlari menaiki tangga dengan deraian air mata. Merasa usahanya berhasil, Hyun Jin tersenyum menyeringai dan langsung pergi meninggalkan rumah itu.

 

 

 

***

 

 

“Apa yang kau lakukan, huh??” Tanya Yesung dengan nada kesal ketika sampai di kamarnya dan mendapati sang istri tengah mengemasi barang-barangnya di sebuah kopor berwarna biru. Yera diam. Mengacuhkan semua ucapan dan pandangan tajam Yesung. Yesung geram. Ia mengeluarkan kembali pakaian Yera dan melemparnya ke sembarang arah. Mencengkram kuat behu istrinya itu. Memaksa Yera agar mau membalas tatapan dirinya. Yera pun menurutinya dan menatap dengan tatapan marah bercampur kecewa juga terluka.

“Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya…” lirih Yesung dan melonggarkan cengkramannya. Yera menggeleng keras dan menghempaskan tangan Yesung. Sungguh ia merasa terkhianati oleh suaminya sendiri.

“Apa yang kau jelaskan, huh?!! Sudah jelas bukan tadi malam kalian berdua bertemu dan KAU TIDAK MEMBERITAHUKU!!! KAU ANGGAP AKU APA, HUH??!! SEORANG ISTRI YANG CUMA SEBAGAI STATUS SAJA??!! LEBIH BAIK KAU CERAIKAN AKU SAJA DAN KEMBALI PADANYA!!!” pekik Yera histeris dan mendudukkan dirinya dengan kasar.

“CHOI YERA SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU WALAU KAU SENDIRI YANG MEMINTANYA!! AKU TETAP AKAN MENGIKATMU DALAM HATI INI!!! AKU MENCINTAIMU!!!” pekik Yesung dengan suara tak kalah keras. Yera menatap sinis wajah Yesung. Berdiri.

“Kau bilang apa?? Kau mencintaiku?? Cinta?? Jika kau mencintaiku tak seharusnya kau membohongiku!! Tak seharusnya kau mengkhianati ikatan suci ini!!!” ujarnya lembut yang justru terdengar sangat menusuk hati Yesung sembari mengelus pipi Yesung.

“Nyatanya apa?!! KAU BERSELINGKUH DENGANNYA KIM JONG WOON-ssi!!!” pekiknya sembari berlari dan menggebrak pintu kamarnya. Ia pergi tanpa membawa apa-apa. Ia pergi dengan rasa marah dan dengan deraian air mata. Ia pergi meninggalkan Yesung. Ia pergi meninggalkan cintanya yang menyalahkan dirinya sendiri. Ia pergi tanpa memaafkan suaminya. Yesung menatap lirih kepergian Yera dan menangis dalam diam.

 

 

———

 

 

Gwangjin-gu, Seoul

 August, 23rd 2012

11.00 PM KST

 

Yesung menatap gusar jam dinding di rumahnya. Sejak kejadian tadi pagi Yera tidak menghubunginya sama sekali sampai sekarang. Ia bahkan sudah mencari kemanapun istrinya itu. Ia yakin ada satu tempat yang belum ia datangi untuk mencari Yera. Rumah kediaman keluarga Choi. Rumah milik kedua orang tua Yera. Wajahnya yang sudah tirus menjadi lebih tirus karena sejak kepergian istrinya itu, tak ada satupun hasrat untuk makan.

“Aish!! Haruskah kau kabur ke rumah orang tuamu?? Tidak bisakah kita menyelesaikan masalah ini berdua saja??” gerutu Yesung,  namun tetap bergegas menuju parkiran mobilnya. Menstarter dan melaju cepat menuju kawasan Gangnam. Fokus Yesung terpecah manakala ponselnya berbunyi menandakan satu panggilan. Pria itu pun segera merogoh ponselnya yang ada di tas ransel yang tergeletak di samping kursi kemudi. Dapat. Yesung menatap kesal nama yang terpampang di ponselnya itu. Jung Hyun Jin. Lama Yesung menimbang dan akhirnya mengangkat sambungan telepon itu. Yesung tercekat saat suara di seberang sana yang ternyata Young Hwa memberitahukan sesuatu yang buruk padanya.

Hati Yesung semakin gusar. Ia memutuskan untuk menghubungi Siwon, memintanya untuk membantu mencari Yera. Dan yeah mau tidak mau menceritakan masalah yang terjadi. Masalah yang tak ingin seorang pun tahu termasuk keluarga sendiri. Ia berprinsip jika sudah berumah tangga dan melewati masalah, ia tak ingin menceritakan kepada siapapun, biarlah ia sendiri yang menyelesaikannya. Sendiri. Tetapi sekarang Yesung tidak ingin terpaku pada prinsip saja, tidak ingin mempertahankan prinsip dan egonya itu. yang terpenting baginya sekarang keselamatan jiwa Yera. Ia tak ingin kehilangan istri yang sangat ia cintai untuk selamanya.

Napas Yesung tertahan ketika bayangan-bayangan buruk menghinggap di otaknya. Bayangan yang merangkap dengan kenangan-kenangan indah bersama Yera. Yesung semakin kalut, dengan kuat ia menginjak pedal gas dan kembali terpecah manakala ponselnya kembali berbunyi. Kali ini nama Siwon yang terpampang di layar ponselnya. Dengan segera ia mengangkatnya dan menjauhkan ponselnya itu dari telinganya. Siwon berteriak memakinya. Hal yang tidak pernah Siwon lakukan jika tidak menyangkut keselamatan dongsaeng-nya itu. terakhir kali Siwon hampir memukulnya sewaktu Yera hampir tertabrak saat hendak menyebrang menemui dirinya-yang-sebenarnya-menyuruh-gadis-itu-untuk-menunggunya-saja. Tetapi karena watak keras kepala gadis itu, ia memaksakan dirinya yang menemui Yesung.

“Bisakah kau tidak berteriak Siwon-ah??” gerutu Yesung yang tidak membuat Siwon di seberang sana bungkam untuk berteriak.

“…”

“MWOYA?!!” Yesung reflek menginjak pedal rem tanpa menepikan mobilnya sehingga membuat kekacauan di jalanan yang hampir lengang itu. Yesung memutuskan sambungan telepon itu dan semikn melajukan cepat mobilnya di atas rata-rata. Kembali ke dorm terlebih dahulu sesuai perintah Siwon.

 

 

 

***

 

 

The Star City Apartement, Tower C, 12th Floor, Han River, 227-7 Jayang Dong, Gwangjin-gu, Seoul

 August, 23rd 2012

11.15 PM KST

 

“Apa yang kau lakukan padanya hyung??” geram Siwon sembari mencengkram baju yang dipakai Yesung ketika tahu Yesung sudah ada di dorm. Leeteuk sebagai hyung tertua mencoba melerai mereka dengan bantuan Sungmin, Eunhyuk dan Donghae. Yesung bergeming. Mendudukan kepalanya.

“Tatap aku hyung!!!” Siwon semakin emosi dan mencoba melayangkan pukulan ke arah Yesung namun ditepis oleh Sungmin yang memang mempunyai keahlian bela diri. Ketegangan yang tercipta membuat wajah para member mau tidak mau mensiratkan ke khawatiran atas apa yang akan terjadi. Ryeowook bahkan sudah tak tahan lagi melihat wajah hyung kesayangannya itu yang muram, kacau, sedih dan menyesal sangat dalam.

“Aku tidak melakukan apa-apa padanya Siwon-ah,” lirihnya sembari terduduk di sofa. Siwon semakin marah dengan Yesung. Bagi Siwon, Yesung seperti tidak menyesal karena tindakannya.

“Mwo?!! Tidak melakukan apa-apa kau bilang?? Lalu maksud pertemuanmu dengan Hyun Jin itu apa, huh??!! Dan kau membohongi adikku hyung!! Adik yang sangat kucintai!!!” ucapan Siwon barusan membuat wajah para member menoleh ke arah Yesung bersamaan. Mereka terkejut dengan nama Hyun Jin. Yeah, mereka sangat tahu cerita cinnta Yesung dan Hyun Jin, jadi tidak heran jika mereka terkejut jika Yesung dan Hyun Jin bertemu. Untuk kali ini mereka sepakat kalau Yesung lah yang salah. Yesung menemui Hyun Jin dan berbohong pada Yera di mana status Yesung adalah sudah beristri. 

“Aku…aku…”

“Kau tahu karena ulahmu, Yera tidak sekalipun mau menyentuh makanannya. Ia terus-terusan menangis di kamarnya. Mengurung diri seharian!!!” Siwon menyela ucapan Yesung sembari kembali mencengkram keraah baju Yesung.

“CUKUP!!!” bentak Heechul. Heechul yang sejak tadi mencoba bersabar dan menahan emosinya tidak tahan lagi ketika mendengar perdebatan antara kedua dongsaeng-nya itu. Pria berwajah tampan dan cantik dalam satu waktu itu menggebrak meja di depannya membuat para member tak terkecuali Yesung dan Siwon menoleh takut-takut ke arahnya. Mereka tahu jika Heechul sudah bersikap seperti ini berarti sudah mengganggu kenyamanan Heechul.

“Apa dengan bertengkar kalian bisa menemukan Yera???” Tanya Heechul menurunkan nada ucapannya, tetapi tidak mengurangi ketegasannya.  Tepat setelah Heechul berbicara seperti itu, ponsel Yesung berbunyi dan kali ini nama yang terpampang membuatnya tertegun dan menatap satu per satu wajah para member.

“Yera…” lirihnya dan segera mengangkat sambungan telepon itu.

“Yeobseyo.. Ra-ya.. neo eodisseo?? Cepat pulang chagi…. Oppa merindukanmu…” ucap Yesung tanpa memberikan celah pada seseorang di seberang telepon untuk berbicara.

“Ckckck… sungguh romantis…” ujar suara seorang gadis yang membuat rahang Yesung tercekat. Mengubah air mukanya dan memberikan tanda tanya besar dari para member.

“Hyu…Hyun..Jin!!!” Para member kompak membelalakan matanya. Hyun Jin hanya tertawa renyah menanggapi kekagetan Yesung. Yesung tersentak ketika mendengar samar-samar suara teriakan ketakutan Yera. Ingatannya kembali mengulang apa yang dikatakan Young Hwa padanya.

‘Hyung..Hyun Jin menghilang tanpa kabar apapun! Kamarnya kacau dan sepertinya ia membawa pistol koleksi milik Ill Woo hyung. Hyung eottokhae?? Di kamarnya penuh foto seorang gadis dengan ciri-ciri rambut hitam panjang dan sedikit curly dan ada tanda silang dari darah di foto tersebut. Aku takut hyung kalau Hyun Jin melakukan hal macam-macam pada gadis itu.’

“Yak!! Kau di mana, huh??!!” ujar Yesung yang semakin membuat tawa Hyun Jin meledak.

“Berhenti tertawa dan jangan sakiti istriku!!!” pekiknya membuat para member ikut mengubah air mukanya menjadi khawatir.

“Istri?? Yeah.. istri.. status yang sangat aku inginkan. Menyandang status itu sebagai istrimu.” Tawa Hyun Jin mereda terganti dengan suara lirihan yang menyayat hati dan suara tembakan membuat Yesung menegang dan membbulatkan matanya. Gadis itu seperti menjelma menjadi seorang psikopat karena cinta.

“YAAKKKK!!”

“Hahahahahahahha…. Tenang saja yeobo…yang kutembak bukan istrimu. Istrimu akan kutembak jika kau sudah datang dan melihatnya sendiri. Datanglah ke Sungai Han. Aku tunggu. 10 menit kau tak datang, nyawa istrimu melayang. DORR!!” Yesung mematikan sambungan itu dan beringsut keluar dorm tanpa memperdulikan perrtanyaan-pertanyaan para member.

 

 

———-

 

 

 

“Ra-ya, kau di mana chagi?? Hyun Jin-ah, jangan sakiti istriku….” Pekik Yesung sembari berlari memutar di kawasan sungai han. Napas Yesung tersengal-sengal, lututnya melemas seketika mendapati sosok istrinya tengah berdiri menggantung di atas pohon. Yesung berlari menghampiri pohon itu. Menaikinya dan meraih tali uang menggantung bebas serta yang terhubung dengan pergelangan tangan Yera. Wajah istrinya itu terlihat pucat, Yesung tahu jika Yera tidak suka berada di tempat ketinggian seperti ini.

“Oppa…aku takut. Aku takut ketinggian. Aku takut jika aku tak bisa bertemu denganmu lagi,” lirih Yera dengan dibarengi isak tangis. Yesung berusaha menenangkan Yera sembari melepaskan ikatan tali itu.

“Bersabarlah chagi… oppa akan menolongmu.”

SRET

Yesung berhasil melepaskan tali itu dan meraih Yera, menggendongnya dan mencoba turun dari pohon itu dengan hati-hati karena akses yang terlalu berbahaya dan Yesung memanfaatkan taliitu sebagai alat untuk membantunya untuk turun.

“Waow…seorang Kim Jong Woon bisa bersikap seperti itu juga,” cibir Hyun Jin tiba-tiba membuat mereka menoleh ke arahnya.

“Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain pun tidak boleh memilikmu!!!” pekik Hyun Jin sembari menodongkan sebuah pistol pada Yera. Yesung menegang, dengan cekatan ia berdiri hadapan Yera sebagai tameng untuk istrinya itu.

“Tembak aku saja dan jangan sakiti dirinya!!!” ujar Yesung tegas. Hyun Jin mengangguk dan menarik pelatuk pistol itu. Yesung memejamkan matanya sembari berkata pada Yera yang di belakangnya.

“Sampai kapanpun cinta ini akan selalu untukmu. Hati ini akan selalu terpatri namamu. Walau badai menerjang, walau salju menghujan, kau akan selamanya menjadi istriku, menjadi pelabuhan terakhir akan cintaku. Mianhae, mianhae karena aku telah membohongimu.” Hyun Jin semakin menyeringai. Ia semakin semangat untuk menembakkan.

 “SAENGIL CHUKKAHAMNIDA… SAENGIL CHUKKAHAMNIDA.. SAENGIL CHUKKAE URI YESUNG…” Yesung tersentak dan mendapati wajah dan tubuhnya basah kuyup. Yesung menatap tajam Hyun Jin yang ternyata menembakkan pistol air padanya lantas memutar tubuhnya dan menatap sweatdroop Yera yang ternyata mengguyurnya dengan air botol.

“Apa yang kau lakukan Choi Yera???” Tanya Yesung tajam sembari memicingkan matanya. Yera bergidig ngeri dan segera berlari menjauhi Yesung menghampiri para member Super Junior yang ternyata juga ikut menyiramnya dengan air. Yera bersembunyi di balik badan Siwon yang kekar sembari memberikan sign peace dengan kedua jarinya. Hyun Jin pun tak mau kalah dengan Yera, ia juga ikut bersembunyi di balik tubuh kekasihnya – Zhou Mi -.

“Siapa yang merencanakan ini semua??” Tanya Yesung sembari menatap tajam wajah para member beserta Hyun Jin dan Yera, membuat mereka serempak mengelus bulu kuduk mereka yang tiba-tiba merinding.

“Sepertinya aura hitam Yesung hyung akan meledak,” ujar Kyuhyun setengah berbisik pada Eunhyuk yang menanggapi dengan anggukan.

“Di…di..dia istrimu hyung.” Yera memelotot pada Eunhyuk dan segera menggelengkan tangan pada Yesung. Yesung pun mendekati Yera, menatap seduktif istrinya itu membuat Siwon memilih untuk menghindar meski ujung kaus yang dipakainya ditarik kuat oleh Yera.

Yera menggaruk tengkuknya sembari melemparkan senyuman kikuk dan aegyo-nya agar Yesung tidak menatapnya seperti itu. Sungguh itu terlalu menakutkan baginya. Menurut Yera lebih baik mendapat tatapan tajam dari Yesung dibandingkan mendapat tatapan seperti itu.

“Yeobo…” panggil Yera lirih ketika jarak mereka semakin dekat.

“Aish!! Jangan menatapku seperti itu… Yesung oppa… pria yang paling tampan sedunia, pria yang palin tercute di muka bumi ini, pria dengan suara termerdu di jagat raya ini. Bahkan kau lebih dan lebih dari Siwon oppa, Donghae oppa, Sungmin oppa dan Kyuhyun oppa…” ujar Yera sembari memundurkan langkahnya. Ia mencoba menggunakan cara jitu untuk membuat Yesung tidak marah yang ia pelajari dari Leeteuk. Para member bahkan sudah terkikik geli mendengar ucapan Yera itu, walaupun sebagian dari merekaa banyak yang tidak terima atas ucapannya tersebut.

Sukses. Yesung tersenyum dengan mata yang berbinar. Yera menghembuskan napas lega dan menghentikan langkah mundurnya.

GREBB

Yesung menarik tangan Yera meraihnya ke pelukannya dan segera menyirami istrinya itu dengan air botol yang ia bawa di belakang tubuhnya.

“Suami dan istri itu harus saling bersama.. kering bersama dan basah bersama-sama juga,” bisik Yesung sembari mengerling ke arah Yera yang menganga tak percaya.

“Aish!!! Jinjja!!! Neo!!! Arghh!!!” kesalnya sembari menjauhkan diri dari Yesung. “Yak!!! Kalian jangan tertawa!!!” pekik Yera pada para member dan Hyun Jin yang sudah tertawa tebahak-bahak.

“Itu hukuman untuk istri yang telah merencanakan hal gila seperti ini. Sengaja membuat suami khawatir sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri di ketinggian,” cibir Yesung membuat Yera mendecak sebal.

“Siapa yang mempertaruhkan nyawa?? Lihatlah!!!” tunjuk Yera pada sebuah tanah yang tadi dipijak Yesung saat menolongnya. Terlihatlah dua namja tampan, Jung Ill Woo dan Jung Young Hwa yang melempar cengiran(?) dan tengah membawa sebuah matras yang mirip dengan tanah. Yesung menepuk dahinya. Ia bahkan tidak menyadari matras yang ia pijak karena terlalu khawatir pada istrinya itu.

“Kau gila, Ra-ya…” ujar Yesung sembari mengacak-ngacak rambut Yera yang sedang tetawa penuh kemenangan. Bersamaan dengan itu semua datang kedua orang tua Yesung beserta adiknya, Jong Jin membawakan sebuah kue tart berbentuk kura-kura. Perasaan Yesung campur aduk, ia segera berlari menyongsong keluarganya itu dan berhambur memeluk ibu, ayah dan adiknya secara bergantian.

“Howek…howek…” semua mata tertuju pada Yera yang sedang memegang mulut dan perutnya. Yesung panik. Hal yang sama yang dirasakan oleh semua orang yang berada di situ. Yesung pun segera menghampiri Yera dan melemparinya dengan berbagai pertanyaan.

“Chagi…kau tak apa?? Kau tidak sakit, kan?? Kau sudah makan?” Yesung mengarahkan punggung tangannya ke dahi Yera, mengecek suhu tubuhnya.

“Tidak panas…” ujar Yesung sembari menggelngkan kepalanya dan menatap penuh pertanyaan pada Yera. Yera hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti. Ia sendiri juga bingung. Badannya tidak lemah. Tubuhnya tidak meriang jika terkena masuk angin. Tetapi, perutnya terasa terkocok sesuatu dan membuatnya mual seketika mencium aroma wewangian. Nyonya Im Boo Kyung selaku ibu Yesung hanya tersenyum melihat kepolosan anak-anaknya itu. Beliau memegang pundak Yesung dan menatap lembut ke arah Yera.

“Apa ‘tamumu’ sudah datang??” Yera menggeleng dan segera menepuk dahinya.

“Aku…aku…sudah terlambat 2 bulan.” Yesung mengernyitkan dahinya. Tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh dua wanita yang sangat ia cintai. Nyonya Im segera menepuk pundak Yesung dan tersenyum senang.

“Besok…bawalah dia ke dokter kandungan!! Periksa janin yang ada di rahimnya.”

“MWO!!!!” ucap seluruh member serempak terkecuali Yesung dan Yera. Seperti mendapat sesuatu yang berharga, mereka serempak membelalakan matanya dan memerlukan waktu lama untuk mencerna kalimat ibu mereka.

“Ja…jadi…Yera…istriku hamil, eomma??” Tanya Yesung berusaha menyadarkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi belaka. Nyonya Im mengangguk senang membuat Yesung segeraa menmeluk tubuh Yera, mengangkatnya ke udara dan berputar.

“Terima kasih chagiya…terima kasih…calon ibu dari anakku…” ucapnya sembari menyapu seluruh wajah Yera dengan ciuman. Semua orang pun turut senang melihat adegan itu.

“Ini adalah hadiah terindah yang Tuhan dan kau berikan di hari lahirku.. aku berjanji akan menjadi suami yang lebih baik dari sekarang. Aku akan semakin menjagamu dan semakin berada di sisimu. Aku tidak akan meninggalkanmu barang sedikit pun. Demi langit dan bumi beserta isinya. Demi Tuhan!!! Kau akan menjadi yang terakhir untukku!! Demi Tuhan apapun yang tejadi kita akan membesarkan anak kita bersama. Yeah…jika anak kita laki-laki, aku akan memberikannya nama Kim Yee Woon perpaduan dari namamu dan nama kita dan jika perempuan akan kuberikan nama Kim Yee Neul, nama dari sellisih kelahiran kita!!!” cerocos Yesung penuh rasa bahagia. Yera hanya tertawa melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.

“Ckckck!!! Kau terlalu berlebihan hyung….” sela Eunhyuk yang langsung mendapat deathglare dari Yesung, para member sontak tertawa melihat wajah Eunhyuk yang menciut nyalinya.

 

 

 

 

THE END

 

 

Epilog

 

 

Yera menatap penuh harapan pada gadis di hadapannya ini. Melempar jurus aegyo-nya untuk meluluhkan ke-keras kepalaan Hyun Jin.

“Ayolah, eonni… bantu aku untuk memberikan kejutan pada Yesung oppa…” Hyun Jin masih tetap menggeleng. Yera yang berada di rumah Hyun Jin itu memanfaatkan kesempatan ketika melihat Young Hwa dan Ill Woo yang sedang menuruni tangga.

“Oppadeul…” Yera segera berlari menyongsong Ill Woo dan Young Hwa dan kembali melempar ke-aegyo-annya pada dua pria tampan di hadapannya. Ill Woo terenyuh dan melamparkan sebuah pertanyaan.

“Apa ada yang bisa kubantu…” Yera mengangguk semangat.

“Aku mohon pada Ill Woo oppa dan Young Hwa oppa untuk membujuk Hyun Jin eonni agar mau membantuku meberikan kejutan ulang tahun Yesung oppa…” Ill Woo dan Young Hwa saling berpandangan dan kemudian menatap tajam pada Hyun Jin.

“Hyun Jin-ah….” Panggil mereka serempak. Hyun Jin mendengus kesal lantas beranjak dan menghampiri mereka.

“Sebenarnya dongsaeng kalian itu siapa, huh?? Aku atau anak ini??” gerutu Hyun Jin sembari mencubit pipi Yera.

“Aish!!! Appo!! Bukankah Yesung oppa dulu pernah menjadi kekasihmu??” Yera mempuotkan bibirnya kesal. Ia tahu jika Hyun Jin adalah mantan kekasih Yesung, suaminya. Namun, karena hubungnnya dengan Hyun Jin yang sudah akrab sebelum berkenalan dengan Yesung membuat mereka semaakin akrab ketika masing-masing tahu tentang posisinya di hati Yesung. Awalnya Hyun Jin tidak terima, tetapi karena saat itu juga ada seorang pria yang menarik hatinya membuat Hyun Jin mengubah penilaiannya. Zhou Mi, pria yang menaklukan hati Hyun Jin.

“Aish…berhenti berlaku seperti itu, Ra-ya!! Itu terlihat mengerikan!! Baiklah aku kan membantumu dengan syarat!!”

“Mwo…!!!”

“Traktir aku ice cream selam seminggu X 24 jam!! Arraseo!!!” Yera melongo oleh permintaan Hyun Jin sedetik kemudian ia mengangguk stuju. Ill Woo dan Young Hwa hanya tertawa melihat kepolosan kedua adik mereka.

 

 

 

***

 

 

“Begini rencananya… kau Hyun Jin eonni harus bisa menemukan cara untuk bertemu dengan Yesung oppa… bagaimanapun caranya nanti, aku akan berusaha agar Yesung oppa mau berjanji makan malam denganku. Buat dia mengingkari janjinya, yeah… kira-kira 2 jam.”

“Mwo??”

“Dengarkan aku dulu!!!”

“Yesung oppa orangnya tidak suka mengingkari janjinya terutama padaku. Jadi ketika dia datang aku akan mengamuk padanya. Pagi pun kau harus datang ke rumah kami, eonni-ya… cari alas an agar aku benar-benar marah padanya dan kabur ke rumah Appa dan eomma…selebihnya biar Siwon oppa yang bertindak. Dan tugasmu yang terakhir, pura-pura menjadi orang psikopat dan mengikatku di atas pohon. Yesung oppa tahu jika aku takut ketinggian. Dan terakhir aku meminta bantuan pada Ill Woo oppa dan Young Hwaa oppa untuk mencarikan matras yang mirip dengan tanah untuk berjaga-jaga jika aku dan Yesung oppa terjatuh. Oh ya… eonni-ya kau juga harus membawa pistol mainan yang berisi air dan menodongkannya padaku. Berpura-pura untuk menembakku dan saat itu terjadi Yesung oppa pasti akan menjadi tamengku, dannn…ya kau tembak dia bersamaan denganku yang mengguyurnya dengan air botol yang kupersiapkan. Aku juga sudah meminta tolong oppadeul Super Junior serta keluarga Yesung oppa.. eotte rencanaku??”

Baik Ill Woo, Young Hwa dan Hyun Jin, mereka serempak melempar pandangan aneh pada Yera yang sedang tersenyum lebar.

“Sepertinya virus keanehan Yesung hyung terkontaminasi pada istrinya,” ujar Ill Woo sembari menggelengkan kepalanya.

“Nde, hyung.. untung Hyun Jin kita masih bisa terselamatkan,’ ujar Young Hwaa yang langsung mendapat tatapan maut dari Yera dan Hyun Jin.

 

——

 

 


Tittle                                    : No Other

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

Genre                                  : Romance(?), gaje

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 3,305

 

Cast                                     : Choi Yera, Kim Yesung

 

Support Cast                      : All Member Super Junior, Choi Rae Hee, Park Soo Jae, Kim Jung Hoon, Family of Yesung

 

Disclaimer                          : FF ini milikku, All Cast milik Tuhan YME, FF waras ke 4 ku. DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YEAR, CHOI YEAR MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

Warning      : banyak typo

Gadis itu menatap nanar layar laptop di hadapannya. Tangannya yang gemetar meremas kuat ujung kaos yang ia pakai sehingga membuat kuku-kuku panjangnya menembus bahan kaosnya dan menyatu dengan kulit telapak tangannya. Gadis itu tersungkur ke lantai yang dari awalnya ia duduk di sofa, kakinya ia tekuk dan menenggelamkan wajahnya di lutut.

Air mata merembes keluar dari pelupuk matanya. Seperti merasakan oksigen yang tiba-tiba entah habis atau apa, ia merasakan sesak dan gemeta. Ia mengigit kuat bibir bawahnya yang tanpa sadar membuat darah segar keluar dari bibirnya.

Ia mendongak kembali menatap layar laptop-nya dan tangan kanannya ia ulurkan untuk menggerakkan kursor laptop-nya. Sekali lagi gadis itu mencoba menguatkan hati walau air mata terus mengalir menutup pandangan matanya.

Ia membaca perlahan setiap kata dalam berita itu mencoba mencerna makna dari berita tersebut menyalurkannya ke logika, tapi nihil. Logikanya benar-benar tertutup oleh satu kata. Cinta. Tangisnya benar-benar pecah sekarang.

Ia memgang dadanya yang sesak, perih dan sakit dalam waktu bersamaan Berita itu membuat paginya kacau. Berita itu membuat pikirannya hilang entah kemana. Sebuah berita yang benar-benar menjelma seperti ribuan jarum yang menohok dan mengubrak-abrik hatinya.

‘Super Junior Yesung berpacaran dengan T-ara JiYeon?’

Kalimat itu terus menggaung kuat di benaknya. Gadis itu bangkit dari duduknya menuju ke kamar mandi apartement-nya dengan langkah lunglai. Sesampainya ia di kamar mandi dan masih memakai lengkap pakaiannya, gadis itu – Choi Yera –  menyalakan shower dan berdiri membelakangi dinding kamar mandinya.

‘Mungkin dengan air, ia bisa mendinginkan kepalanya yang serasa ingin ia hancurkan.’ pikir Yera. Ia sandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi. Lagi. Ia jatuh merosot ke lantai dengan deraian air mata.

1 jam ia menangis dan tersiram air shower. Bibirnya bahkan sudah membiru.
Tangan yang semula meremas lututnya, kini jatuh terhempas ke lantai. Pandangannya menatap kosong.

= = = = = = = = =

Yesung berjalan tergesa-gesa menuju apartement yeojachingu-nya – Choi Yera – ia seperti merasakan perasaan tidak enak. Ia memencet tombol password apartement tersebut.

Ia edarkan pandangannya mencari sosok Yera. Nihil. Tak ada siapa-siapa, ia semakin khawatir. Lalu pandangannya menemukan sebuah layar laptop yang dirasa masih menyala dan Yesung pun membelalakan matanya setelah membaca berita tersebut. Mungkin inilah yang jadi penyebab ‘hilang’nya Yera.

“Aish!!! Kenapa kau membaca berita murahan ini??” gumam Yesung.

Yesung terhenyak saat mendengar suara shower. Ia bergegas menuju kamar mandi dan pemandangan di depannya sukses membuatnya menumpahkan air mata. Dengan segera Yesung mematikan shower dan membopong keluar tubuh Yera menuju kamarnya. Ia baringkan perlahan Yera lalu berjalan ke lemari untuk mengambil handuk dan pakaian kering. Yesung mengambil ponsel miliknya di kantong blazer yang ia pakai lalu memencet beberapa digit nomor yang ia hafal dan menghubungi seseorang.

Tak sampai 15 menit, seorang yeoja masuk menemui mereka – Yesung dan Yera – dan langsung menatap bingung Yesung.

“Noona, cepat gantikan ia baju,” perintah Yesung.

“Baiklah!!”

= = = = = = =

Yesung mencoba membaca kembali postingan berita itu, ia mengutuk bagi siapa saja yang memposting berita ini sehingga membuat kekasihnya langsung stress.

“Oppa…” panggil sebuah suara seorang gadis membuat Yesung menoleh dan tersenyum.

“Bagaiman keadaanya Jae-ya??” tanya Yesung kepada gadis itu yang bernama Park Soo Jae – kakak sepupu Yera.

“Lebih buruk dari yang kau kira!! Suhu badannya tinggi dan ia menggigil.” Yesung tersentak dan segera berdiri. Ia mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja lalu ia lempar kunci tersebut ke Soo Jae.

“Kau bawa mobilku, aku akan membopong Yera dan kita bawa dia ke rumah sakit.” Yesung langsung masuk ke kamar Yera dan ia menatap nanar wajah Year yang polos dan pucat.

Setelah ia sampai di dalam mobil, dengan cepat Yesung mengendarai mobilnya menuju ke Seoul Hospital. Hatinya benar-benar seperti teriris melihat keadaan kekasihnya seperti itu, terlebih lagi ini karena kesalahannya.

Dengan masih fokus mengendarai mobilnya, Yesung menghubungi seseorang yang sama khawatirnya dengan dirinya. Choi Siwon – kakak dari Choi Yera -.

“Yeobseyo…”

“….”

“Siwon-ah, Yera sakit. Sekarang aku akan membawanya ke rumah sakit terdekat.”

“…”

“Ne..”

Yesung meletakkan ponselnya dan kembali memfokuskan kemudinya.

“Oppa, sebenarnya apa yang terjadi dengannya??” ujar Soo Jae sembari membelai anak rambut Yera yang berantakan dan membuat Yesung menoleh dari kaca spion. Kemudian Yesung mengambil ponselnya dan menghubungkannya ke internet.

“Lihatlah!!” Soo Jae pun mengambilnya dan ia reflek menutup mulutnya.

“Oppa… ini?? Itu tidak benar kan??”

“Tentu saja, aku dan JiYeon hanya sebatas hubungan kakak adik tidak lebih.”

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit dan Yesung yang memang mengkhawatirkan keadaan Yera segera membawa tubuh gadis itu ke ruang perawatan dan berteriak memanggil dokter.

= = = = = = = =

“Yera tak apa??” tanya Leeteuk saat member Super Junior sampai.

“Molla Hyung..”

“Hyung bagaiman bisa dia sakit? Bukankah tadi pagi ia masih bisa menjahiliku?” tanya Siwon sembari menghampiri ruangan Yera dan mengintip dari balik kaca di pintunya.

“Ini semua karena aku, mianhae Siwon-ah..” ujar Yesung tertunduk.

“Maksudmu??” Siwon menatap tajam Yesung.

“Kau lihat berita tadi pagi??”

“Astagaaaa…” ujar member Super Junior berbarengan.

“Hyung jangan bilang kalau kabar kedekatanmu dengan JiYeon?” tebak Sungmin. Yesung hanya menghela napas. Baik Sungmin maupun member Super Junior mengerti dan mereka tidak ingin melanjutkan pertanyaan lagi walau banyak sekali yang ingin mereka tanyakan.

“Siapa disini anggota keluarga dari nona Choi Yera??” tanya uisa membuat mereka menghampiri uisa tersebut.

“ Apa yang terjadi dengannya?? Saya kakaknya” tanya Siwon dan Soo Jae antusias.

“Apakah ada yang membuatnya stress?? Adik anda mengalami stress, tapi untungnya tidak parah. Dia hanya butuh istirahat. Oh ya, ada yang bernama Yesung di antara kalian? Pasien terus mengigau namanya.”

“Gamsahmnida..” ujar mereka berbarengan.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Yesung duduk di samping ranjang Yera, tangannya ia ulurkan untuk menggenggam tangan kanan Yera. Yesung terus menatap wajah Yera yang polos. Entah kenapa ia merasa apa yang terjadi dengan Yera ada hubungannya dengan dirinya.
“Yera-ya, jebal ireona!!”

Yesung menangis melihat kekasihnya itu, perlahan ia usap tangan Yera dan menciumnya.
= = = = = = = = =

Yera PoV

 

Kepalaku terasa berat, mataku sulit untuk kubuka. Aku seperti mendengar isak tangis seseorang.
Yesung oppa, apakah ia menangisi aku?

Oh Tuhan tolong berikan aku kekuatan untuk menggerakkan jemari tanganku agar Yesung oppa tahu kalau aku sudah sadar, tidak tepatnya aku tidak mau melihat ia menangis. Hatiku hancur jika ia sampai mengeluarkan air mata.

Rupanya ia menyadari gerakan jariku dan samar-samar aku membuka mataku.
Oh Tuhan makhluk di depanku tersenyum manis ketika aku sempurna membuka mataku.
Tapi bayangan artikel itu membuatku merasa sesak kembali. Bagaimanpun juga kami sudah memiliki hubungan dan berita itu sukses membuatku terpuruk. Aku meragukannya?? Tidak. Aku hanya sakit membaca postingan itu seolah-olah aku tidak ada. Aku tidak ada sebagai yeojachingu dari Kim Jong Woon.

“Chagi-ya, kau sudah sadar?” ucapnya sembari membelai rambutku.

“Kau menangis?” ujarnya sembari menghapus air mataku dengan jarinya.
Hentikan oppa, kau tahu? Kau menyakitiku dengan berlaku seperti itu. Oppa kau tahu aku mencintaimu, tapi aku masih terus terbayang akan artikel itu.

Kini keadaanku cukup membaik dari beberapa menit yang lalu. Kutepis bayangan buruk itu. Kulihat pintu terbuka dan Siwon oppa serta oppadeul masuk. Kulihat Eun Hyuk oppa memamerkan gummy smile-nya. Dan kurasakan Siwon oppa membelai rambutku, ia mengecup dahiku.

“Syukurlah kau sudah sadar, chagi. Oppa takut terjadi apa-apa denganmu.”

“Kalau kau sudah sehat, oppa akan membelikanmu ice cream,” tawar Eunhyuk oppa.

“Dan juga coklat,” lanjut Leeteuk oppa. Aku hanya mengernyitkan dahi.

“Hahahaha lihatlah hyung, Yera saja tidak percaaya kau akan mentraktirnya,” ujar Kyuhyun oppa yang langsung mendapat jitakan dari EunTeuk oppa dan aku hanya bisa tersenyum karena tidak mungkin kan aku tertawa terbahak-bahak disaat kondisiku seperti ini.
= = = = = = = = =

Author PoV
“Yera-ya…” Yesung menatap lembut mata Yera.

“Kau percaya oppa?? Oppa sama sekali tidak ada hubungan dengan JiYeon. Kalaupun gelang dan cincin kami sama, itu tidak membuktikan kalu kita ada hubungan. Cinta oppa hanya untukmu. Tidak ada yang lain,” ujar Yesung sembari membantu Year untuk duduk di ranjangnya.

“ Aku percaya oppa. Aku hanya takut jika itu benar. Lagi pula Jiyeon memang cantik tidak seperti–“

“sssttt!! Jangan bilang seperti itu. Oppa mencintaimu bukan dari cantikmu. Naega Jeongmalyo saranghanda.”

“Oppa itu lirik dari From U.” Yera mengerucutkan bibirnya dan membuat Yesung gemas untuk mencubitnya.

“Appo!!! Ya!!” Gadis itu melempar Yesung dengan sebuah bantal.

= = = = = = = = = = =

Yera merasakan sesak kembali, ia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.
Ia berjalan mendekati jendela ruang rawatnya kemudian ia membuka sedikit celah jendela agar udara berhembus ke dalam ruangannya dan menyapu wajahnya.

Entah kenapa, hatinya benar-benar merasa tidak nyaman. Ia seolah merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Pikirannya terfokus pada kekasihnya – Yesung – namun buru-buru ia tepis pikiran buruk itu dan memberikan sugesti pada pikiran juga hatinya sendiri bahwa Yesung baik-baik saja.

Yera memejamkan mata dan menarik napas kemudian menghembuskannya kembali agar ia merasa sedikit tenang sampai seseorang membuka pintu dan mengagetkannya.
CKLEK
“Bagaimana keadaanmu??” tanya seorang gadis berwajah cantik dan berpakaian feminim.
“Yak!! Kau mengagetkanku!!” pekik Yera dan ia duduk di ranjangnya.
“Mianhae, aku hanya menjenguk sepupuku yang tengil ini,” Rae Hee terkekeh dan membuat Yera mendeliknya.
“Ini kubawakan ramyun pedas kesukaanmu.” Rae Hee meletakkan bawaannya ke sebuah meja samping ranjang Yera.
“Kau ingin membunuhku??” selidik Yera namun tidak mengurangi niatnya untuk memakan ramyun tersebut.
“Ish!! Kau sendiri yang bilang, bahwa kau tidak akan pernah memakan bubur atau makanan rumah sakit jika kau sakit.” Yera hanya terkekeh melihat Rae Hee karena terkena ulah jahilnya.
“Kau sudah dengar berita tentang Yesung oppa?” tanya Rae Hee sembari memainkan ponselnya.
“Yesung dan JiYeon?” ujar Yera datar dan tetap melanjutkan memakan ramyun-nya.
“Bukan, tapi dia cidera saat prerecord mucore hari ini dan katanya dia juga pingsan. Untungnya dia sudah dilarikan ke rumah sakit.” Yera yang mendengar ucapan Rae Hee tersedak hebat dan memutar kedua bola matanya untuk memastikan apa yang diucapkan Rae Hee benar. Rae Hee yang sedari tadi memainkan ponselnya segera memberikan minum untuk Yera.
“Yak!! Makan yang benar!!” pekik Rae Hee yang tidak digubris Yera.
“Yak!! Kau mau kemana, huh?!” tanya Rae Hee saat menyadari Yera yang berlari meninggalkan ruangannya.
“Aku mau menemui namja babo itu!!” teriak Yera dan ia terus berlari yang masih memakai pakaian rumah sakit dan tanpa alas.
“Setidaknya kau memakai sendal,” desis Rae Hee.

= = = = = = = = = = =

Di jalan Yera terus berlari tanpa memperdulikan pandangan aneh dari orang-orang sekitarnya. Perasaan buruk tadi menjadi nyata, terjadi sesuatu yang buruk pada Yesung-nya. Air matanya sudah tumpah ruah menghalangi pandangannya. Ia tidak perduli jika kakinya sekarang sudah menginjak duri.

Ia tidak perduli jika ia terpeleset atau terjerembab sekarang. Ia tidak perduli jika ia sudah dianggap gila. Ia tidak perduli teriakan-teriakan pengemudi kendaraan saat ia dengan egonya dengan acuhnya menyebrang jalan. Baginya yang terpenting, baginya yang perdulikan hanyalah Yesung. Ia ingin mengetahui keadaan namja babo itu.

“Hosh…hosh..” napas Yera tersengal saat ia sudah sampai di tempat diadakannya prerecord tersebut.

Yera menarik napas singkat dan langsung mencari salah satu member Super Junior. Matanya terfokus pada sosok namja berwajah tampan dan manis. Lee Donghae.

“Donghae oppa,” pekik Yera disela tarikan napasnya yang cepat.

Donghae menoleh ke arah sumber suara tersebut kemudian ia menghampiri Yera dan melihat gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia terhenyak. Pasalnya penampilan Year sungguhlah sangat kacau

“Yera-ya, kau ap-” belum selesai Donghae berbicara, Yera sudah menyelanya.
“Jangan perdulikan aku. Yesung oppa bagaimana keadaannya? Dia tidak apa-apa kan? Dia akan sembuhkan? Dia–“

“Pelan-pelan Ra-ya. Yesung hyung dia sudah dilarikan ke rumah sakit. Dia juga menyuruh oppa untuk menyampaikan pesan padamu, agar kau jangan terlalu mengkhawatirkannya. Bukankah kau sendiri sedang sakit?”

“Kubilang jangan perdulikan aku. Dimana dia dirawat??” lirih Yera.
Hatinya sekarang benar-benar tidak nyaman. Air mata pun kembali merembes dari pelupuk matanya. Donghae yang memang tidak tegaan segera memeluk Yera yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

“Tenanglah, Yesung hyung kuat. Setelah ini akan oppa antarkan.” Donghae mengelus pelan punggung Yera.

“Dia, kenapa bisa cidera?” tanya Yera disela tangisnya.

“Dia terjatuh saat menari.” Donghae memapah Yera untuk duduk di sebuah kursi.

“Namja babo! Kura-kura kepala besar bodoh!! Sudah tahu dia tidak ahli menari, kenapa dia memaksa? Sudah tahu dia sedang sakit pinggang, kenapa dia tetap begitu??” gerutu Yera sembari meremas ujung bajunya.

“Itu karena Yesung hyung mempunyai tanggung jawab besar sebagai lead vocal.” Donghae masih membelai rambut Yera.

“Tapi dia juga tidak harus memaksakan diri!! Sudah tahu jadwal Super Junior padat, ia tidak bisa menjaga kesehatan!!” gumam Yera sembari menggigit kuku-kukunya. Donghae hanya menghela napas pasrah percuma berbicara dengan gadis itu jika ia sudah merasa khawatir, keras kepalanya dua kali lebih keras dari sebelumnya.

“Kau istirahatlah di sini, oppa akan ke stage lagi.”

= = = = = = = =

@Hospital

Setelah mereka turun dari Van milik Super Junior, Yera langsung beringsut dan berlari menuju ruang rawat Yesung. Dengan kekuatan yang masih tersisa ia menghampiri ruangan VVIP dan ia melihat keluarga Yesung yang sedang menunggu dokter untuk keluar.

“Eommonim..” panggil Yera pada eomma Yesung. Ya hubungan Yera dan eomma Yesung sudah sangat dekat dan eomma Yesung menyuruh Yera memanggilnya ‘eommonim’. Eomma Yesung pun menoleh dan tersenyum pada ‘anak’nya tersebut. Sedangkan Yera sudah menghambur ke pelukan eomma-nya dan ia kembali terisak.

“Gwenchana, dia pasti baik-baik saja,” ujar eomma Yesung lembut dan membelai rambut Yera.

“Ne noona, hyung pasti akan sadar,” sahut Jong Jin.

“Tenang chagi… Anak itu tidak akan apa-apa,” ujar appa Yesung sembari tersenyum.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar dan dia menghampiri keluarga Yesung.

“Dia sudah sadar dan kalian boleh menemuinya.” Yera yang memang sangat khawatir segera menemui Yesung dan duduk di sisi Yesung.

“Kura-kura bodoh!! Bagaimana bisa kau membuatku khawatir setengah mati, huh? Bagaimana bisa kau tidak memberitahukan keadaanmu padaku, huh? Bagaimana bisa, huh? Kau anggap aku apa? Cukup kau membuatku stres dengan berita kedekatanmu dengan Jiyeon!! Sekarang kau membuatku seperti itu lagi? Namja bodoh!! Egois! Sok kuat!!” pekik Yera tanpa jeda membuat member Super Junior dan keluarga Yesung menahan tawa geli.

“Aigoo, di sini aku itu pasien. Pantaskah kau memarahiku seperti itu?” ujar Yesung dengan wajah memelas.

“Lihatlah dirimu!! Kau bahkan kurus!! Kau makan apa, huh?? Pantas saja di Sukira tadi malam, aku melihat keanehan dalam dirimu!! Kau menyendiri, tidak gila seperti yang lain!! Kenapa kau tidak memberitahuku, huh??”

“Yak!! Bahkan eomma saja belum berbicara apa-apa, kau sudah dua kali memarahiku!!” pekik Yesung membuat Yera membalikan tubuhnya menatap eomma Yesung.

“Mianhamnida eomma, tapi izinkan aku untuk memarahinya lagi,” ujar Yera polos membuat keluarga Yesung terkekeh.

“Tentu saja chagi,” ujar eomma Yesung membuat Yesung mendengus kesal.

“Lihatlah! Eomma sudah menyetujuinya dan kau akan habis hari ini oleh aku!!” pekik Yera kesal sembari mengacak-acak rambut Yesung dengan kasar.

“YAK!! Kau jangan berlebihan bodoh! Aku sudah tidak apa-apa. Lagipula aku juga sudah meminum suplemen yang bagus untuk tubuhku,” ujar Yesung lembut sembari merapikan kembali rambutnya.

“Kau itu manusia bukan robot yang hanya meminum suplemen. Kau juga butuh asupan gizi!!” Yera mendengus kesal sampai seseorang mengetuk pintu dan semua orang yang ada di kamar Yesung menoleh.

“Chogi, aku bawakan makanan untuk pasien,” ujar seorang suster, Yera langsung turun dari ranjang dan mengambil nampan yang berisi makanan tersebut.

“Gamsahamnida,” ujar Yera lembut dan tersenyum sangat berbanding terbalik dengan Yera beberapa menit yang lalu membuat beberapa member berkasak-kusuk tentangnya.

“Hyung, benarkah itu adikmu??” tanya Kyuhyun ke Siwon dan mempause-kan PSPnya.
Yera yang mendengar langsung menghampiri Kyuhyun dan mengambil PSP Kyuhyun kemudian menggetokkannya ke kepala Kyuhyun.

“Dan sepertinya aku lebih cocok menjadi adikmu, oppa,” ujar Yera ketus sembari meletakkan kembali PSP ke tangan Kyuhyun dan sontak membuat member lain tertawa.

“YAK! Jangan mentertawaiku!” dengus Kyuhyun dan menghempaskan dirinya ke sofa dan memainkan kembali PSP-nya, tak jarang pula ia menggerutu kesal.

“Kau juga Kyu, kita sudah mengenal Yera lama. Dan kita juga tahu jika ia sudah khawatir dan emosi dalam waktu bersamaan, dia akan…” putus Eunhyuk dan menempelkan mulutnya ke telinga Kyuhyun.

“lebih aneh dari Yesung hyung,” lanjut Eunhyuk sambil berbisik membuat Kyuhyun terkikik, sementara itu Eunhyuk sudah bergidig ngeri ketika ia mendapat tatapan tajam beraura kelam(?) dari Yesung.

= = = = = = =

“Oppa, makanlah!!” perintah Yera dengan nada lembut sembari menyuapkan makanan ke mulut Yesung. Yesung tersenyum oleh perhatian Yera, sedangkan Yera kembali berlinang air mata.

“Kenapa menangis lagi?” tanya Yesung lembut sembari mengusap air mata yang turun di kedua pipi Yera dengan jemarinya yang mungil.

“Aku tidak mau oppa sakit, aku khawatir padamu oppa.” Yesung langsung meraih Yera ke dalam pelukannya.

“Uljima, oppa berjanji tidak akan sakit lagi.” Yesung terus membelai kepala Yera.

“Yesung-ah,” ujar appa Yesung mengagetkan dan mereka pun melepaskan pelukannya.
Eomma Yesung sendiri menghampiri anaknya dan mencium kening Yesung.

“Kami pergi, jaga kesehatanmu, chagi..” Eomma Yesung lalu menatap Yera kemudian tersenyum.

“Ra-ya, jagalah Yesung, ne?” Yera dengan antusias menganggukan kepalanya kemudian ia memeluk eomma-nya.

“Hati-hati eommonim, appanim, Jong Jin-ah,” ujar Yera sembari mencium tangan kedua orang tua Yesung.

Setelah kepergian keluarga Yesung, Yera kembali menyuapi Yesung.

“Makan yang banyak! Agar oppa cepat sembuh,” ujar Yera sembari menatap lekat mata Yesung.

“Ne chagi.” Yesung menarik lengan Yera agar mendekatinya lalu mencium sekilas bibir Yera.

“YAK! Hyung, jangan bermesraan di depan kami!!” pekik Eunhyuk sambil mengerucutkan bibirnya.

“Sudah jangan bertengkar. Yesung-ah, apa kau serius ingin hadir ke festival di Yeonsu Expo?” tanya Leeteuk yang berhasil membuat Yera membulatkan matanya menatap tajam Yesung. Yesung yang ditatap seperti itu hanya tersenyum dengan wajah tanpa dosa.

“Aku akan ikut!!” ujar Yera atau lebih tepat disebut keputusan sepihak.
Yesung sendiri hanya mengangkat bahu.

“Minta izin dengan yang lain,” perintah Yesung dan Yera menganggukkan kepalanya.
Lalu ia menelungkupkan kedua tangan di depan dadanya dan memasang wajah aegyo di hadapan para member. Sukses. Yera berhasil mendapat izin dari para member.

“Tapi kau harus meminta Jung Hoon hyung, baru kau kami izinkan.” tantang Leeteuk. Setelah Leeteuk menantang Yera tibalah Jung Hoon – manajer Super Junior – dan  Yera langsung menghampirinya.

“Oppa, izinkan aku ikut, ne?” ujar Yera sambil masih mengandalkan aegyo-nya.

“Tidak! kau juga harus istirahat,” tolak Jung Hoon tegas membuat Yera menghela napas.

“Oppa…” Jung Hoon tetap menggelengkan kepalanya.

“Ahjussi!!” dengus Yera sembari mengerucutkan bibirnya dan member Super Junior sudah tertawa terbahak-bahak. Lalu Yera berbalik dan pura-pura menangis membuat Jung Hoon tidak tega.

“Baiklah!! Tapi jangan panggil aku ahjussi,” ujar Jung Hoon membuat Yera tersenyum penuh kemenangan dan mengedipkan sebelah matanya dan mengacungkan jempolnya ke para member dan Yesung. Para member pun terkikik geli.

“Gomapta, oppa..” ujar Yera dan tersenyum pada Jung Hoon.

= = = = = = = = =

“Oppa kau harus kembali istirahat!! Ini minumlah vitamin!!” perintah Yera pada Yesung sembari memberikan sebuah tablet kecil.

“Ne, suster.” Yera tersenyum dan duduk di samping Yesung.

“Kau lelah?” tanya Yesung sembari menuntun kepala Yera agar bersandar di bahunya.

“Tidak. Aku tidak pernah lelah jika harus merawatmu oppa.” Yesung tersenyum mendengar ucapan polos Yera.

“Gomawo..”

“Untuk apa??” tanya Yera dengan mata terpejam.

“You always stay with me.”

“Because, I Love You, oppa.”

“Me too. I Love You So much.” Yesung membelai rambut Yera.

= = = = = = =

120722 SJ’s Fansign and Fanmeet.

“Lelah oppa?” tanya Yera mengusap keringat Yesung.

“Tidak terlalu chagiya…” ujar Yesung sembari menggenggam tangan Yera.

“Jeongmal??” selidik Yera.

“Ne, kkajja kita pulang. Oppa sudah meminta izin untuk cepat pulang dan tidur.” Yesung menarik tangan Yera menuju mobilnya.

“Oppa bersyukur memilikimu,” ujar Yesung namun tetap fokus menyetir.

“Ya??”

“Oppa mencintaimu…” Yera hanya tersenyum. Baginya cinta tidak mesti terus diucapkan melainkan dilakukan.

= = = = = =

“Ra-ya, kemarilah,” ujar Yesung ketika ia berdiri di depan beranda kamarnya saat malam hari. Yesung langsung memeluk Yera dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu Yera.

“Terima kasih karena kau selalu menemani oppa. Terima kasih karena kau selalu mengkhawatirkan oppa. Terima kasih karena kau selalu mencintai oppa,” bisik Yesung. Yera segera membalikkan badannya lalu mengalungkan tangannya di leher Yesung dan Yesung meraih pinggang Yera.

“Cintaku tulus dan tidak butuh kata terima kasih.”

Yesung langsung memeluk Yera dan melumat bibir gadis itu dengan lembut dan Yera pun membalasnya.

“Jangan sekali kau meninggalkanku, oppa. Terlebih lagi karena orang ketiga,” ujar Yera dan mereka menautkan kelingking mereka.


Title                 : Surprise In Your Birthday

Author            : TurtleShfly

 

FB                   : //www.facebook.com/nurul.fatikhahsaranghaejinyong

 

Twitter           : @Shfly_3421

Main Cast       : Kim Heechul, Choi Rae Hee, Lee Donghae

Support Cast : Leeteuk

Genre              : AU

Length            : Oneshot [4608 words]

Seorang  yeoja  dan seorang namja tengah duduk di sebuah coffee shop. Tampaknya mereka sangat serasi dan akrab. Mereka saling berbincang dan sesekali Rae Hee – yeoja tersebut – menyesap segelas green tea yang ia pesan.

“Apa kau yakin akan melakukan ini Hee-ya??” Tanya Lee Donghae – namja itu. Rae Hee membalasnya  hanya dengan senyuman dan meletakkan cup green tea-nya.

“Aku yakin, oppa….” Jawab Rae Hee dan kembali tersenyum seolah  yang dipertanyakan oleh Donghae adalah pertanyaan yang lucu dan tidak mesti dipertanyakan.

“Baiklah!!” ujar Donghae seraya menghembuskan nafas berat dan ia menghempaskan punggungnya di sandaran kursi.

~oOo~

Dimalam hari yang dingin, di sebuah rumah bergaya sederhana namun elegan seorang namja berambut panjang berwarna sedikit kecoklatan dan berwajah cantik sedang dirundung kegelisahan sedang menunggu seseorang, terlihat dari air mukanya dan dari aktivitasnya berjalan tanpa arah di depan gerbang rumahnya.

Heechul – nama namja itu –  tak henti-hentinya melihat sebuah jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul  11.00 PM KST, tetapi seseorang yang dia tunggu tak kunjung datang. Ia khawatir? Tentu saja ia sangat khawatir, namun kekhawatirannya justru tidak membuahkan hasil yang ia inginkan, langkahnya terhenti saat sebuah mobil mewah terparkir indah tepat di hadapan matanya. Ingin sekali ia marah, tapi ia berusaha untuk  menahan amarah saat tahu siapa yang keluar dari mobil tersebut – Choi Rae Hee – seseorang yang ia khawatirkan dan ia tunggu.

Lee Donghae berlari memutar untuk membukakan pintu penumpang dan munculah Rae Hee. Rae Hee tersenyum amat lembut dan manis pada Donghae.

“Gomawo oppa.” Rae Hee mengecup sekilas pipi Donghae.

“CHOI RAE HEE-ssi, APA URUSANMU DENGANNYA SUDAH SELESAI???” geram Heechul oleh tingkah dua manusia di hadapannya. Rae Hee memutar tubuhnya untuk menghadap Heechul, ia hanya tersenyum kecut pada Heechul. Rae Hee berlalu dan mengacuhkan tatapan mematikan oleh Heechul. Ia terus melangkah memasuki rumahnya meninggalkan dua namja yang sedang beradu tatapan membunuh. Setelah dipastikan Rae Hee sudah masuk, dengan santai Donghae berpamitan kepada Heechul dan memasuki mobilnya tanpa memperdulikan Heechul yang serasa ingin menumpahkan amarahnya.

~oOo~

BRAAAKKKKK

Suara pintu dibanting oleh Heechul yang telah murka. Rae Hee yang sedang membuat minuman di dapur pun terlonjak kaget oleh suara itu, ia menoleh dan berjalan mendekati pintu dapur untuk melihat siapa yang membanting pintu. Lagi Rae Hee hanya melihat tanpa ekspresi dari balik pintu dapur. Rae Hee pun keluar dan hendak masuk ke dalam kamarnya yang hanya berjarak beberapa centi dari dapur tetapi dihentikan oleh sebuah tangan yang mencengkram lengannya dengan kuat.

“Lepaskan Heechul-ssi!!!” ujar Rae Hee dengan tenang namun tetap tidak mengurangi ketegasannya.

“Shireo!!! Kau tahu aku tidak suka diperintah??!!!” bentak Heechul membuat Rae Hee berbalik untuk menatap Heechul. Terlihat dari sorot mata Rae Hee kalau ia juga sama marahnya dengan Heechul oleh sikap Heechul padanya.

“Lalu siapa yang memerintahmu?!! Aku hanya memintamu melepaskan cengkraman tanganmu Heechul-ssi!!! Aku lelah jika harus berdebat denganmu!!” Rae Hee menekankan kata ‘meminta’ dan menghempaskan cengkraman Heechul yang mengendor karena ucapannya tadi. Rae Hee pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan segera ia memasuki kamarnya dan membanting pintu kamarnya tepat di hadapan Kim Heechul dan membuat Heechul tambah geram.

BLAAMMM

“YAK!! NYONYA KIM HEECHUL!!! Apa kau tidak sadar kalau kau sudah menjadi istriku? Kenapa kau yang harus marah? Seharusnya aku yang marah karena ISTRIKU DIANTAR PULANG OLEH SEORANG NAMJA YANG TAK LAIN ADALAH MANTAN KEKASIHNYA!!” Teriak Heechul dari luar pintu. Ia frustasi dan mengacak-acak rambutnya, yang sudah ia anggap sebagai mahkotanya. Sungguh ia seperti kehilangan wibawa sebagai seorang dictator dan seorang Yang Mulia Tuan Kim Heechul di hadapan istri yang teramat ia cintai. Tapi bukan seorang Kim Heechul namanya jika ia tidak bisa membuat istrinya tunduk patuh pada perintahnya.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Heechul dan Rae Hee adalah sepasang suami istri. Usia pernikahan mereka baru menginjak 10 bulan. Penikahan mereka awalnya dilandaskan atas dasar perjodohan dan disembunyikan oleh publik mengingat Heechul adalah seorang aktor ternama di Korea dan mempunyai banyak fans fanatik. Dan Rae Hee yang juga  notabene adalah fans dari Heechul sedikit beruntung dan tidak percaya diri dalam waktu bersamaan karena ia akan menikah juga karena ia merasa tidak pantas bersanading dengan seorang Kim Heechul.

Namun seiring berjalannya waktu hubungan mereka berjalan baik dan mesra. Tidak lagi berlandaskan perjodohan, tetapi cinta sampai hadirnya sosok Lee Donghae dikehidupan mereka yang merupakan mantan kekasih dari Choi Rae Hee. Sejak kedatangan Donghae pula, sikap Rae Hee benar-benar berubah. Apakah Rae Hee masih mencintai Donghae? Mungkin inilah yang Heechul pikirkan.

~oOo~

Rae Hee sedang berdandan di depan meja riasnya bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerjanya, sebuah hotel berbintang lima di kawasan Seoul. Ia sendiri menjabat sebagai manajer operasional. Rae Hee menghentikan aktivitas memolesnya saat sepasang tangan melingkar di leher Rae Hee. Rae Hee hanya menatap siapa pemilik tangan tersebut dari pantulan cermin di hadapannya.

“Kau sudah mau bekerja chagi??” tanya Heechul lembut sembari mengecup pucuk rambut kepala istrinya – Rae Hee.

“Ne!!” Rae Hee menjawab singkat dan melepaskan lingkaran tangan Heechul. Ia beranjak dan mengambil tas yang tersampir indah di rak tas miliknya.

Heechul menghela nafas berat. Ia tidak mengerti tepatnya tidak tahu apa kesalahannya sampai membuat Rae Hee mengacuhkannya. Hal yang sangat ia benci.

“Rae Hee-ya…” panggil Heechul membuat Rae Hee yang hendak membuka pintu terhenti tanpa berbalik pada Heechul.

“Ada apa???” tanya Rae Hee singkat dan terdengar dingin.

“Akan aku an–“ belum sempat Heechul menyelesaikan kalimatnya, Rae Hee terlebih dahulu menyelanya.

“Tidak usah. Donghae oppa akan mengantarkanku dan apa kau lupa kalu pernikahan kita, public tidak mengetahuinya? Kalau kau ingat aku akan pergi. Aku tidak ingin dibuat repot oleh fans fanatikmu. Oh ya, sarapan sudah kusiapkan.” Rae Hee membuka pintu kamarnya dan meninggalkan Heechul yang berdiri mematung seperti kehilangan jiwa dalam raganya.

Kesadaran Heechul kembali saat ia mendengar deru mesin mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Heechul pun berjalan menghampiri jendela kamarnya yang memang terhubung dengan gerbang, rahangnya mengeras saat ia melihat Lee Donghae keluar dari mobil dan menghampiri Rae Hee yang menunggunya. Tangan Heechul juga mengenggam erat gorden kamarnya saat Donghae dengan nyamannya mencium pipi Rae Hee dan Rae Hee membalasnya dengan senyuman, senyuman yang tidak ia berikan pada Heechul seminggu ini.

~oOo~

“Apa kau sudah menghubungi yeojachingu-mu oppa?” tanya Rae Hee pada Donghae saat mereka berada di dalam mobil.

“Ne, kurasa dia akan membunuhku!!” Donghae  menghempaskan punggunya di sandaran kursi mobil.

“Mianhaeyo, oppa. Aku melibatkanmu.”

“Lalu kapan kau akan menyelesaikannya??” tanya Donghae yang tetap fokus menyetir. Rae Hee hanya tersenyum tanpa memberi jawaban apapun.

~oOo~

Seorang yeoja tengah berada di sebuah ruangan, senyuman tidak terlepas dari bibirnya walau pekerjaan sangatlah banyak yang harus ia selesaikan.

Yeoja itu juga sedang memegang sebuah kertas putih dan terus memastikan isinya. Isi yang membuat hidupnya akan berubah, isi yang membuat statusnya akan berbeda, mengubah warna menjadi lebih ceria dan juga mengubah hidup sesorang selain dirinya.

Kemudian yeoja itu memasukkan kertas tersebut ke dalam sebuah amplop coklat besar dan memencet tombol dial telepon untuk memanggil seseorang. Tidak berselang lama masuklah seorang yeoja lain berprawakan tinggi, ramping dengan rambut lurus dan sedikit ikal ke dalam ruangan tersebut.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Hyebin – yeoja yang masuk itu.

“Ne, Hyebin-ssi. Tolong antarkan amplop ini ke alamat yang sudah tertuju pada bagian depan amplop ini. Dan tolong waktu pengirimannya sesuaikan dengan tanggal tersebut.” Rae Hee – nama yeoja tersebut – menyerahkan amplop tersebut pada Hyebin yang menerimanya dengan pandangan keheranan.

“Mianhamnida manajer, bukannya ini – “

“Ne, lakukan saja.” Rae Hee menyela omongan Hyebin kemudian ia tersenyum. Hyebin mengangguk mengerti dan permisi keluar.

“Permainan baru saja dimulai,” batin Rae Hee  lalu ia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.

~oOo~

“CUT!!!! Apa-apaan kau Heechul-ssi!!” teriak seorang namja paruh baya saat melihat akting Heechul yang payah dan membuatnya geram. Heechul yang memang tidak suka diatur dan tidak suka dibentak hanya membalas teriakan sutradara itu dengan tatapan membunuh. JANGAN KAU BENTAK AKU!!!. Kira-kira begitulah arti tatapan Heechul.

Gerah dengan pikirannya sendiri dan suasana hatinya yang memang sudah tidak baik sejak pagi, Heechul seenaknya pergi meninggalkan tempat lokasi dan menghiraukan semua teriakan para kru juga sutradara yang memanggil namanya.

“YAK!! Heechul-ah, kau mau kemana??” tanya sang manajer – Leeteuk. Dan tetap Heechul hanya menghiraukannya.

Heechul melajukan porsche hitamnya dengan kecepatan diatas normal, ia merogoh ponselnya yang terdapat di kantung jas abu-abu yang ia pakai. Lama Heechul menunggu jawaban dari seseorang yang ia hubungi, tetapi hasilnya nihil, seseorang itu tidak menjawabnya atau lebih tepatnya mereject panggilan Heechul. Dengan penuh amarah Heechul melempar ponselnya ke belakang kursi mobilnya. Ia mengeratkan tangannya pada setir mobil dan menambah laju kecepatannya.

~oOo~

“Kenapa kau membawaku kemari Hee-ya?” tanya Donghae penasran yang memang sedari tadi tangannya ditarik oleh Rae Hee.

“Anniyo, aku hanya ingin kemari oppa…” dusta Rae Hee. Rae Hee mengajak Donghae ke sebuah coffee shop terkenal H&G dan ia juga menarik tangan Donghae menuju e sebuah tempat kenangannya dulu.

Tak berapa lama mereka duduk, tibalah seorang waitress membawa menu dan kemudian mencatat pesanan mereka.

~oOo~

Heechul mmarkirkan mobilnya dengan kasar ke sembarang tempat di depan sebuah coffee shop ternama di Korea. Handle & Gretel. Sebelum keluar Heechul memakai penyamarannya agar tidak diketahui oleh para fans-nya. Ia berjlan dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam kantong celana hitamnya. Matanya membulat sempurna, nafasnya tercekat, rahangnya mengeras saat ia melihat istrinya – Choi Rae Hee – duduk berdua dan bermesraan dengan Lee Donghae tepat saat ia membuka pintu coffee shop itu. Heechul mengambil dengan kasar sebuah gelas di nampan saat seorang waitress melewatinya. Heechul meminumnya dengan pandangan tetap terfokus pada Rae Hee dan Donghae. Amarah yang semula bisa ia tahan mendadak tidak bisa di kontrol, dengan kuat ia menggenggam gelas tersebut sampai hancur.

PRANG

Pecahan gelas berserakan di lantai dan mampu membuat semua pengunjung menatap Heechul dengan pandangan aneh dan ketidak mengertian atas apa yang dilakukan oleh Heechul. Rae Hee dan Donghae pun ikut terkejut dan memandang datar siapa orang yang ada di balik penyamaran itu. Pandangan mata Rae Hee dan Heechul pun beradu, tetapi Rae Hee tetap kembali mengacuhkan Heechul dan melanjutkan perbincangannya dengan Donghae. Heechul kalut. Tetapi ia tidak mungkin kemarahannya sampai membuat penyamarannya terbongkar. Dengan perasaan sakit, kecewa, marah, Heechul berbalik pergi meninggalkan H&G tanpa sepatah kata pun untuk Rae Hee. Heechul kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimum. Ia mengendarai dengan tangan kiri. Ia juga tidak peduli ketika banyak protes yang diajukan oleh pengendara lain padanya.

~oOo~

“Rae Hee-ya, apa kau yakin akan melanjutkan keputusanmu itu??” tanya Donghae saat mereka berada di mobil untuk perjalanan pulang ke rumah Rae Hee.

“Sudah kukatakan oppa, apapun yang terjadi aku akan tetap melanjutkannya. Aku tidak mau memberitahu begitu saja padanya.”

“Tapi kau lihat sendiri kan tadi Heechul hyung bagaimana?’

“Sudahlah oppa.. Harus berapa kali aku katakan?”

Donghae hanya menghela nafas saat Rae Hee tetap bersikukuh pada pendiriannya. Percuma beradu kata dengan Rae Hee jika akhirnya ia harus mengalah.

~oOo~

Rae Hee berjalan memasuki kamarnya. Ia menghempaskan dirinya ke bed  dan kembali duduk kemudian berniat melepaskan pakaiannya sampai ada seorang namja yang keluar dari kamar mandi di dalam kamarnya . Namja itu menatap tajam Rae Hee dan mengacuhkannya. Namja itu – Heechul – duduk di depan meja riasnya dan membalut tangan kanannya yang terluka. Sedangkan Rae Hee sendiri , ia mengambil handuk dan berjalan memasuki kamar mandi tanpa memperdulikan Heechul yang terluka.

~oOo~

Rae Hee berjalan gontai meninggalkan kamarnya. Air matanya menyeruak tanpa permisi. Beberapa menit yang lalu ia melihat sebuah adegan yang sukses membuatnya merasa sakit seperti tertusuk ribuan jarum.

Rae Hee masuk ke dalam lamborghini-nya, ia menstarter berniat keluar dari garasi rumahnya. Tak berapa lama setelah ia keluar, ia sudah menginjak gas dengan kasar sampai ada seorang namja yang berdiri dengan dan menatap tajam Rae Hee seperti berusaha menghentikannya. Namja itu Heechul, menatap Rae Hee seolah memohon.
“Kumohon keluar dan dengarkan penjelasanku!!” Rae Hee tidak peduli teriakan Heechul, ia tetap menangis dan semakin dalam menginjak gas dan rem secara bersamaan.
“Kalau kau tidak keluar, aku akan tetap berdiri di sini. Terserah kau mau menabrakku atau tidak!!” tambah Heechul dan memejamkan matanya, Rae Hee tetap mengacuhkannya.

Dengan perasaan hancur, Rae Hee memundurkan lamborghini-nya dan melajukan dengan cepat ke arah Heechul yang berdiri. Heechul sendiri ia tetap memejamkan matanya saat dirasakan hembusan angin dingin menerpa dirinya dan suara mesin lamborghini Rae Hee yang semakin dekat.
BRAKK!!

#FLASHBACK#

“Apa yang kalian lakukan di kamarku?” pekik Rae Hee tegas saat ia sudah memasuki kamarnya dan melihat Heechul suaminya tidur dengan seorang yeoja.
Heechul yang saat itu memang tidak sadar karena pengaruh wine yang dicampur vodka dengan kadar alkohol cukup tinggi terlonjak kaget dan mengerjap-ngerjapkan matanya saat dilihatnya sosok Rae Hee yang berdiri di hadapannya dengan kilatan mata marah dan air mata yang sudah mengambang di pelupuk matanya.

Kesadaran Heechul pun pulih, ia segera beringsut turun dari ranjangnya dan terhenti saat menyadari tubuhnya sudah half naked, sudut mata kirinya pun menangkap sesosok yeoja yang tengah tersedu dari balik selimut yang membalut tubuh yeoja tersebut. Heechul kalut, ia memutar kembali memori tentang apa yang terjadi semalam dengan yeoja di sampingnya itu. Nihil. Tak satupun potongan memori yang terlintas di otak Heechul, ia mengacak rambutnya frustasi dan berteriak tanda kekesalanya. Ia menatap Rae Hee takut, ia memejamkan matanya setelah ia melihat raut wajah Rae Hee yang terluka, sinar mata Rae Hee yang redup dan basah.

Rae Hee menangis. Sesuatu yang ia benci melihat seseorang yang ia cinta menangis terlebih lagi karena kesalahan yang ia sendiri bahkan merasa tidak melakukannya. Tunggu. Bukankah ia sudah melakukan kesalahan? Baik dalam keadaan sadar ataupun tidak ia tetap bersalah. Heechul benar-benar frustasi, diliriknya tajam yeoja tersebut seolah menuntut jawaban atas apa yang telah terjadi, tetapi yeoja itu tetap menangis.
“Berhenti menangis!! Katakan pada istriku kalau kita tidak melakukan apa-apa!! Bahkan aku pun tidak pernah bertemu denganmu!!” geram Heechul pada yeoja yang berada di sampingnya yang hanya dibalas dengan isak tangis.
“CEPAT KATAKAN BODOH!!” Heechul menggebrak ranjangnya yang membuat suara kayu dari ranjang tersebut seperti akan hancur.
“SUDAH CUKUP HENTIKAN!! Besok aku akan mengirimkan surat perceraian!!” pekik Rae Hee dan memandang Heechul tajam. Heechul melongo, ini kali pertamanya Rae Hee menatapnya tajam. Hatinya juga sakit saat mendengar kata perceraian. Haruskah pernikahannya berantakan karena sebuah alasan yang belum jelas?

Akankah besok dirinya menjadi sorotan publik dan namanya akan tercantum disebuah artikel seperti ini? ‘Benarkah Seorang Kim Heechul Mengkhianati Istrinya?’. Kalaupun itu benar terjadi dan ia harus kehilangan pamornya, ia rela daripada harus kehilangan Rae Hee. Selingkuh. Kata yang terus berputar di benaknya. Jika memang dirinya berselingkuh, bukankah impas? Rae Hee juga berselingkuh dengan Lee Donghae. Tapi apapun alasannya, tidak sepatutnya ia menyakiti Rae Hee, menyakiti orang yang sangat ia cinta.
Rae Hee pun pergi dan membanting pintu kamarnya. Setelah kepergian Rae Hee, Heechul bergegas dan memakai kemejanya yang sudah berserakan di lantai.
“Kau tunggu di sini!! Urusan kita belum selesai!” pekik Heechul pada yeoja tersebut. Sungguh ia tidak mengerti dengan ini semua. Yang ia tahu adalah, semalam ia memang minum alkohol itupun di rumah dan ia hanya sendiri, lalu yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana bisa yeoja itu masuk??
“CHOI RAE HEE!!” Teriak Heechul. Rae Hee yang memang mendengar teriakan Heechul, tidak menghentikan langkahnya, ia terus berjalan dan tidak memperdulikan Heechul.
Disela tangis dan langkahnya, ia mengambil ponsel di dalam tasnya dan mengetik sebuah pesan.

To: Nemo

Mission Completed!!^^

lalu di masukkannya kembali ponsel itu bersamaan dengan Heechul yang berhasil menahan tangannya. Heechul mendekap tubuh Rae Hee dari belakang, usaha yang bagus agar Rae Hee tidak pergi lagi.
“Besok aku benar-benar akan mengajukan surat perceraian! Jadi lepaskan aku!!” Heechul tidak bergeming, ia tetap mendekap Rae Hee.
“HUBUNGAN KITA AKAN BERAKHIR! KAU MENGERTI TIDAK DENGAN UCAPANKU? LEPASKAN AKU!” Heechul perlahan merenggangkan pelukannya. Rae Hee seperti ini berarti ia benar-benar melukai Rae Hee, mengkhianati janji pernikahan mereka. Ia memang seorang dictator, tapi untuk ini??
Heechul memandang nanar punggung Rae Hee yang sudah pergi dari pelukannya saat ia merenggangkan pelukannya dan menghilang dibalik pintu.

Heechul menangis, ia menghempaskan punggungnya ke dinding ruang tamu rumahnya dan jatuh terduduk.
Tidak, bukan saatnya ia duduk dan pasrah atas kejadian ini, ia harus menyusul Rae Hee dan menjelaskan semuanya, lagipula bukan Kim Heechul namanya jika ia menyerah.

#FLASHBACK END#

~oOo~
Napas Rae Hee memburu setelah ia menabrakkan lamborghini-nya ke sebuah pagar rumahnya. Tidak, ia tidak menabrak Heechul. Saat itu ia menyerongkan lamborghini-nya tanpa menyentuh Heechul setipis apapun jaraknya.
“Aww…” Rae Hee meraba dahinya yang sedikit berdarah.
“Bodoh!!” Rae Hee hanya tersenyum setelah mengucapkan kata itu pada dirinya sendiri.
Heechul pun membuka matanya saat ia mendengar suara keras dari arah belakangnya. Ia membelalakan matanya saat dilihat Rae Hee justru menabrak pagar rumahnya. Dengan langkah khawatir, ia menghampiri Rae Hee, ia juga membuka paksa pintu lamborghini Rae Hee dan melepaskan safety belt yang masih melingkar di tubuh Rae Hee.
“Kau tak apa?” ujar Heechul saat ia memapah Rae Hee dan Rae Hee meronta.
“YAK! Lepaskan aku Heechul-ssi!! Sakit bodoh!!” Heechul geram, ia tak bisa lagi menahan emosi.
“Kau lebih bodoh!! KAU! KENAPA KAU TIDAK MENABRAKKU SAJA HUH!!”
“Dan aku harus menghabiskan masa mudaku di dalam penjara?!” Rae Hee memalingkan wajahnya.
“Rae Hee-ya, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskannya.” suara Heechul perlahan melembut.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan!! Aku lelah! Aku mau tidur!!” Rae Hee menatap tajam wajah Heechul yang berubah sendu. Heechul akan memeluk Rae Hee sampai Rae Hee menepis tangan Heechul.
“Jangan sentuh aku pengkhianat!!”

PENGKHIANAT!! Kata yang sekarang terngiang di telinga Heechul. Benarkah ia pengkhianat?
“ARRGGGHHHHH!!!” Heechul memukul dinding pagarnya saat Rae Hee kembali masuk ke rumahnya. Ia emosi benar-benar emosi.
1 jam Heechul melampiaskan emosinya dan baru teringat akan yeoja itu, kemana dia? Heechul pun bergegas masuk ke kamarnya dan memberikan pelajaran pada yeoja tersebut.
Ia sampai di depan pintu kamarnya, tetapi yang ia temukan hanya sosok tubuh Rae Hee yang tertidur pulas. Heechul pun melangkah menghampiri Rae Hee dan duduk di tepi ranjang memandang wajah cantik Rae Hee, tanpa aba-aba tangannya mengusap perlahan anak rambut Rae Hee yang menghalangi pandangannya. Kemudian ia meraba wajah Rae Hee dari dahi sampai bibir Rae Hee.
“Haruskah kita berpisah? Ini hanya kesalah pahaman chagi. Aku tidak bisa membayangkan jika hidupku tanpa hadirnya dirimu. Akankah aku bisa tetap bernapas? Sedangkan kau adalah oksigen untukku. Sejujurnya aku cemburu melihatmu dengan Donghae. Ingin sekali aku menghajar dia. Tapi, aku juga tidak boleh asal menghajar, aku percaya kau tidak akan menduakanku. Tapi nyatanya? Aku yang justru mengkhianatimu. Mianhae Rae Hee-ya. Mungkin sekarang aku bukan seperti Kim Heechul yang seorang dictator. Aku juga tidak mengenal perubahanku ini. Haha sejak kapan Kim Heechul berubah sendu seperti ini?” Dengan kepasrahan hati, Heechul merapikan selimut Rae Hee dan lelah lalu ia memilih untuk tidur di kamar tamu.

~oOo~

Heechul mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar dering ponselnya yang nyaring. Tangannya ia julurkan ke meja di sebelah sisi kanannya berniat mengambil ponsel.
Plash
Heechul tersentak saat sebuah amplop coklat melayang dan terjatuh ke lantai. Tanpa mengetahui siapa yang menelepon ke ponselnya, Heechul justru mengambil amplop coklat tersebut. Jantungnya berdetak kencang.
“Haruskah secepat ini?” batin Heechul sembari membuka perlahan amplop coklat tersebut.
Tangisnya pecah saat membaca isi amplop itu.
“CHOI RAE HEE! DIMANA KAU!! MATI KAU DI TANGANKU!!” teriak Heechul dan ia bergegas keluar dari kamarnya.
BRAK
Heechul mencari Rae Hee di kamar mereka, tetapi hasilnya nihil, tidak ada Rae Hee. Kemana yeoja itu pergi?
Dengan rasa kesal, marah, dan bahagia, Heechul masuk ke kamarnya dan mencari Rae Hee sampai di kamar mandi. Tetap saja Rae Hee tak ada di tempat itu. Heechul menepuk dahinya, lalu ia bergegas mengambil mantel dan kunci ferrari-nya dengan masih membawa amplop coklatnya.
Tak butuh waktu lama Heechul untuk sampai di sebuah tempat. Taman. Tempat pertama kali ia tidak sengaja bertemu dengan Rae Hee. Tempat yang saat itu menjadi saksi bahwa Rae Hee orang pertama yang tidak mengenalnya.
Diedarkan pandangannya mencari sosok Rae Hee. Sungguh ia merasa khawatir. Bagaimana tidak? Ini sudah hampir pukul 12 A.M, tak ada satu orang pun yang berada di sini. Heechul berhenti dan duduk pada sebuah kursi kayu yang memanjang.
“CHOI RAE HEE!!” teriaknya lagi. Ia takut kalau Rae Hee diculik.
“KAU DI MANA BODOH! CHOI RAE HEE!!” napas Heechul tersengal-sengal setelah beberapa menit berlari.

Sungguh ia merutuki dirinya karena jarang berolahraga. Heechul menarik napas panjang tepat bersamaan dengan lampu-lampu kecil menyala menghiasi taman itu. Heechul terhenyak saat ada suara dari belakang tubuhnya. Suara seseorang yang ia cari beberapa menit lalu. Choi Rae Hee.
Heechul berbalik arah dan menatap tajam Rae Hee yang tersenyum tanpa dosa membawa sebuah kue tart dengan angka 30 di atasnya.
“Saengil chukkahamnida yeobo,” ujar Rae Hee sembari menyodorkan kue tart tersebut ke hadapan Heechul yang masih tetap menatap tajam dirinya.
“Make a wish atau ucapanku tadi siang menjadi nyata!!” ancam Rae Hee yang ternyata ampuh membuat Heechul memejamkan matanya tanda make a wish, Rae Hee sendiri hanya menahan tawa melihat tingkah suaminya itu.
Heechul meniup lilin tersebut setelah membuka matanya. Tanpa berniat berbicara panjang lebar, Heechul langsung bertanya apa yang sedari tadi membuatnya bingung.
“Katakan, maksud dari isi amplop ini apa?!” pekik Heechul sembari memperlihatkan amplop coklat tersebut pada Rae Hee. Rae Hee hanya tersenyum manis berbanding terbalik dengan senyuman-senyumannya kemarin pada Heechul menanggapi pertanyaan Heechul.
“Kau tahu sendiri bukan bahwa aku tidak suka dipermainkan??” tandasnya. Sebelum Rae Hee menjawab pertanyaan Heechul, ia menaruh kue tersebut di atas sebuah batu besar.
“Aku tidak mempermainkanmu, aku hanya–” belum sempat Rae Hee melanjutkan ucapannya, Heechul sudah menarik Rae Hee ke pelukannya.
“Gomawo karena kau telah mau menjadi tempat dari benihku. Calon eomma untuk calon anak kita. Asal kau tahu, saat itu aku frustasi kau kembali dengan Donghae. Aku takut kehilanganmu.” Heechul semakin mengeratkan pelukannya.
“Chakkaman, Donghae?!” Heechul melepaskan pelukannya dan kembali menatap tajam Rae Hee sebagai tanda menuntut jawaban atas apa yang terjadi dengannya dan Donghae. Rae Hee tidak bisa menahan tawanya lagi saat melihat wajah konyol Heechul setelah bertanya seperti itu.
“HUAHAHAHAHAHAHA…”
Pletak
Heechul menjitak kepala Rae Hee membuat Rae Hee mengerucutkan bibirnya.
“Apa yang kau tertawakan Nyonya Choi?” selidik Heechul.
“Tentu saja dirimu, oops!!” ujar Rae Hee keceplosan sembari menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat ekspresi Heechul yang benar-benar akan meluapkan emosinya.
“Annio, maksudku pertanyaanmu itu yeobo,” sergah Rae Hee dan Heechul hanya mengangkat sebelah alisnya. Mengerti dengan ekspresi Heechul, Rae Hee segera menjelaskan hubungannya dengan Donghae dan ia yakini, ia akan tertawa terbahak-bahak.
“Donghae oppa itu adalah…..” lanjut Rae Hee dengan membisikan kalimat terakhirnya pada Heechul membuat namja berwajah cantik itu bersemu merah menahan malu.

Benar dugaan Rae Hee, sekarang ia sudah tertawa terbahak-bahak.
CHU~
Heechul melumat bibir Rae Hee agar istrinya itu tidak lagi mentertawakannya. Tangannya ia arahkan untuk memegang pinggang Rae Hee, dan Rae Hee pun membalas lumatan tersebut sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Heechul.

“Kau tahu hadiah ini lebih dari apapun,” gumam Heechul di sela lumatannya.

= = = = = = = = = = = = = = = = =

To: My King Kim Heechul

 

Kau tahu saat aku pertama melihatmu, sumpah demi apapun saat itu aku benar-benar seperti bermimpi bertemu dengan idolaku atau mungkin lebih dari sekedar idola untukku, aku sendiri tidak tagu perasaanku saat itu. Entahlah dan kumohon jangan dibahas!!! Saat tahu aku akan menikah denganmu, sumpah saat itu aku ingin sekali berteriak dan mengatakan pada dunia bahwa aku akan menjadi istri dari Kim Heechul. Dan saat ini aku lebih bersyukur kepada Tuhan untuk kepercayannya menitipkan sebuah benihmu dalam rahimku. Aku hamil, benihmu!!! SAENGIL CHUKKAE YEOB, MIANHAE AKU TAK BISA MEMBERIKANMU HADIAH INGAH.:’)

 

With  Love,

 

Choi Rae Hee

 

 

EPILOG

 

Rae Hee menggeliatkan badannya saat cahaya senja dengan indahnya memasui kamar Rae Hee. Dengan enggan ia mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Yeobo…” panggilnya pada suaminya – Kim Heechul – sembari meraba tempat di sampingnya. Tidak ada. Ia tidak menemukan Heechul. Ia baru ingat kalau Heechul sedang ada di luar kota untuk melakukan syuting drama. Dengan langkah gontai karena memang sekarang ia sedang pusing Re Hee berjalan ke kamar mandi.

“Hoek… hoek….” Rae Hee mual. Ia teringat kalau ia sudah telat datang bulan lalu ia tersenyum.

~oOo~

Kalimat dokter terus terngiang di telinga Rae Hee. Seperti ada hujan bunga yang turun menerpa wajahnya, Rae Hee tak henti-hentinya untuk tersenyum dan tidak memperdulikan tatapan aneh dari semua orang yang ada d koridor rumah sakit itu. Baginya tak ada rasa lain selain rasa bahagia yang menghinggapi gidupnya. Bagaimana tidak?? Ini vonis dokter yang menurutnya paling indah bahwa ia harus menjaga titipan Tuhan. Ia hamil. Segera ia ambil ponsel berniat untuk menghubungi Heechul, tapi kemudian niat itu ia urungkan mengingat seminggu lagi Heechul akan berulang tahun.

~oOo~

“Apa kau yakin akan melakukan ini Hee-ya??” Tanya Lee Donghae. Rae Hee membalasnya  hanya dengan senyuman dan meletakkan cup green tea-nya.

“Aku yakin, oppa….” Jawab Rae Hee dan kembali tersenyum seolah  yang dipertanyakan oleh Donghae adalah pertanyaan yang lucu dan tidak mesti dipertanyakan.

“Baiklah!!” ujar Donghae seraya menghembuskan nafas berat dan ia menghempaskan punggungnya di sandaran kursi.

“Mianhae oppa, aku melibatkanmu dalam sandiwara ini…”

“Gwenchana… anggap saja ini hadiah pernikahanmu karena oppa tidak dating pada pesta kalian. Kau juga yeodongsaeng oppa satu-satunya.”

“Gomawo oppa…”

~oOo~

“Oppa kau siap?? Sebentar lagi rumahku dan kuyakin Heechul oppa sedang menungguku.”

“Kau benar-benar gila Hee-ya.”

Lee Donghae berlari memutar untuk membukakan pintu penumpang dan munculah Rae Hee. Rae Hee tersenyum amat lembut dan manis pada Donghae.

“Gomawo oppa.” Rae Hee mengecup sekilas pipi Donghae.

“CHOI RAE HEE-ssi, APA URUSANMU DENGANNYA SUDAH SELESAI???” geram Heechul oleh tingkah dua manusia di hadapannya. Rae Hee memutar tubuhnya untuk menghadap Heechul, ia hanya tersenyum kecut pada Heechul. Rae Hee berlalu dan mengacuhkan tatapan mematikan oleh Heechul. Ia terus melangkah memasuki rumahnya meninggalkan dua namja yang sedang beradu tatapan membunuh. Setelah dipastikan Rae Hee sudah masuk, dengan santai Donghae berpamitan kepada Heechul dan memasuki mobilnya tanpa memperdulikan Heechul yang serasa ingin menumpahkan amarahnya.

Di balik pagar Rae Hee menatap punggung Heechul dengan sebuah senyuman.

“Mianhae yebo, aku melakukan ini,” desis Rae Hee lalu ia berlalu Memasuki rumahnya.

~oOo~

BLAAMMM

“YAK!! NYONYA KIM HEECHUL!!! Apa kau tidak sadar kalau kau sudah menjadi istriku? Kenapa kau yang harus marah? Seharusnya aku yang marah karena ISTRIKU DIANTAR PULANG OLEH SEORANG NAMJA YANG TAK LAIN ADALAH MANTAN KEKASIHNYA!!” Teriak Heechul dari luar pintu. Ia frustasi dan mengacak-acak rambutnya, yang sudah ia anggap sebagai mahkotanya. Sungguh ia seperti kehilangan wibawa sebagai seorang dictator dan seorang Yang Mulia Tuan Kim Heechul di hadapan istri yang teramat ia cintai. Tapi bukan seorang Kim Heechul namanya jika ia tidak bisa membuat istrinya tunduk patuh pada perintahnya.

Di dalam kamar Rae Hee mati-matian menahan tawa. Sungguh ia tidak menyangka Heechul kehilangan dictator-nya.

~oOo~

“Kenapa kau membawaku kemari Hee-ya?” tanya Donghae penasran yang memang sedari tadi tangannya ditarik oleh Rae Hee.

“Anniyo, aku hanya ingin kemari oppa…” dusta Rae Hee. Rae Hee mengajak Donghae ke sebuah coffee shop terkenal H&G dan ia juga menarik tangan Donghae menuju e sebuah tempat kenangannya dulu.

Tak berapa lama mereka duduk, tibalah seorang waitress membawa menu dan kemudian mencatat pesanan mereka.

“Oppa kau tahu, sebentar lagi Heechul oppa akan kemari.”

“MWO??!!! Aish jinjja!!!”

“Oppa kenalkan aku dengan teman wanitamu.”

“Untuk apa??”

“Saat hari itu, aku yakin jika Heechul oppa akan mabuk dan aku akan memanfaatkan itu.”

“Kau gila!!”

“Dengarkan dulu bodoh!! Aku juga tak rela jika suamiku disentuh yeoja lain. Saat ia bangun, aku akan marah padanya selah ia sudah berselingkuh, padahal kan itu rekayasaku.”

“Kau gila Hee-ya.” Rae Hee hanya tersenyum lebar.

~oOo~

Napas Rae Hee memburu setelah ia menabrakkan lamborghini-nya ke sebuah pagar rumahnya. Tidak, ia tidak menabrak Heechul. Saat itu ia menyerongkan lamborghini-nya tanpa menyentuh Heechul setipis apapun jaraknya.
“Aww…” Rae Hee meraba dahinya yang sedikit berdarah.
“Bodoh!!” Rae Hee hanya tersenyum setelah mengucapkan kata itu pada dirinya sendiri.
Heechul pun membuka matanya saat ia mendengar suara keras dari arah belakangnya. Ia membelalakan matanya saat dilihat Rae Hee justru menabrak pagar rumahnya.

“Demi apapun, ini di luar perkiraanku.” Rae Hee merutuki rencana yang ia buat.

~oOo~

THE END


aku dapat copas dari Kumpulan Fan Fiction

Tittle                                     : Y’s Hurt

 

Author                                  : raeHEEchul

 

FB – Twitter                       : raeHEEchul —- @twoHEEinONE / @nagita0412

 

Genre                                   : Love-Hurt

 

Rating                                   : T-15

 

Lenght                                  : Oneshoot

 

Words                                  : 4,184

 

Main Cast                            : Kim Ye Sung ; Choi Ye Ra

 

Other Cast                          : Choi Si Won ; Jung Hyun Jin ;  Kim Hee Chul ; Choi Rae Hee ; Shin Hye Bin

 

Disclaimer                          : Choi Rae Hee milik Kim Hee Chul. Other cast ? for you guys ^^ . FF nya punya saya.

 

Note                                      : Authorfic, Copyright*

 

Dedicated To                     : Nurul Fatikhah

 

Happy Reading ^^

================================

~Plak!!

Kepala pria itu miring ke kanan karena baru saja mendapatkan tamparan dari sang gadis. Napas gadis itu memburu marah. Matanya merah karena menangis. Hatinya terluka hanya karena satu kata.

Cinta.

“Mulai sekarang hubungan kita berakhir..” ucap si  gadis dengan lantang dan berlalu pergi. Sang pria menoleh dan mengikuti arah gadis itu pergi. Menatap punggung sang gadis dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

Si pria berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan sang gadis. Menendang sebuah batu kecil untuk melepaskan kesalnya.

Tak jauh dari sana, tanpa sengaja dan tanpa direncanakan, sepasang kekasih yang sudah menjalin sebuah hubungan selama lima tahun lamanya, menatap pertengkaran si pria dan si gadis dengan pandangan prihatin.

Choi Ye Ra dan Kim Ye Sung.

Yera mendongak saat merasakan tangan Yesung menyentuh puncak kepalanya, mengusapnya perlahan. Yera tersenyum saat pria berpandangan kosong itu menatapnya.

“Aku harap kita akan bersamanya, oppa..”

Yesung mengangguk, menyetujui harapan Yera. Lantas keduanya pergi meninggalkan tempat itu.

===========================================

Kim Ye Sung adalah manajer lapangan sebuah perusahaan besar bidang traktor. Petals Enterprise Group. Tugasnya memantau keadaan dimana proyek sedang dilangsungkan. Kali ini, ia masih duduk di balik mejanya, menyelesaikan beberapa laporan sebelum diserahkan kepada atasannya. Dan hanya menunggu perintah untuk bergegas meninggalkan Seoul. Menuju Busan, tempat dimana proyek sedang dilangsungkan.

Yesung mengetuk pintu dan menunggu. Terdengar suara perintah untuknya masuk, lantas ia membuka pintu dan masuk ke ruangan tersebut.

Yesung membungkuk sebentar dan menyerahkan sebuah map berisi dokumen laporan yang baru saja ia selesaikan. Atasannya yang bernama Kim Hee Chul tampak membuka map itu, membalikan lembar demi lembar laporan ditangannya.

Heechul mengambil bolpoinnya di atas meja dan Yesung berkeringat dingin. Sesuai dugaannya, Heechul mencorat-coret beberapa bagian pada laporan Yesung. Sesak. Tapi Yesung memang harus terima itu.

Heechul melempar map itu ke atas meja, nyaris terjatuh jika Yesung tidak segera menangkapnya. “Perbaiki. Ada beberapa kesalahan..” ucap Heechul tampak sibuk lagi dengan pekerjaannya.

“Arraseumnida.. (Saya mengerti)

Yesung pamit dan keluar ruangan. Membuka laporannya dan tersenyum singkat. Setidaknya, coretan itu tidak sebanyak biasanya, yang artinya, kesalahannya semakin hari semakin berkurang bukan? Lantas Yesung melihat jam di tangannya. Waktu menunjukkan pukul dua siang dan ia harus cepat. Hanya punya tiga jam lagi, dan.. ia bisa pulang untuk mengajak Yera makan malam.

****

Heechul menarik bolpoinnya lagi. Yesung tentu saja gugup. Bagaimana jika masih salah? Berarti malam ini ia harus lembur dan membatalkan rencana makan malamnya bukan?

Namun Yesung bernapas lega karena Heechul menandatangani laporannya. Heechul menyerahkan laporan itu dengan ‘layak’ ke tangan Yesung, “minta pada Raehee cap perusahaan. Dan besok pagi kau bisa segera berangkat ke Busan,” ucap Heechul tampak memakai jasnya, bersiap untuk pulang.

Yesung menyahut mengerti. Dia sudah biasa jika mendapatkan tugas secara mendadak untuk pergi ke luar kota. Yesung bergeser dari tempatnya berdiri dan mempersilahkan Heechul untuk berjalan duluan. Yesung menutup pintu dan segera berlari ke tempat Raehee. Syukurnya, gadis itu baru bersiap untuk pulang.

“Minta cap. Kwanjangnim (Direktur/atasan) sudah menandatanganinya..” pinta Yesung sambil menyodorkan map itu pada Raehee. Gadis itu menghembuskan napasnya sekilas dan merogoh tas kecilnya, mencari benda yang dibutuhkan.

“Gomawo..”

“Ne..” balas Raehee singkat.

Yesung kembali ke ruangannya dan bersiap untuk pulang. Sebelum keluar, ia menelepon Yera untuk bersiap karena Yesung akan segera menjemputnya.

======================================

“Kali ini kemana?” tanya Yera membelai rambut Yesung yang menjadikan pahanya sebagai sandaran kepala.

“Busan. Besok pagi..” jawab Yesung, matanya masih terpejam merasakan belaian kasih dari Yera.

“Berapa hari?”

“Mollaseo. Jika cepat selesai maka akan cepat pulang juga. Atau, jika kwanjangnim menyuruhku kembali walau perkerjaannya belum selesai, aku juga akan kembali.. Waeyo??” Yesung membuka matanya dan menatap wajah Yera.

“Anniya.. Hanya saja, aku merasa kalau aku akan sangat merindukanmu..” jawab Yera pelan, menghentikan gerakan tangannya di kepala Yesung.

“Memangnya setiap hari  kau tidak merindukanku?” Yesung cemberut, namun tetap tidak merubah ekspresi Yera yang terlihat murung. Merasa tidak diacuhkan, Yesung menegakkan tubuhnya dan membimbing wajah Yera untuk menatap Yesung.

“Aku akan kembali, Yera-ya. Hal ini kan sudah biasa. Ada apa denganmu?”

“Mollaseo, oppa.. Hanya saja aku merasa, aku tidak ingin kau pergi..”

Yesung tersenyum dan menarik kepala Yera dalam dekapannya. “Geokjonghajima.. (jangan khawatir).. Aku selalu ada bersamamu..”

Yera mengangguk dan Yesung mengecup puncak kepala Yera dengan lembut.

========================================

Seoul.

Yera mengunci pintu apartemennya dan berbalik. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sangat dikenalnya sedang berdiri dengan wajah yang tersenyum pada Yera. Yera balas tersenyum dan mendekati pria itu.

“Siwon-ah.. Etteohkke jiseyo (apa kabarmu) ?” sapa Yera pada Siwon. Pria itu mengangkat bahunya sekilas.

“Seperti yang kau lihat. Baik-baik saja.. Kau sendiri?” tanya Siwon balik.

“Sangat baik. Kapan kau tiba di Seoul?”

“Bagaimana kalau minum kopi? Mengobrol seperti ini tidak terlalu nyaman.. Apa kau sibuk? Sepertinya kau ingin pergi?” tawar Siwon yang dibalas anggukan oleh Yera, “ne. Aku hanya ingin ke supermarket saja. Kajja..” ujar Yera dan mereka berdua bergegas pergi dari gedung apartemen Yera.

****

“Gelar master-ku sudah kutempuh dalam waktu 3 tahun. Dan aku bekerja di perusahaan di Amerika selama 4 tahun. Tapi merasa bosan, aku memutuskan keluar dan mencari pekerjaan disini. Bagaimana dengan kau?” Siwon menatap Yera.

Yera adalah kekasih Siwon tujuh tahun yang lalu. Mereka berpisah baik-baik karena Siwon harus meneruskan S-2 nya di Amerika. Keduanya sama sekali tidak bisa long distance relationship, maka.. perpisahan yang menyakitkan harus dipilih juga.

“Aku? Guru musik di salah satu sekolah..” jawab Yera seadanya dan Siwon mengangguk. Lama Siwon menatap Yera hingga membuat gadis itu risih.

“Yera-ya.. Bogoshippo…” ucap Siwon lembut. Pria itu menggenggam tangan Yera yang terbebas di atas meja. Siwon merasa aneh karena Yera hanya tersenyum, gadis itu meloloskan tangannya dari genggaman Siwon.

“Wae geurae (ada apa) ?” Siwon mengernyit.

“Mianhae, Siwon-ah.. Aku sudah punya kekasih..” ucap Yera yang membuat Siwon membelalakan matanya. Seharusnya ia tidak harus terkejut karena hubungan mereka memang sudah berakhir lama. Tapi mengetahui kalau Yera sudah mempunyai hubungan dengan pria lain, membuat Siwon sedikit sesak.

Siwon berusaha menampilkan wajah normalnya lagi. Lantas ia menyenderkan punggungnya di senderan bangku di belakangnya.

===========================================

Busan.

“Tuan Kim?”

Yesung tersentak saat sekretarisnya selama di Busan mengagetkannya. Yesung buru-buru meraih kertas-kertas di atas mejanya dan menelitinya lagi. Lantas sadar satu hal, Yesung mendongak.

“Err.. Hyunjin-ssi, hubungi semua kepala bagian. Aku akan mengadakan rapat sekarang..”

“Arraseumnida..”

Hyunjin berbalik dan melangkah pergi, menjalankan perintah atasannya.

****

Yesung menatap kopi yang berada di hadapan wajahnya, lantas mendongak untuk melihat siapa yang menyodorkan kopi tersebut. Yesung menemukan Hyunjin –sekretarisnya- sedang tersenyum. Lantas Yesung mengambil gelas itu dengan tersenyum juga.

“Gomawo..”

“Ne. Apa Tuan sedang dalam masalah? Sejak tadi siang tiba, saya melihat Anda begitu murung. Maaf atas kelancangan saya..”

“Anniya (tidak). Nan gwaenchana (Aku baik-baik saja). Geokjonghajima,”

Hyunjin mengerti dan pamit pergi. Meninggalkan Yesung yang kembali termenung di kursi pemantau proyek.

=================================

Seminggu sudah Yesung berada di Busan. Yesung dan Yera sudah terbiasa dengan keadan seperti ini. Hanya mengandalkan ponsel dan jaringan internet untuk saling berhubungan. Kepercayaan adalah kunci yang di pegang Yesung dan Yera dalam menjalankan hubungan mereka. Maka dari itu, meski keduanya sering terpisah jarak dan terlibat dalam waktu yang sama-sama sibuk, mereka tetap saling memiliki hingga hubungan mereka berjalan selama lima tahun.

Keduanya merasakan rindu tentu saja. Dan biasanya, jika Yesung sudah pulang dari kota, Heechul akan memberikannya libur satu hari untuk beristirahat yang sama sekali tak pernah di manfaatkan Yesung. Pria itu akan menemui Yera dan berada di samping gadis itu sepanjang hari. Obat dari rindu yang sudah menjalar hingga dasar hatinya.

Namun keadaannya sekarang berbeda. Pesan singkat yang biasa dikirimkan setiap dua jam sekali, kini berganti menjadi paling banyak tiga kali sehari. Saat keduanya saling mengingatkan untuk ‘tidak lupa makan’.

Yesung. Proyek di Busan ini terlalu banyak menyita waktu dan tenaganya. Fokus dan konsentrasi tinggi sangat di butuhkan disini. Terlalu banyak masalah dalam pembangunan di Busan. Mulai dari tanah yang sukar digali. Bahan-bahan bangunan yang ternyata sempat dicuri secara diam-diam oleh pekerja dan lain sebagainya.

Beruntungnya, Yesung mempunyai sekretaris yang cerdas dan cekatan, sehingga Yesung tidak harus menggunakan 100 persen kemampuan yang ada di dirinya. Hyunjin juga memenuhi kebutuhan hidupnya di Busan. Makanan yang dimakan Yesung sehari-hari adalah buatan Hyunjin. Jika Yesung kelelahan, Hyunjin juga-lah yang akan menyelesaikan tugas-tugas Yesung.

Dan Yera. Guru musik yang juga sedang sibuk mempersiapkan dan menjalankan ujian praktek murid-muridnya. Konsentrasinya sangat dibutuhkan dalam menilai musikalitas murid-muridnya. Yera pun tak jarang lupa waktu makan dan sempat membuat gadis itu terserang flu.

Siwon –sang mantan yang sudah menetap lagi di Seoul- sempat memarahi Yera karena sakitnya itu. Dan sejak saat itu, Siwon selalu mengingatkan Yera untuk makan, tak jarang juga Siwon ‘menculik’ Yera dari sekolah hanya untuk memaksa gadis itu makan.

Pengujian hubungan Yera dan Yesung. Disaat keduanya terpisah jarak dan hanya mengandalkan teknologi untuk saling menghubungi. Sedangkan keduanya sudah terbiasa untuk saling melengkapi, kini.. semua itu mencapai titiknya.

Berbeda dengan ‘perpisahan’ sebelumnya. Jika mereka terpisah, setidaknya rasa rindu karena benar-benar merasakan seseorang yang dibutuhkan itu terasa nyata. Sayangnya, baik di kedua belah pihak, posisi itu sudah tertempati.

Yesung, yang akan selalu merasa rindu akan masakan Yera, perhatian Yera dan senyuman Yera yang membuatnya semangat menyelesaikan tugasnya agar bisa kembali ke Seoul dengan cepat. Kini semua itu tergantikan oleh kehadiran Hyunjin.

Yera, yang terbiasa dengan sikap hangat Yesung, pujian Yesung akan masakanya, perhatian Yesung yang membuatnya tetap tersenyum dan semangat. Kini semua itu tergantikan oleh kehadiran Siwon.

Keduanya masih merasakan rindu. Tapi tidak lagi setebal biasanya. Inikah cobaan hubungan mereka?

Sampai pada akhirnya, hubungan itu harus berakhir karena suatu alasan.

Hari itu, saat Siwon jatuh sakit. Baik Yesung maupun Yera, keduanya merasakan sesak di dada.

=======================================

Satu Tahun Kemudian.

 

Yera masih bekerja sebagai guru musik. Namun aksi ajarnya tidak-lah seperti satu tahun lalu, atau tahun-tahun sebelumnya. Yera lebih menjadi pendiam jika kelas sudah berakhir. Gadis itu juga sudah tidak terlihat aktif lagi.

Tujuh bulan yang lalu, tepat saat Yesung mengakhiri hubungan cinta mereka yang sudah berjalan selama lima tahun, Yera jatuh sakit. Dia dilarikan kerumah sakit karena ditemukan pingsan di apartemennya. Rekan guru-nya, Shin Hyebin, merasa heran karena sudah tiga hari Yera tidak juga datang ke sekolah, maka Hyebin memutuskan melihat Yera di apartemennya dan menemukan gadis itu pingsan di bednya. Dokter mengatakan, kalau Yera dehidrasi parah. Tubuh Yera sama sekali tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman.

Tentu saja. Mana bisa ia makan disaat hatinya hancur? Mana bisa ia minum disaat air dari matanya terus mengalir? Mana bisa ia beraktivitas disaat nyawa dan jiwanya berada di tempat terpisah dari raganya?

Tubuh Yera kurus kering dan ia sering sakit. Hyebin sudah meminta cuti akan aktivitas mengajar Yera di sekolah dan gadis itu tinggal di apartemen Yera karena sang dokter mengatakan, Yera jangan sampai ditinggal sendiri.

Patah hati.

Begitu buruk ya??

Saat itu, Siwon –orang yang menghancurkan hubungan Yera dengan Yesung- datang ke apartemen Yera. Tentu saja Yera marah dan mengusir pria itu. Yera benci. Sangat membenci Siwon dengan segenap hatinya. Ia muak dan benar-benar memaksa Siwon untuk tidak pernah menampakkan wajahnya lagi di hadapan Yera.

Keterpurukkan bukan hanya dirasakan oleh Yera, Yesung-pun merasakan hal yang sama. Keduanya, tanpa disadari masing-masing, masih terikat dalam suatu hubungan yang sulit untuk dijelaskan. Koneksi hati dan pikiran mereka masih tersambung. Jika yang satu merasakan, yang lain juga ikut merasakan.

Apa yang terjadi pada Yera, Yesung bisa merasakannya. Saat Yera jatuh sakit, Yesung juga demam tinggi. Saat Yera tiba-tiba kehabisan napas, Yesung merasakan sesak. Saat jari Yera teriris sebilah pisau, Yesung merasakan nyeri pada jari yang sama.

Begitu juga sebaliknya. Saat Yesung terjatuh dari lantai dua di tempat proyek dan kakinya patah, Yera tidak bisa berjalan tanpa suatu sebab yang jelas. Saat Yesung merindukan Yera, gadis itu tiba-tiba menangis karena juga merasakan hal yang sama.

CINTA.

Satu kata yang juga menyebabkan tumbuhnya keegoisan. Keduanya, sama-sama bertahan dalam posisi kesendirian. Yera tentu saja, masih mencintai Yesung dan berharap hubungan mereka kembali membaik. Yesung, pria yang memutuskan Yera, lebih mempertahankan ego dan gengsi untuk tetap bertahan sendiri. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, Yesung masih mencintai Yera, dengan sangat.

Berbeda dengan Yera yang menjalani hidup selama satu tahun sendirian, Yesung mempunyai Hyunjin yang bisa membangkitkannya dari keterpurukkan. Yesung menyayangi sekretarisnya itu meski rasa cinta untuk Yera jauh lebih besar.

Siapa yang sangka kalau ternyata Hyunjin adalah cinta pertama Yesung yang terpisah. Keduanya terpisah karena Hyunjin harus pindah ke luar negeri saat mereka sama-sama berumur 17 tahun. Yesung tak menyadari kalau cinta pertamanya adalah Hyunjin  yang menjadi sekretarisnya. Semua itu terungkap saat Hyunjin menemani Yesung dalam saat-saat keterpurukkan Yesung yang berpisah dengan Yera.

Hari itu, saat Yesung demam tinggi, Hyunjin berada di apartemen Yesung dan menjaga serta merawat pria itu. Saat itu Hyunjin menemukan sebuah gelang yang pernah diberikan Hyunjin sebelum mereka berpisah. Dari situlah, kenyataan itu terungkap.

Hyunjin tahu posisinya dan Yesung yang baru saja ditinggalkan. Hyunjin selalu menghibur Yesung hingga pada akhirnya keduanya menjalin cinta dua bulan yang lalu.

Mendengar hal itu tentu saja Yera lebih terpuruk lagi. Walau cinta diantara mereka masih begitu besar, namun saat takdir mengatakan kalau mereka harus berpisah dan tidak mungkin kembali karena ada orang ketiga diantara mereka, apa yang bisa mereka lakukan?

Keduanya hanya menjalani kehidupan sebagaimana mestinya dijalankan.

Selain mendengar kalau Hyunjin adalah cinta pertama Yesung, hal lebih menyakitkan terkuak. Yesung mendekati Yera karena saat Yesung pertama kali melihat Yera, gadis itu mirip dengan Hyunjin yang baru dua tahun pergi dari Yesung.

Pertemuan mereka saat perkenalan kampus. Saat itu Yera berusia 17 tahun dan Yesung 19 tahun. Yesung yang masih belum bisa melupakan Hyunjin, mencoba mendekati Yera dengan harapan kalau dirinya bisa terus mengingat Hyunjin. Tapi kenyataannya, pelampiasan itu justru berbuah suatu hubungan dengan cinta yang dalam. Yesung justru bisa melupakan keberadaan Hyunjin yang perrnah ada di hidupnya.

===================================

=FlashBack=

 

“Yeoboseyo?” Yera mengangkat panggilan yang menampakkan nama Siwon di layar ponselnya.

 

“Yeoboseyo, Yera-ya..” Yera mengernyit saat mendengar suara Siwon yang sedikit serak. “Siwon-ah.. musem iriya? (Ada apa?)” tanya Yera kemudian.

 

“Nan.. Appo (Aku sakit).. ehem.. bisa kau menolongku? Aku sendirian..”

“Neo? YA! Siwon-ah.. ne, aku kesana. Telepon dokter oke?” Yera menyahut cemas. Sebagai teman dan seseorang yang pernah berhubungan dekat dengan Siwon, tentu saja Yera merasa cemas. Sambil menelepon, gadis itu mengambil sweaternya dan berjalan keluar apartemen, menuju apartemen Siwon.

 

“Ne. Aku tunggu. Gomawo~ (Terima kasih)

“Ne.”

****

“YAK! Badan saja yang besar tapi ternyata kau mudah sakit, payah.” Yera mencibir sambil meletakkan handuk dingin untuk mengompres dahi Siwon. Pria itu hanya tersenyum simpul.

“Untung saja hari ini aku sedang tidak sibuk. Jadi aku bisa datang..”

“Memangnyya kalau kau sibuk, kau tidak akan datang?”

“Tentu saja tidak..”

Siwon merengut. Pria itu masih menyayangi Yera. Saat tahu kalau Yera mempunyai seorang pria dalam hidupnya yang menggantikan posisi Siwon, tentu saja Siwon tidak terima begitu saja. Pria itu seringkali menghabiskan waktu bersama Yera untuk mencoba menyadarkan Yera kalau Siwon-lah yang berada di dekatnya. Tapi, Siwon merasa kalau hal itu sia-sia. Yera sama sekali tak mengacuhkannya. Masih sama. Hanya menganggap Siwon sebagai mantan dan seorang teman.

“Waeyo?” tanya Yera saat menyadari Siwon hanya terdiam menatap Yera.

“Anniya..” jawab Siwon, masih melihat Yera. Merasa tak nyaman, gadis itu berdiri.

“Aku akan memasak makanan untukmu, jadi aku bisa pulang. Tunggu sebentar oke?”

Yera berbalik dan tiba-tiba tangannya di genggam Siwon cukup erat. Sebelum menyadari apa yang terjadi, tubuh Yera sudah terkunci diatas bed dengan Siwon berada di jarak yang cukup dekat diatas tubuh Yera.

“Si-Siwon-ah.. a-apa yang aku lakukan??” tanya Yera dengan tergagap. Tangannya tidak bisa digerakkan karena cengkraman Siwon yang cukup kencang.

“Nan.. Aku.. Aku masih mencintaimu, Yera-ya..”

Tanpa aba-aba lagi, Siwon melumat bibir Yera. Membungkam kata apapun yang hendak keluar dari mulut gadis itu. Memaksa. Dan Yera berontak. Sulit karena posisinya tidak menguntungkan terlebih lagi kekuatan Siwon yang luar biasa. Yera membuka mulutnya dan menggigit bibir Siwon sekencang yang ia bisa dan merasakan anyir darah dimulutnya.

Siwon melepaskan ciumannya dan meringis keskitan. Hal itu memberikan kesempatan Yera untuk menendang pria itu. Siwon oleng karena memang kondisi tubuhnya yang sedang demam tidak menguntungkan. Yera berlari keluar apartemen Siwon dengan wajah yang basah. Ketakutan dan kecemasan. Serta airmata.

Yera merogoh tasnya dan menemukan nama Yesung berkedip-kedip di layar.

Di Busan, perasaan Yesung mendadak tidak nyaman. Pria itu terus saja gelisah seharian dan membuat seluruh konsentrasinya terpecah. Merasa ada yang tidak beres dan perasaannya mengatakan terjadi sesuatu pada Yera, pria itu memutuskan untuk menelepon Yera.

Cukup lama Yesung menunggu. Dan membuatnya bertambah cemas. Setelah percobaan panggilan kedua, akhirnya Yesung bisa mendengar suara Yera.

“Yera-ya? Neo gwaenchana?” tanya Yesung dengan cemas saat mendengar suara Yera yang sedikit berat.

 

“Eung (ya). Hanya sedikit flu, sudah mendingan.. Ada apa, oppa?”

“Anniya.. hanya tiba-tiba aku gelisah dan terpikir dirimu. Ternyata benar kalau kau sakit..”

 

“Tapi sudah mendingan kok..”

“Syukurlah..”

Keduanya sama-sama tediam, lalu Yesung tiba-tiba berbicara, “Oh iya, besok aku akan kembali ke Seoul selama dua hari dan setelah itu kembali lagi ke Busan karena pekerjaan disini memang belum selesai. Kita jalan?”

Yera terdiam.

“Yera-ya?”

 

“Ne?”

“Kau benar-benar baik-baik saja?”

 

“Ne, oppa. Nan gwaenchana. Ehm.. besok? Ya, baiklah. Tentu saja.. Sampai ketemu besok, oppa..”

“Ne. Jaga dirimu, chagi (sayang.. [untuk panggilan])..”

 

“Ne, oppa..”

Yesung mematikan sambungannya dan tersenyum saat melihat foto Yera terpampang menjadiwallpaper layar ponselnya.

Di Seoul, Yera terduduk lemas dan menangis. Ia dicium oleh Siwon yang artinya mengkhianati Yesung kan? Meski semua itu murni karena Siwon yang memaksa, tetap saja Yera tidak bisa menolak. Lalu dia harus bagaimana? Masih sanggupkah Yera untuk bertemu muka dengan Yesung disaat hatinya merasa berdosa?

****

“Jaljayo.. (selamt malam/selamat tidur)” Yesung mengecup kening Yera lembut saat mereka sudah sampai di pintu apartemen Yera. Yera terpejam, semakin merasa bersalah kepada Yesung yang sudah bersikap sangat hangat kepadanya. Tanpa disadari, Yera merasakan tangan Yesung mengusap pipinya yang ternyata telah ternodai oleh airmata.

“Kau kenapa? Kenapa menangis? Apa masih sakit?” tanya Yesung cemas

“Anni. Hanya saja aku merasa bahagia bisa bersamamu, oppa..”

Yera melihat Yesung tersenyum. Oh Tuhan.. bisakah ia menyimpan kejadian lalu untuk selamanya? Sanggupkah??

Yesung menarik Yera kedalam pelukannya, mengusap rambut gadis itu perlahan. Lantas mengecup lembut puncak kepala Yera.

“Na do..” ucap Yesung kemudian.

****

Di Busan, Yesung masih saja merasa gelisah. Sejak empat hari yang lalu ia mengajak Yera jalan-jalan dan gadis itu lebih banyak diam, Yesung merasa kalau Yera menyembunyikan sesuatu. Tapi gadis itu sama sekali tidak mengatakan apapun kepada Yesung dan membuat Yesung semakin penasaran.

Sejak hari itu, Yesung terus menanyakan keadaan Yera yang selalu dibalas dengan kata ‘baik-baik saja’. Dan hati Yesung mengatakan, ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Yera tapi gadis itu bersikukuh mengatakan tidak ada apa-apa.

Yesungpun semakin gentar memaksa Yera untuk mengatakan apa yang terjadi. Sampai saat itu ditelepon, Yera mengatakan semuanya.

Yera mengatakan kehadiran Siwon.

Yera mengatakan siapa Siwon.

Yera mengatakan apa yang Siwon lakukan untuk membuat rasa rindu Yera akan Yesung sedikit terbayar.

Yera mengatakan ciuman itu.

Dan Yesung. Ia marah dan sakit hati.

Kenapa Yera tidak pernah mengatakan itu padanya?

Jika Yesung tidak bertanya, Yera tidak akan menceritakannya kan?

Lalu untuk apa hubungan selama lima tahun ini jika masih saja ada yang disembunyikan?

Bukankah kejujuran dan kepercayaan yang selalu mereka junjung?

Dan perbuatan Yera kali ini, yang telah membohongi Yesung dan juga berniat untuk menyembunyikannya, membuat Yesung memutuskan hubungan mereka.

Pria itu marah, tentu saja. Dan juga sakit hati.

 

=FlashBack END=

 

==========================================

Han Park. Waktu Sekarang.

 

Yera tak tahan lagi. Antara Yera dan Yesung seringkali bertemu secara tidak sengaja, tapi keduanya seperti orang asing yang tidak saling kenal. Perasaan cinta itu masih ada dan masih sama besarnya seperti dulu.

Yera duduk dan menunggu. Hari ini gadis itu meminta Yesung untuk menemuinya. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya untuk diungkapkan. Setidaknya, sebelum ia meninggalkan negara ini dan mencoba melupakan apa yang sudah terjadi.

“Sudah lama? Maaf… Tadi ada rapat..”

Yera menoleh dan melihat Yesung berdiri tanpa menatapnya. Yesung melihat kearah sungai atau mungkin ke arah orang-orang di sekitar tempat mereka berada sekarang.

“Gwaenchana.. aku juga baru datang. Duduklah..” ucap Yera. Sekuat hati mengontrol emosinya agar tangisnya tidak pecah. Ia juga tidak memandang ke arah Yesung karena takut pertahannya runtuh. Yera bergeser sedikit menjauh saat Yesung sudah mulai duduk di kursi taman disebelahnya.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Yesung, masih menghadap kurus kedepan.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Yera, mencoba menciptakan suasana rileks di sore ini.

“Baik-baik saja. Kau?”

“Seperti yang mungkin kau lihat…”

Yesung menoleh sekilas, lantas menghadap kedepan lagi, “Sepertinya juga baik-baik saja..” ucap Yesung kemudian.

“Begitulah..”

Jeda sejenak diantara mereka. Yera menarik napasnya dalam dan menghembuskannya perlahan.

“Bagaimana hubunganmu dengan cinta pertamamu?”

Yesung menoleh dan menatap Yera cukup lama. Lebih lama dari tatapan sebelumnya. Gadis yang merasa di perhatikan itu juga menoleh, melihat ke arah Yesung juga. Sungguh, keduanya saling merindukan dan sangat ingin saling memeluk, tapi perbedaan itu begitu nyata.

Bersamaan, keduanya membuang pandangannya kedepan.

“Baik-baik saja. Jika tidak ada hal yang penting, aku ingin pergi. Aku ada janji..” ucap Yesung dan ia segera berdiri. Sabelum melangkah lebih jauh, kakinya terhenti saat Yera berbicara..

“Aku tidak menyangka saat kau memintaku untuk menjadi kekasihmu, itu adalah alasanmu untuk melupakan cinta pertamamu yang meninggalkanmu. Kau tahu? Mendengar hal itu membuatku bertambah sakit. Sangat sakit hingga aku tak punya keinginan untuk hidup lagi. Tapi aku berpikir, jika aku mati karena dirimu, hidupku akan sangat tidak berharga bukan? Mati untuk orang yang kucintai, sekaligus kubenci sekarang.”

Yesung masih diam. Ia masih berdiri membelakangi Yera yang sudah menitikkan air matanya. Gadis itu melanjutkan..

“Kenapa aku membencimu? Tentu saja ! Siapa manusia di dunia yang tidak merasa benci jika mengetahui kenyataan itu? Aku berusaha setia dan percaya padamu. Aku mengatakan hal-hal yang jujur selama hubungan kita –diluar insiden terakhir yang sama sekali tidak sanggup untuk kukatakan- tapi ternyata pada akhirnya aku mengetahui kalau pernyataan cintamu padaku dulu hanya sebuah pelampiasan.. Betapa bodohnya aku bukan?”

Masih bergeming. Yesung menutup matanya. Ia merasakan sakit di hatinya saat Yera mengatakan hal itu. Tentu saja ketika Yera mengatakan semua hal yang baru saja ia dengar, gadis itu juga merasakan pisau mencabik-cabik hatinya.

“Aku mohon.. Katakan kata-kata yang bisa membuatku membencimu. Aku sungguh ingin melupakanmu dan belajar untuk membencimu. Aku sangat tersiksa karena setiap hari, setiap aku memikirkanmu, aku menangis. Aku terus memimpikanmu berada disisiku lagi. Dan itu menyakitkan kau tahu? Karena apa yang terjadi tidaklah sesuai dengan apa yang kulihat di dalam mimpi. Tapi yang aku sadari.. Semakin aku mencoba untuk membencimu, aku semakin menyadari betapa aku sangat mencintaimu. Aku mencintaimu..”

Yera berdiri dan bergegas pergi tepat saat Yesung berbalik dan memanggil gadis itu dengan lantang.

“Yera-ya !!”

Yera berhenti namun tak berbalik. Ia tidak mau terlihat lemah dihadapan Yesung saat ia baru saja mengatakan hal-hal buruk tentang pria itu.

“Aku minta maaf. Waktu itu aku memang melihatmu yang mirip dengan Hyunjin, maka aku mendekatimu. Tapi seiring berjalannya waktu dan hubungan kita yang semakin dekat. Aku melihatmu. Aku melihat Choi Ye Ra seutuhnya. Aku melihat kalau Yera bukanlah Jung Hyun Jin yang meninggalkan aku. Aku mencintaimu dengan tulus. Aku mencintaimu sebagai Choi Ye Ra. Itu yang harus kau tahu. Dan yang perlu kau ketahui juga, baik aku maupun kau, kita sama-sama tidak bisa saling membenci, karena aku juga mencintaimu..”

Buliran bening mengalir dari mata indah Yesung. Ia juga terluka, tentu saja. Jika kau berada diposisinya saat ini, hal itu pasti menyakitkan bukan?

Yesung melihat Yera berjalan semakin menjauh. Ia pun juga berbalik pergi menuju mobilnya terparkir. Meletakkan kedua tangannya di stir kemudi. Mengabaikan panggilan telepon dari Hyunjin. Pikirannya hanya terfokus ke masa lalu. Saat dirinya bertemu dengan Yera.

 

Yera yang saat itu menjadi mahasiswi baru dan langsung menarik perhatian Yesung.

“Namaku Kim  Ye Sung..”

 

“Aku Choi Ye Ra, sunbaenim..”

 

Yera yang saat itu kelelahan dan nyaris pingsan saat berlari keliling lapangan.

“Kau tidak lihat dia sudah pucat hah? Bawa keruang dokter!!”

 

Saat Yesung menyanyikan lagu cinta untuk Yera namun gadis itu tidak menyadarinya.

 

“Eh?  Apa kau bilang? Siapa yang bernyanyi barusan?”

 

 

 

Yera yang saat itu begitu terkejut atas pernyataan cinta Yesung.

 

“Maukah kau menjadi yeojachinguku?”

 

“A-aku.. Aku..Aku mau sunbaenim..”

 

 

 

Yera yang selalu ada disaat Yesung merasakan lelah.

 

“Jangan lupa makan, oppa. Aku menyayangimu..”

 

 

 

Yera yang begitu terluka.

 

“Aku mohon.. Katakan kata-kata yang bisa membuatku membencimu. Aku sungguh ingin melupakanmu dan belajar untuk membencimu. Aku sangat tersiksa karena setiap hari, setiap aku memikirkanmu, aku menangis. Aku terus memimpikanmu berada disisiku lagi. Dan itu menyakitkan kau tahu? Karena apa yang terjadi tidaklah sesuai dengan apa yang kulihat di dalam mimpi. Tapi yang aku sadari.. Semakin aku mencoba untuk membencimu, aku semakin menyadari betapa aku sangan mencintaimu. Aku mencintaimu..”

 

 

“Mianhae (maafkan aku).. Yera-ya..” ucap Yesung lirih.

“SARANGHAE..” ucap keduanya bersamaan di tempat yang berbeda. Dengan rasa yang sama. Terluka.

THE END___________________________________________

*) Copyright adalah Hak hukum (dalam hal ini) seorang penulis untuk memperbanyak, menerbitkan, mengedarkan hasil tulisannya. Ia memiliki hak atas tokoh-tokoh ciptaannya, berikut jalinan ceritanya. Penulis FF tidak mempunyai hak hukum atas tokoh-tokoh canon, ia hanya bisa meng-klaim OC-nya dan ide cerita.  

Jangan cuma jadi SILENT readers, jadilah readers yang baik. Apalagi yang termasuk kedalam Beta Reader.

 

Beta Reader yaitu  pembaca suatu FF yang menganalisis kelemahan dan keunggulan FF tersebut. So, SHOW YOUR WORDS, GUYS ^^


Drrt     Drrttt   Drrttt

Getar ponsel membuat seorang gadis seketika tersentak dan terbangun dari lelapnya tidur. Gadis itu mengernyit sesaat setelah ia membaca pesan tersebut. Sekilas ia melirik jam yang bertengger pada dinding kamarnya, waktu masih menunjukkan pukul 06.00 KST, kembali ia memastikan pesan tersebut dan ia menyunggingkan seulas senyum setelah membaca pesan dari kekasihnya.

From: My Turtle Prince

Good Morning my love. Don’t forget to breakfast, aku juga sudah memasakkan sarapan untukmu. Kiss love for you.:*


Yera – nama gadis itu – turun dari tempat tidurnya, ia juga masih memakai piyama birunya, ia ingin mengambil segelas air putih untuk ia minum, kebiasaan paginya.

Saat ia membuka pintu kamarnya, kakinya tidak sengaja menendang sebuah kotak berukuran sedang dibungkus dengan kado berwarna biru, ia ambil kotak itu dan berlari kecil ke dapur dan kembali lagi ke kamarnya.

Yera membuka kotak itu dan tersenyum manis saat melihat isinya, sebuah gaun cantik nan indah berwarna putih murni selutut dengan bagian dada sedikit terbuka, gaun itu disanggah (?) dengan tali spagheti, pada bagian pinggang terdapat beberapa renda dan manik-manik yang berasal dari arah bagian dada, terlalu minim pikir gadis itu, karena memang ia tidak menyukai pakaian minim selain di rumah, ia juga menemukan sepasang sepatu high heels 15 cm, sangat tipis lebarnya, warnanya senada dengan gaun tersebut dengan tali mengikat pada kaki saat dikenakan. Ia mengernyit saat ada selembar kartu ucapan berbentuk love berwarna muda jatuh di pangkuannya. Gadis itu membuka dan membaca isinya.

Mentari pagi begitu cerah, tapi ia tak mampu mencerahkan hatiku selain dirimu. Berikanlah senyum manismu padaku agar sang mentari merasa tak bisa lagi tersenyum seperti dirimu, sehingga ia tak mampu lagi mencoba menelisik pada jiwaku. Aku merindukanmu, begitu merindukanmu, tak pernah ku hentikan hati ini untuk mencintaimu, merindukanmu. Pakailah gaun ini, aku tahu kau tak suka berpakaian terlalu minim, tapi setidaknya kau bisa menunjukannya HANYA PADAKU.

Cepatlah mandi, di depan sudah ada supir yang akan mengantarmu, menuju ke tempatku berada, jangan tanya aku ada di mana, tapi tanyalah pada hatimu, di mana aku berada.

Your Turtle Prince

-Yesung- 

 


Gadis itu kembali tersenyum oleh tingkah kekasihnya, ia tak tahu dari mana kekasihnya belajar romantis seperti ini, bukankah ia terlalu diam tanpa tahu bagaimana memperlakukan seorang gadis dengan begitu romantis. Mungkinkah Lee Donghae yang mengajarinya? Pikir gadis itu. Ya, Yesung adalah salah satu member dari sebuah boyband terkenal Super Junior, Yera bertemu dengan Yesung saat sebelum Yesung bergabung dengan pihak SMent, tetapi hubungan mereka harus berakhir karena ego masing-masing.

~oOo~

Saat Yera sedang memoles wajahnya dengan make-up natural, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

From: My Turtle Prince

Jangan terlalu cantik saat berdandan, kau sudah cantik nan indah. Jika kau berdandan terlalu cantik, yang ada semua mata mengagumi keindahan wajahmu. Aku tidak suka itu, keindahan wajahmu hanya untuk pandangan mataku saja.


Yera kembali tersenyum setelah membaca pesan tersebut. Diedarkannya pandangan mata Yera mencari sosok kekasihnya dan kembali tersentak saat sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.

From: My Turtle Prince

hahaha kau mencariku? Jangan kau cari di mana aku, tentu saja aku tahu karena aku berada di hatimu, selamanya di hatimu. Jadi turuti saja apa kataku. Arra?!!

To: My Turtle Prince

ye ye ye, arrasseo!

Usai membalas pesan tersebut, Yera kembali memoles wajahnya dan sentuhan terakhirnya adalah ia memakai Lipbalm warna merah muda pada bibirnya yang tipis nan mungil. Dan ia tersenyum manakala kembali sebuah pesan masuk ke ponselnya.

From: My Turtle Prince

sudah kubilang bukan? Kau jangan terlalu cantik. Apa kau sengaja membuat semua namja menginginkan bibirmu yang mungil itu? Apa kau sengaja membuatku bernapsu untuk menciummu? Hahahaha

Yera mengernyit kesal saat membaca pesan itu. Kenapa Yesung kekasihnya juga menjadi evil seperti ini? Apakah ini ajaran CHO KYUHYUN namja evil dongsaeng kesayangannya di Super Junior? Pikir Yera. Ia pun membalasnya.

To: My Turtle Prince

ini agar semua namja melihatku dan bernapsu untuk menciumku!! Hahaha, tapi hanya satu yang akan aku izinkan. Namja beruntung itu adalah kau oppa! JADI BERHENTILAH MENGAWASIKU DENGAN TELEPATI ANEHMU ITU!!  :p

 

~oOo~

Yera berjalan menuju ruang makannya, terlihat begitu sepi, karena memang Yera hanya tinggal sendiri di sebuah apartemen, orang tuanya ada di Eropa untuk menjalankan bisnis mereka, sedangkan sang kakak Choi Siwon sibuk dengan aktifitas Super Juniornya, terlebih lagi kegiatan syutingnya.

Yera melanjutkan studinya di Universitas Seoul jurusan manajemen. Sesampainya di ruang makan, Yera menggeser kursinya untuk duduk dan mengambil sarapannya berupa bubur kacang hijau kesukaannya, yang dimasak oleh sang kekasih.

Alih alih menyantap bubur kacangnya, ia mendapat satu pesan lagi dari kekasihnya – Yesung.

From: My Turtle Prince

enak? Itu masakanku, yang Wookie ajarkan semalam. Habiskan! Kalau tidak oppa akan menciummu habis-habisan.

Hahahaha

 


To: My Turtle Prince

oppa, apa kau tidak ada pekerjaan huh?! Selalu mengawasiku!!

 

From: My Turtle Prince

tak ada. Selain di Super Junior, pekerjaanku hanya memandang wajah indahmu, dan memperhatikan setiap senyuman manis yang terukir oleh bibirmu dan kupastikan tak ada rasa bosan dalam hatiku untuk itu.

To: My Turtle Prince

kau berlebihan oppa!!!


Wajah Yera bersemu merah oleh kalimat-kalimat yang dilontarkan Yesung melalui semua pesannya, untung saja Yesung tak ada di sini, jika ada Yera pasti mendapat ejekan oleh Yesung.

Usai sarapan, Yera kembali ke kamarnya dan mengambil tas miliknya, namun pandangannya terhenti saat melihat sosok dirinya pada pantulan cermin, terlalu aneh berpenampilan seperti ini, dengan mengikat tinggi-tinggi rambutnya.

Pikirnya. Ia memutuskan untuk menggeraikan rambut hitam lurus panjangnya tanpa di apa-apakan dan hanya memakai bando putih sebagai hiasan rambutnya.

Yera segera keluar kamarnya, dan segera menemui supir yang diutus oleh Yesung kekasihnya, saat ia akan membuka pintu apartemennya, seseorang telah terlebih dahulu menekan bel pintunya.

Yera membuka pintu tersebut dan tebelalak saat sosok namja tinggi berkulit putih membawa sebuket anggrek kesukaannya. Siapa namja tersebut, Yesung kah?? Pikir Yera. Namun dugaannya salah, namja tersebut adalah CHO KYUHYUN, Yera menahan tawanya, ia sangat hafal betul kalau Kyuhyun tidak suka diperintah, kalau bukan karena ancaman game miliknya dimusnahkan atau disita.

“Yera-ya, ini untukmu! Cepat temui Yesung hyung dan memberitahu pada namja gila itu, bahwa aku sudah menuruti perintahnya dan cepat kembalikan gameku,” ujar Kyuhyun yang langsung mendapat tatapan tajam dari Yera. Tentu Yera kesal karena kekasihnya dikatakan sebagai namja gila di hadapannya.

“Ye, arraseo! Aku tak ‘kan berkata ia namja gila lagi,” tambah Kyuhyun menegaskan.

“Gomawo oppa,” ujar Yera tersenyum tulus.

Kyuhyun pun pergi meninggalkan Yera di pintu apartemennya yang sedang tersenyum sendiri. Saat akan meletakkan kiriman bunga itu, ia tersentak oleh selembar kertas bentuk hati jatuh ke lantai, ia pun mengambil dan membukanya, dan kembali Yera dibuat tersenyum setelah membaca isinya.

Bukankah Anggrek bunga yang indah? Tapi keindahanmu jauh beribu-ribu kali lipat. My Angel.

 


Ini pertama kalinya Yesung seperti ini setelah mereka kembali menjadi sepasang kekasih. Yera kembali melanjutkan langkahnya menuju lift. Saat pintu lift terbuka, ia tercengang karena melihat begitu banyak hiasan di dinding lift dan taburan kelopak mawar merah pada lantai lift membentuk love. Yera membaca tulisan di dinding lift.

Jika kau mencintaiku, masuklah ke lingkaran love itu.

Yera pun menurut dan melangkahkan kakinya ke tengah bentuk love itu dan merasakan kakinya seperti menginjak sesuatu dan berjongkok memungut selembar kartu ucapan.

Kau sangat cantik. Lihatlah kelopak-kelopak mawar pun turut merasa tersaingi oleh kecantikanmu.


Bersama dengan isi yang Yera baca, beribu kelopak mawar dengan berbagai warna menghujani Yera. Ia mencium harum bunga tersebut. Ia mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya menikmati hujan kelopak mawar yang jatuh berguguran dan menerpa wajahnya.

Tidak cukup dengan wajah, tangannya ia rentangkan untuk menikmati kelopak-kelopak tersebut agar jatuh tidak sia-sia. Kembali. Tangannya merasakan sebuah benda yang sedikit kasar, ia membuka matanya dan melihat selembar kartu ucapan yang sama. Ia membuka dan membaca isinya.

Indah kelopak bunga, harum baunya, lembut serat tiap kelopaknya, tapi itu tidak bisa menggambarkan wajahmu, menggambarkan sosok dirimu. Yera-ya saranghae.


“Na do oppa,” ujar Yera kemudian.

TING

pintu lift terbuka, Yera tersenyum saat ada sebuah karpet merah dengan di setiap sisinya dijejeri oleh lilin. Rupanya kejutan dari Yesung tidak cukup di sini saja, tiba-tiba ada kerumunan anak kecil membawa balon berwarna-warni dengan disetiap senar dari balon tersebut ada kerajinan tangan dari anak-anak itu berbentuk sebuah burung. Dan dari kerumunan anak kecil tersebut, muncul sosok namja kecil membawa balon berukuran sedang menghampiri Yera.

“Noona, jika kau ingin bertemu dengan kekasihmu letuskan balon ini,” ujar namja kecil itu yang membuat Yera membelalakan matanya.

“Chagi, tapi noona takut. Jangankan meletuskannya, meniupnya pun noona takut,” ujar Yera.

“Ya sudah! Jangan harap noona bisa bertemu dengan kekasih noona,” ujar namja kecil itu sembari pergi meninggalkan Yera.

“Yak! Chakkaman! Ye, noona akan meletuskannya,” ujar Yera membuat namja kecil itu berhenti.

“Awas saja kau Kim Jong Woon, jika kita sudah bertemu, akan kuhabisi kau,” batin Yera.

Yera pun dengan siap akan meledakan balon itu, terlihat dari raut wajahnya yang pucat pasi menandakan ia sangat takut. Ia memejamkan matanya dan ia pula menggigit bibir bawahnya, tangannya berkeringat dan……

DUARRR

jantung Yera berdetak kencang akibat terhenyak suara letusan dari balon tersebut, tetapi kekagetannya tidak berlangsung lama karena dari balon itu terdapat ribuan kelopak mawar dan manik-manik menghujani Yera, dari hujan itu pula terdapat selembar kartu ucapan.

HAHAHAHAHA lucu sekali wajahmu, aku di sini sudah menangis membayangkan wajah takutmu yang terlihat konyol.

BUAHAHAHAHAHA

Lihatlah di depanmu!


Yera hanya menghela napas pasrah dan menuruti perintah Yesung. Tidak mungkin kan baginya marah-marah pada orang yang tak ada sosok di depannya. Pandangannya ia arah ke depan. Kekesalan yang ia rasakan musnah seiring dengan pemandangan di depannya, dan seulas senyuman kembali terlukis di wajah Yera.

Pasalnya ada beberapa orang yang membentuk setengah lingkaran, masing-masing dari mereka membawa setangkai mawar merah dengan sebuah kartu ucapan.

Yera mengambil semua bunga dan kartu ucapan tersebut, ia membuka dan membacanya satu-satu. Ia mengernyit, karena setiap kartu hanya terdapat satu kata. Yera mencoba merangkai semua kata itu, hingga menjadi sebuah kalimat yang mampu membuat Yera bersemu merah.

Jika aku harus memilih, antara dirimu atau hidupku. Aku akan memilihmu, karena hidupku akan lebih hidup dan berarti jika ada kau disetiap langkahku, disetiap hembusan nafasku, di dalam detak jantungku dan ada disetiap aliran darahku. Kau adalah pelengkap dalam hidupku, seperti puzzle yang harus disusun dengan benar, dan dari tiap satuannya menyusun sebuah makna, aku denganmu sama halnya dengan puzzle, yang saling menyusun dan melengkapi untuk menjadi satu. Maka dari itu lengkapi satu puzzle itu.

Usai Yera merangkai dan membaca kartu ucapan itu, ia edarkan pandangannya mencari sebuah puzzle yang dimaksud. Sampai kerumunan orang itu berpisah terbagi dua membentuk sebuah jalan dan yang paling ujung ada beribu kelopak mawar membentuk love, Yera berjalan menghampiri dan menemukan sebuah puzzle, ia melengkapi puzzle tersebut. Ia tersenyum membaca apa yang dimaksud Yesung, karena pada puzzle tersebut ada sebuah kalimat I LOVE YOU. Lagi dan lagi, wajah Yera bersemu merah.

~oOo~

Yera masuk ke dalam sebuah limousin mewah yang terparkir indah di depan apartementnya, setelah beberapa jam yang lalu ia disuguhi kejutan-kejutan indah dari kekasihnya Yesung. Di dalam, Yera kembali menerawang kejadian-kejadian itu, ia sendiri tersenyum geli oleh tingkah Yesung. Mengingat kejadian-kejadian itu membuat Yera bertanya-tanya sendiri, apakah hari ini ada yang spesial.

Ia langsung menghubungi kakaknya Choi Siwon untuk memastikan apa ada yang ‘salah’ dengan Yesung? Namun, sebelum ia menghubungi Siwon, sebuah pesan terlebih dulu masuk ke ponselnya. Dan kini bukan hanya tersenyum saat membaca isi pesan itu melainkan tawa kecil.

From: My Turtle Prince

Apakah kau sedang memikirkan tingkahku ini? Jangan sekali-kali kau beranggapan kalau aku sudah gila! Kalaupun aku gila itu semua karenamu.

“Apakah di sini ada kamera pengintai??” pikir Yera.

Tetapi sejurus dengan pikiran itu, ia mentertawakan kebodohannya sendiri.

“Mana ada kamera pengintai untuk mengintai ucapan hati” gumam Yera pelan seraya memukul kepalanya.

Suasana kota Seoul siang itu tidaklah begitu ramai, Yera tidak berminat melihat-lihat jalanan, ia hanya tertuju pada ipadnya.

Tak khawatir untuknya, kemana ia akan pergi. Karena satu yang ia tahu, ia akan diantar ke Handel & Gretel. Coffee shop milik orang tua Yesung.

“Agashi, saya diminta oleh Yesung-ssi untuk menyuruh anda melihat samping kanan kiri anda,” ujar seorang namja yang tak lain adalah supir yang diutus oleh Yesung, membuat Yera menghentikan aktifitasnya.

Yera menuruti apa yang diucapkan supir itu. Ia tertegun kemudian tersenyum saat semua orang yang ada dipinggir jalan raya yang dilewati Yera merentangkan banner bertuliskan “Yesung Love Yera”, “Yera-ya saranghae”, “Yera, you are my first and last love”, “Yera, kau gadis bodoh, gadis aneh” dan bermacam-macam kalimat yang tertulis dalam banner tersebut.

“Oppa, kau ada-ada saja. Kau bahkan lebih aneh dariku,” gumam Yera pelan.

~oOo~

Yera telah sampai disebuah coffee shop ternama. Handle&Gretel. Ia buru-buru masuk menemui eomma Yesung. Alih-alih ingin memberi kejutan, eomma Yesung justru terlebih dahulu menyambut kedatangan Yera. Pengunjung H&G pun ikut menoleh saat Yera membuka pintunya.

Yera tersenyum manakala eomma Yesung merentangkan tangannya tanda ingin memeluk gadis itu. Seakan mengerti, dengan cepat Yera menghambur ke pelukan eomma Yesung.

“Annyeong ahjumma,” sapa Yera seraya membungkukan badannya.

“Tidak usah seformal itu, panggil saja eomma,” ucap eomma Yesung dengan lembut.

“Ah, baiklah. Ahjum, ish! Maksudku eomma,” ujar Yera dengan senyum mengembang dibibirnya.

Mengerti maksud kedatangan Yera, eomma Yesung bertanya tepat sasaran kepada Yera.

“Kau mencari Yesung?” tanya eomma Yesung.

“Mianhamnida eomma, eomma jangan memberi tahuku di mana Yesung oppa berada, karena hatiku sudah tahu ia ada di mana,” ujar Yera sedikit terkekeh.

“kekeke, baiklah. Kalian memang pasangan aneh,” ujar eomma Yesung sembari menyuruh Yera masuk ke sebuah ruangan.

Dengan sopan Yera meminta izin untuk meninggalkan eomma Yesung yang dibalas oleh senyuman hangat eomma Yesung.

~oOo~

Yera melangkah menuju sebuah ruangan. Ia tertegun saat membuka pintunya, ia melihat sebuah sepeda. Sebuah sepeda yang mempunyai banyak kenangan dengan Yesung dulu. Saat ia masih menjadi yeoja tomboy dan berpenampilan cuek, saat ia dan Yesung beradu naik sepeda, saat ia mulai jatuh cinta dengan Yesung, saat ia mencoba berubah menjadi yeoja feminim demi Yesung, dan saat mereka merajut kasih.

Yera makin masuk, ia memegang sepeda itu dan tersenyum. Puas dengan kenangan atas sepeda itu, ia berniat keluar dari ruangan itu, namun ia tercengang saat melihat semua foto dirinya dengan Yesung ketika bersama, ketika awal pertemuan sampai hari kemarin mereka bersama. Ribuan foto telah terpasang di dinding secara zig zag, dan terpasang berbentuk love seperti MV No Other part Kyuhyun.

Yera menghampiri foto-foto tersebut. Diedarkan pandangannya melihat ribuan foto tersebut, namun terhenti saat pandangannya tertuju pada sebuah foto yang membuatnya mengernyitkan dahi juga mengerucutkan bibirnya.

Saat tangan Yera ingin meraih foto tersebut, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

From: My Turtle Prince

 

 

HUAHAHAHAHAHAHAHA kuyakin kau pasti kesal, bahkan saking kesalnya kau ingin menendangku. Foto itu? Kau ingat bukan? Perlukah aku mengingatkanmu?

Oh, ayolah jangan pasang muka konyolmu itu. Aku tak bisa menghentikan tawa ini. HUAHAHAHAHAHA


 

“DASAR KAU GILAAA….” teriak Yera sembari merobek foto itu. Foto di mana dirinya jatuh tersungkur dari sepeda saat balap sepeda dengan Yesung, dan posisi jatuhnya yang tidak etis, ia jatuh menindih seorang kakek dan ketika ia hendak berdiri, ia kepentok sebuah tiang listrik sehingga membuat jidatnya dihinggapi(?) telur ungu(?).

Yera menggumamkan kalimat yang tak jelas sembari merobek kecil-kecil foto itu. Ia segera keluar dari ruangan itu untuk menenangkan pikirannya, namun ia terhenti dan kemudian tertawa mengingat tingkah konyolnya dulu. Puas mentertawakan dirinya, ia kembali melangkah menuju ‘eomma-nya’.

“eomma….. Biarkan hari ini aku membantumu!” ujar Yera sembari melakukan aegyonya yang justru terlihat aneh.

“Shireo!! Kau harus temui Yesung” tolak eomma Yesung yang juga ‘eomma-nya’.

“Tapi eomma, aku akan jadi anak durhaka jika tidak membantumu…” ujar Yera kemudian.

“Gwenchana.. Eomma juga tak akan mengutukmu. Kekeke. Lagipula masih ada Jong Jin untuk membantu eomma,” ujar eomma Yesung.

“Tenanglah noona, masih ada aku,” sambar Jong Jin.

“Yak!! Jangan panggil aku noona! Bahkan usiaku lebih muda daripadamu,” ralat Yera atas ucapan Jong Jin.

“Hahaha, kau ini sebentar lagi akan dilamar oleh Yesung hyung, jadi…” ujar Jong Jin keceplosan sembari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

“MWO!!” ujar Yera kaget.

“Anniya, aku hanya bercanda, tapi kau ini kan kekasih dari hyung-ku, pantas saja kan aku memanggilmu noona?” ujar Jong Jin segera meralat ucapannya. Yera yang mendengar penjelasan Jong Jin hanya manggut-manggut mengerti. Terlihat Jong Jin menghembuskan napas kelegaan, sedangkan eomma mereka hanya terkekeh melihat kepolosan Yera.

“Chagiya…..” panggil eomma Yesung.

“Ne eomma?”

“Kau sangat cantik, eomma benar-benar menginginkanmu menjadi menantu eomma, maukah kau menjadi menantu eomma?” ujar eomma Yesung yang sukses membuat Yera salah tingkah dengan pipi yang bersemu merah oleh pujian sang calon ibu mertua. Getar suara ponsel kembali mengagetkan Yera.

From: My Turtle Prince

Apa kau ingin mengabulkan keinginan eomma? Jika iya, lihatlah di belakangmu.


Setelah membaca pesan itu, Yera menuruti perintah Yesung tanpa curiga, dan ketika ia melihat ke belakang, ia mengernyitkan dahi, pasalnya tak ada siapapun di belakangnya, sampai ada……

“Gug gug gug,” suara anjing mengagetkan Yera, ia melihat ke bawah dan terperanjat. Yera reflek berteriak dan naik ke sebuah kursi sembari menekuk kakinya agar menjauhi jangkauan anjing itu, ia pula melempari anjing itu dengan barang- barang yang dekat dengan jangkauannya.

BUAHAHAHAHAHAHAHAHA. Gelak tawa pengunjung membahana di H&G termasuk Jong Jin, ia justru sudah menangis karena tawanya, sedangkan eomma Yesung hanya menahan tawa. Tawa itu terhenti, manakala terdengar suara isak tangis dari bibir Yera. Eomma Yesung menghampiri Yera kemudian memeluk untuk menenangkannya.

LAGI. Anjing itu menghampiri Yera dan seperti ingin memberikan sesuatu. Kkoming – nama anjing itu – kembali menggonggong agar Yera mau mengambil sebuah kertas dari mulutnya.

Dengan sangat takut dan masih terisak, Yera mengambil kertas itu dan membaca isinya.

HUAHAHAHAHAHAHA yeoja yang dulu sangat tomboy, sekarang bisa histeris dan menangis. Hahahaha hebat bukan kkoming? Ia membalaskan dendamnya yang dulu sering kau tendang.


Yera hanya menghela napas berat. Sungguh. Dalam hati ia merutuki ulah Yesung. Ingin sekali ia mencincang ddangkoma untuk melampiaskan kekesalannya. 2x, ya. 2x ia dipermainkan oleh Yesung melalui hal-hal yang ia takutkan.

Lain hal dengan Yera, justru eomma Yesung tertawa melihat tingkah mereka.

Aktifitas mereka – Yera, eomma Yesung dan pengunjung – terhenti manakala pintu H&G terbuka menampakkan sosok namja memakai setelan celana jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna hitam dengan membawa sebuket mawar merah menutupi wajahnya, serta sekotak white chocolate kesukaan Yera. Namja itu menyanyikan sebuah lagu. Lagu dari Super Junior.

Neo gateun saram tto eopseo

juwireul dureobwado geujeo georeohdeongeol eodiseo channi

Neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun saram

neo gatchi joheun ma eum neo gatchi joheun seonmul

Neomu dahaeng iya aesseo neorel jikyeojul geu sarami baro naraseo eodiseo channi

Na gatchi haengbokhan nom na gatchi haengbokhan nom na gatchi unneun geureon choegoro haengbokhan nom

Neoui ttatteuthan geu soni chagapge, chagapge shikeo isseul ttae

Neoui ganghaetdeon geu maeumi nal karopge sangcheo badasseul ttae

Naega jaba julge anajulge salmyeoshi, geugeoseuro jakeun iroman dwendamyeon johgesseo

Eonjena deo maneun geol haejugo shipeun nae mam neon da mollado dwae

Gaseumi sorichyeo marhae jayuro-un nae yeonghon

Eonjena cheo-eumui imaeum euro neoreul saranghae georeo watdeon shiganboda nameun nari deo manha

Neo gateun saram tto eopseo juwireul dureobwado geujeo georeohdeongeol eodiseo channi

Neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun ma eum neo gatchi joheun seonmul

Neomu dahaeng iya aesseo neorel jikyeojul geu sarami baro naraseo eodiseo channi

Na gatchi haengbokhan nom na gatchi haengbokhan nom na gatchi unneun geureon choegoro haengbokhan nom

Naui ganan haetdeon maeumi nunbushige jeomjeom byeonhaegal ttae

Jakeun yokshimdeuri deoneun neomchiji anhge nae mamui geureut keojyeogalttae

Argo isseo geu modeun iyuneun bunmyeonghi nega isseo ju-eotdaneun geot geu, geot ttak hana ppun

Eonjena gamsahae naega mankeum geuri jalhal su iggenni yeah

Gaseumi sorichyeo marhae jayuro-un nae yeonghon

Eonjena cheo-eumui imaeum euro neoreul saranghae georeo watdeon shiganboda nameun nari deo manha

Saat bernyanyi namja itu terus melangkah menghampiri Yera, kemudian berhenti di depan Yera sambil berlutut bersamaan dengan usainya lagu. Ia menyingkirkan buket bunga itu agar tidak lagi menutupi wajahnya.

[backsound: Saranghaeyo ost. Sassy Girl Chun Hyang]

Antara haru, kesal, rindu, bahagia. Itulah perasaan yang dialami Yera sekarang. Namja itu adalah Yesung. Ingin sekali ia menendang namja yang tengah berlutut dihadapannya. Tapi, ia hanya bisa memarahinya saja.

“Ka…” belum sempat Yera melanjutkan ucapannya, Yesung terlebih dahulu menyelanya.

“My Orchid Princess. Maukah kau memaafkanku?” ujar Yesung masih berlutut sembari tersenyum dan menyerahkan buket bunga itu kepada Yera.

Yera mengambil buket bunga itu lalu menggelengkan kepalanya tanda “TIDAK” membuat Yesung lemas dan ‘pingsan’. Panik. Yera duduk mendekati Yesung dan mengguncang-guncangkan tubuh Yesung berharap ia tersadar, tapi Yesung tak kunjung sadar.

“Yak!! Oppa, sadarlah. Aku memaafkanmu, cepat bangun!” teriak Yera khawatir membuat Yesung terbangun dan langsung memeluk Yera. Suara tepuk tangan pun riuh dari semua orang yang berada di H&G. Merasa dirinya ‘dipermainkan’ lagi oleh Yesung, Yera mendorong pelan tubuh Yesung sampai kepala Yesung sedikit terbentur lantai.

“Yak!! Sakit bodoh!” ujar Yesung sambil memegang kepalanya. Bukan rasa iba yang tercipta, melainkan gelak tawa membahana di dalam H&G. Yera sendiri hanya menahan tawanya. Ia pura-pura marah dan meminta izin kepada eomma Yesung juga Jong Jin untuk pergi.

“eomma, aku pamit. Mianhamnida aku tak bisa membantu eomma. Jong Jin-ah, noona pamit.” dan dibalas dengan senyuman oleh eomma Yesung dan Jong Jin.

Yera pergi meninggalkan Yesung yang masih tercengang oleh aksi ‘ngambek’ Yera.

~oOo~

Yera melangkah menyusuri jalanan kota. Waktu masih menunjukkan pukul 11.30 KST, sebentar lagi setengah hari akan dilalui. Para penikmat jalan tengah sibuk dengan aktifitasnya, begitupun Yera. Ia terus berjalan dengan langkah kesal sembari merutuki tingkah Yesung. Memainkan jari. Itulah yang ia lakukan kala gelisah dan kesal.

Kerikil pun tak luput dari korban kekesalannya, walau memakai sepatu high heels, ia tetap bisa menendang kerikil sekecil apapun. Sungguh bodoh dan payah, seorang yeoja yang dulu tomboy justru takut oleh suara ledakan balon dan anjing. Tak jarang ia berbicara sendiri dengan nada kesal yang justru mengundang pandangan aneh para pejalan kaki.

“Yera-ya…” panggil Yesung dengan nada sedikit tinggi, tapi tidak diindahkan oleh Yera, Yera justru menambah kecepatannya. Namun tiba-tiba…..

GREBBB

Seorang namja memeluk Yera dari belakang, dengan sigap Yera akan membanting namja itu mengingat dulu Yera yeoja tomboy dan menguasai bela diri.

“Yak! Jangan kau banting aku,” ujar namja itu menghentikan aksi Yera, namja yang tak lain Yesung itu pula menyentil dahi Yera saat Yera berbalik kearah namja itu.

Yera segera memuntahkan apa yang ingin ia lampiaskan ke Yesung. Baru membuka mulut, tiba-tiba, sesuatu membekap bibir Yera, sesuatu yang hangat dan lembut.

Yesung mencium bibir Yera tepat saat Yera akan memarahinya.

Usaha yang bagus oleh Yesung agar Yera tidak bisa berkutik dan tidak bisa menumpahkan amarahnya. Adegan Yesung mencium Yera ternyata membuat perhatian para pejalan kaki bahkan pengendara keadaan ikut menyaksikannya.

ELF yang berada disekitar juga ikut tercengang oleh aksi Yesung, namja aneh dan pendiam dikalangan yeoja. Mereka yang menyaksikan serempak berucap “WHOAAAAA”.

Yera sendiri terpaku sesaat dan tersadar ketika semua orang mengagetkannya dengan ucapan mereka. Langsung saja Yera menundukan kepalanya dan tersenyum kikuk, pipinya pun merah merona. Sedangkan Yesung, ia salah tingkah dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lama-lama merasa diri mereka – Yesung dan Yera – menjadi tontonan gratis semua orang, dengan cepat Yesung menarik tangan Yera dan meninggalkan tempat itu.

Kiranya sudah jauh mereka berjalan meninggalkan kerumunan orang itu, Yera yang masih kesal ditambah aksi Yesung yang menciumnya tiba-tiba langsung menghentikan langkahnya dan ‘menyemprot’ Yesung.

“Yak!! Kau sudah mempermainkanku dan tadi menciumku secara tiba-tiba di depan banyak orang!! Oppa menyebalkan!!” pekik Yera dan mengerucutkan bibirnya.

“Kau lebih menyebalkan!! Kau akan memarahiku kan? Jadi oppa melakukan itu agar kau tidak jadi memarahi oppa. Dan sudah kukatakan bukan kalau kau tidak usah berdandan cantik,” sanggah Yesung yang justru membuat Yera mengacuhkannya dan melanjutkan langkahnya.

“Yak! Yak! Berhenti mengacuhkanku!!” pekik Yesung membuat Yera berbalik dan menatap tajam kepadanya.

“Kau lupa bahwa aku diciptakan Tuhan menjadi yeoja yang cantik?” ujar Yera dengan PDnya.*readers say “howeeeeekkk” XD

“Hahaha oppa percaya kau cantik, tapi apa kau tidak takut kalau tadi ada dua orang namja hidung belang mengikutimu?” ujar Yesung mencoba mencairkan suasana hati Yera.

“Lalu apa urusannya denganku?” ujar Yera seraya kembali meninggalkan Yesung.

“Bodoh!! Tentu saja mereka akan menyakitimu!!”

“Begitukah??” ujar Yera meremehkan.

Merasa usahanya sia-sia dan tidak menghentikan langkah Yera, Yesung memotong jalan Yera. Usahanya berhasil dan kini mereka berhadapan.

“Yera-ya…” panggil Yesung.

“hemm..” Yera menjawab dengan ogah-ogahan.

“Sebagai tanda maafku. Ayo kita berkencan!!” ajak Yesung sembari menggandeng tangan Yera. “Yak! Tunggu! Ini tanda maaf atau ajakan paksa?” tanya Yera.

“Tergantung dari sudut mana yang kau pandang,” jawab Yesung dengan senyuman lebar dan dibalas oleh tatapan tajam Yera kemudian senyuman manisnya.

Entah kemana mereka akan pergi kencan. Satu yang pasti mereka masih berjalanan menyusuri kota dengan cerianya. Tak jarang mereka memasuki sebuah butik, toko kacamata, toko aksesoris, toko sepatu dan toko-toko lain HANYA untuk berselca ria meminjam properti-properti dari toko-toko tersebut.

~oOo~

Lama mereka berjalan membuat Yera sedikit kelelahan. Jika hanya memakai sepatu biasa, sepanjang apapun jalan akan Yera lewati tanpa kelelahan, tetapi sekarang ia memakai high heels, baru setengah jalan saja ia sudah kelelahan. Entah apa yang dipikirkan Yesung sampai-sampai ‘menyiksa’ Yera seperti ini.

Disela-sela istirahatnya Yera memijit-mijit kakinya perlahan. Yesung yang mengerti segera mengangkat tubuh Yera untuk digendongnya. Yera yang tersentak oleh aksi Yesung kali ini, segera memberontak untuk diturunkan. Benar saja, orang-orang disekitar mereka memandang mereka dengan pandangan aneh, pandangan ikut senang dan pandangan iri.

“Oppa, cepat turunkan aku,” ujar Yera merasa risih oleh pandangan semua orang.

“Wae? Kau kelelahan kan?” tanya Yesung.

“Ne, tapi aku bisa jalan sendiri,” ujar Yera sembari menatap lembut tiap lekukan Yesung yang justru menatap jalanan dan mengacuhkan ucapan Yera.

“Pantas saja semua yeoja tertarik padamu. Kau tampan dan sangat imut, tak ada yang percaya kalau usiamu sudah 28 tahun.” batin Yera.

Yesung yang merasa dirinya diperhatikan Yera, segera berbalik menatap Yera membuat Yera gelagapan.

“Hahaha, kau kenapa? Kenapa kau menatapku begitu?” tanya Yesung menyelidik.

“Ah? Eh? Hemh, kau bilang apa oppa?” ujar Yera salah tingkah.

“Hahahaha kau lucu sekali Yera-ya. Sudah jelas kau menatapku tanpa bisa berkedip, malah mau menyangkal,” ujar Yesung tepat sasaran membuat Yera menundukkan kepalanya. Kini berganti, Yesung tersenyum melihat tingkah Yera, ia pun mencium kening Yera agar Yera tidak menunduk.

Kini mereka saling menatap satu sama lain, mereka juga mengacuhkan berbagai pandangan semua orang, bagi mereka dunia hanya milik sendiri.

“Oppa, jika kau menatapku seperti ini terus, kita bisa menabrak sesuatu…” ujar Yera dengan terus menatap Yesung.

“Hahaha biarkanlah kita menabrak dan jatuh. Kalau itu masih tetap melihatmu. Oppa rela…” ujar Yesung.

“Tapi aku haus, ppaliwa turunkan aku,” ujar Yera membuat Yesung menurunkannya dan mengacak-acak rambut Yera pelan.

“Tunggu disini, aku akan membelikan beberapa snack dan air mineral,” ujar Yera sembari berjalan menuju mini market.

Yera yang tengah sibuk mencari cemilan yang enak, sedangkan Yesung masih tetap dengan aktifitasnya memainkan ipad dan mendengarkan musik melalui headset dari ipadnya.

Yesung menyenderkan kepalanya di batang pohon dengan kaki sebelah ditekuk ke pohon itu, sesekali ia ikut bernyanyi dan menengadahkan wajahnya ke langit dan memejamkan matanya. Saat ia menatap jalanan, pandangannya tertuju pada sebuah sepeda di seberang jalan. Dengan cepat ia menuju sepeda itu dan membelinya. Yera yang sudah tiba di tempat di mana ia dan Yesung beristirahat dibuat panik dengan keberadaan Yesung yang tiba-tiba hilang.

“Oppa kau di mana?” ujar Yera sembari mengitari tempat itu.

Tapi naas saat ia akan kembali ke tempatnya tiba-tiba ada sebuah sepeda akan menabraknya.

CIIIITTTT

suara rem dadakan dari pengendara sepeda itu bersamaan dengan teriakan kaget dari Yera.

Yera yang kaget hanya bisa melongo ketika tahu siapa yang mengendarai sepeda itu. Yesung.

“Yera-ya, ayo kita balap sepeda lagi…” ajak Yesung membuat Yera bingung dan mencari sepeda satunya.

“Hanya satu? Aku masih memakai gaun dan high heels. Kau curang oppa!” sungut Yera.

“Mau saja kau oppa kerjai. Ppaliwa!” ajak Yesung sembari menepuk boncengan di depannya.

“Tak adakah sepeda yang boncengannya di belakang agar aku tidak capek kalau duduk di depan.” Yera melancarkan protesnya.

“Berani kau protes lagi. Oppa akan menciummu!” ancam Yesung.

“Ah baiklah,” ujar Yera pasrah menghembuskan nafasnya.

Siang itu walau cuaca cukup terik tidak mengurangi semangat sepasang kekasih ini. Yesung terus mengayuh sepedanya, sesekali ia dan Yera bercanda dan bernyanyi. Tak jarang pula Yesung melontarkan aksi narsisnya.

“Chagi….” panggil Yesung seraya mencium puncak kepala Yera.

“Ne, ada apa?” tanya Yera menatap Yesung. Dalam hati ia tertegun dan tidak tega melihat Yesung yang kelelahan dan berkeringat. Yera segera mengambil sapu tangan biru miliknya dan mengusapkan ke wajah Yesung dengan pelan. Yesung hanya tersenyum melihat perhatian yang diberikan oleh Yera.

“Kalau kau berkeringat bukan mengurangi ketampananmu, tapi justru menambah daya pikatmu oppa,” batin Yera disela-sela aktifitasnya mengusap wajah Yesung.

CHU~

Yesung mencium sekilas bibir Yera membuat jiwa Yera jauh dari raganya.

“Kenapa diam? Mau lagi?” goda Yesung berhasil membuat Yera kembali ke alam sadarnya. Pipi Yera kembali bersemu merah, itulah yang Yesung inginkan, membuat gadisnya salah tingkah.

“Oppa apa kita terus bersepeda. Lebih baik kita naik taxi, kau kelelahan oppa. Berat badanku juga cukup berat,” ujar Yera sembari terus mengusap peluh keringat di wajah dan leher Yesung.

“Anni, jika oppa kelelahan masih ada kau yang mau mengusap keringat oppa,” tolak Yesung memberikan senyum manisnya.

“Kalau masalah berat badan, hemh makanya kau berdietlah!!” tambah Yesung cekikikan yang justru mendapat cubitan di pipinya oleh Yera.

“Oppa, kau dan aku sama. Sama-sama suka makan. Jadi lihatlah dirimu sendiri,” sungut Yera sembari mengerucutkan bibirnya.

Melihat tingkah lucu Yera, Yesung hanya tersenyum dan mengacak pelan rambut Yera.

~oOo~

Sebuah menara terlihat ramai oleh beberapa pasangan. Namsan tower itulah nama menara tersebut. Terlihat mereka menikmati waktu berdua. Beberapa dari pasangan itu ada sepasang anak sekolah, rekan kerja, kakek nenek, orang tua.

Adapula dari mereka merupakan sahabat. Mereka terlihat bahagia, ada yang membawa ice cream, melumat lolipop dan lain sebagainya. Tak lain halnya dengan Yesung dan Yera, mereka mempunyai cara sendiri menikmati waktu berdua.

Di tempat itu rupanya sedang berlangsung sebuah acara.

Acara yang bertajuk “TEMUKAN KEKASIHMU, MAKA KALIAN BERJODOH”, diikuti oleh banyak pasangan. Mereka antusias untuk mengikutinya, rela mengantri untuk mendapatkan nomor urut. Aturan mainnya cukup mudah, si pria cukup menebak di mana letak kekasihnya berada diantara 3 tirai.

Tapi sebelumnya sepasang kekasih itu harus memakai pakaian pengantin, yang terletak di samping panggung dan juga tersedia ruang ganti.

Pasangan pertama adalah Kim Nara dan Jung JinYoung. JinYoung yang memakai setelan tuxedo hitam dengan rambut menutup alis kanan, mata sipit tajam, dengan postur tubuh tinggi dan kulit berwarna putih terlihat sangat tampan. Kekasihnya Kim Nara, gadis berkulit putih susu, bermata indah dengan bulu mata menjulang ke atas sangat lentik, tinggi terpaut 2cm dari si pria, berambut hitam pekat gelombang terlihat sangat cantik dengan gaun putih panjang tanpa lengan, dengan tangan memakai sarung tangan membawa bunga, tatanan rambutnya pun diikat agar mudah memakai tudung pengantin.

Dituntun menuju tirai 2 yang tentunya Jinyoung tidak tahu itu. Permainan pun mulai, MC menyuruh Jinyoung memejamkan matanya dan memilih tiga bola yang telah tertulis nomor tirai di dalam sebuah tempat kaca. Jinyoung mengulurkan tangannya dan mengambil bola berwarna merah yang tertulis nomor 2. Sorak sorai pun membahana melihat takjubnya acara itu. Adapula yang tidak berjodoh dan membuat mereka putus seketika. Yera yang awalnya hanya menonton, tertarik dan menarik tangan Yesung yang ogah-ogahan.

Dengan berbagai cara Yera gencarkan agar Yesung luluh, dan usahanya berhasil, Yesung mengiyakan. Nomor antrian mereka pun mereka dapatkan dengan susah payah. 21, nomor mereka.

“21??” ujar Yera bingung.

“Ne, wae??” tanya Yesung yang juga ikut bingung.

“Ini angka kesukaanku juga tanggal lahirku. Tunggu ini bulan apa?” tanya Yera memastikan.

Yesung yang awalnya ikut bingung seolah mendapatkan sesuatu yang membuatnya segera mengalihkan topik.

“Ah, kkaja, nomor kita dipanggil,” ajak Yesung menarik Yera agar Yera melupakan apa yang ia ingin ditanyakan, Yera pun mengangguk ceria.

1 menit

5 menit

10 menit

15 menit

Yera selesai berdandan, ia hanya menambah sedikit riasannya dan hanya memakai tudung kepala dengan tatanan rambut sedikit dimodel, mengingat ia sudah memakai gaun putih, atau lebih tepatnya Yera menolak memakai gaun pengantin.

Baginya gaun pengantin bukan untuk dijadikan permainan, dan hanya dipakai satu kali yakni pernikahannya kelak.

Yera memasuki sebuah tirai. Di luar tirai telah berdiri sosok namja dengan postur cukup tinggi, rambut lurus pendek sebawah telinga, memakai tuxedo putih, dibagian kiri dada terlihat sebuah bunga menghiasi kantong jas kirinya. Sangat tampan.

Yesung segera memejamkan matanya dan mengambil bola berwarna biru. Sebelum ia memperlihatkannya kepada MC acara tersebut, ia mengatakan sesuatu membuat semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan.

“Yera-ya, aku mencintaimu bukan dengan mataku, bukan dengan nafsuku, melainkan dengan hatiku yang telah memilihmu. Jika permainan ini membuktikan kita tidak berjodoh, aku tidak perduli. Karena bagiku kau lebih dari sekedar jodohku,” ujar Yesung yang diakhiri dengan ia menyanyikan sebait lagu.

Naega jikyeojul saram

naega saranghal saram nan

geurae nan neo hanamyeon chungbunhanikka

neo hanaman saranghanikka

Semua orang yang mendengarkan ikut hanyut dalam sebait lagu itu, mereka serempak bertepuk tangan.

Usai Yesung menyanyikan sebuah lagu itu, ia menyerahkan bola yang ia genggam ke seorang MC.

Entahlah, awalnya Yesung menganggap permainan ini bodoh, tetapi setelah ia jalankan, ia sedikit tegang. MC pun mengumumkan nomor berapa yang Yesung ambil.

“Apakah mereka berjodoh? Entahlah, tapi kita buktikan sendiri. Apakah Yesung-ssi mengambil bola yang benar, nomornya adalah TIGAAAAA,” ujar MC itu membuat penonton ikut tegang. Setelah MC mengumumkan nomor yang Yesung ambil, tirai terbuka dan terlihatlah sesosok gadis cantik manis membelakangi penonton yang penasaran.

Yesung yang hafal postur Yera setelah tirai terbuka lebar, Yesung segera menghampiri Yera dan membalikan badan Yera agar berhadapan dengannya dan memeluk Yera.

Yera pun hanya tersenyum bahagia dan membalas pelukan Yesung, sorak sorai pun kembali membahana.

“Wahahahahaha Chukkae Yesung-ssi, kau telah berhasil menemukannya,” ujar MC itu

“Mereka pasangan serasi,” celetuk sepasang namja dan yeoja.

“Kalian akan menjadi pasangan untuk selamanya,” ujar seorang nenek-nenek sembari menggumamkan doa.

~oOo~

Yesung dan Yera melanjutkan kencannya menuju gembok cinta.

“Oppa…” panggil Yera sembari bergelayut manja di lengan Yesung.

“Ne…” jawab Yesung dengan senyum sembari membelai rambut Yera.

“Belikan aku ice cream coklat..” ujar Yera dengan wajah aegyo.

“Baiklah, kau tunggu di sini,” perintah Yesung.

“Ne, ppaliwa!”

Yera menunggu Yesung disuatu bangku di bawah sebuah pohon. Yera menggerak-gerakan kakinya dan memejamkan matanya merasakan hembusan angin.

“Noona, ini untukmu.” suara seorang namja kecil mengagetkan Yera.

“Mawar? Untukku?” tanya Yera memastikan.

“Ne.” “Gomawo,” ujar Yera mengelus pipi namja kecil itu.

Setelah kepergian namja kecil itu, datanglah seorang namja sekolah memberikan mawar. Begitu seterusnya membuat Yera bingung.

“Itu bunga dari siapa?” tanya Yesung mengagetkan Yera sembari memberikan ice cream pesanan Yera.

“Mollayo, aku kira darimu oppa,” ujar Yera memakan ice creamnya.

“Kau mempunyai namja lain?” tanya Yesung menyelidik.

“YAK!! Aku tak punya selain dirimu,” sungut Yera kesal.

“Benarkah ini bukan ulahmu?” tanya Year kembali.

“Anni, itu ulah Kim Jong Woon!” jawab Yesung dengan cengiran.

“YAK! Kau mempermainkanku lagi. Kau tahu tadi aku sedikit takut siapa yang mengirim mawar-mawar ini! Takut kau menuduhku macam-macam!!!” pekik Yera sembari mengotori mulut Yesung dengan ice creamnya dan segera berlari sebelum Yesung membalasnya.

“Yak! Apa yang kau lakukan?!” pekik Yesung sembari mengusap cream di mulutnya, menyisakan cream di mulutnya dan mengejar Yera.

GREB

“Kau kutangkap!!” ujar Yesung kemudian menempelkan bibirnya ke bibir Yera agar Yera juga terkena cream yang sengaja disisakan oleh Yesung.

“Kyaaaaaa, uwooooo,” teriak Yera saat keseimbangan tubuhnya goyah setelah ditangkap dan dicium Yesung.

BRUUUKK

Yera terjatuh di atas tubuh Yesung. Saat Yera akan terjatuh Yesung sengaja memutar badan Yera agar tidak terjatuh secara langsung dan tertindihnya.

Wajah Yera dan Yesung berjarak hanya beberapa centi, deru nafas Yera yang sedikit terlonjak terasa begitu hangat di wajah Yesung. Kembali. Adegan itu menjadi tontonan gratis para pengunjung. Yesung sesaat mendekap Yera dan membelainya kemudian menuntunya berdiri.

~oOo~

Mereka telah sampai ke atas menara. Sebelumnya mereka membeli dua gembok cinta dan spidol untuk menulisnya.

Yera menulis beberapa kalimat. “Yesung Love Yera, always together forever.” Yesung pun menulis hal yang tidak jauh dari apa yang Yera tulis. “SARANGHAE YERA-YA”.


Kemudian mereka mengunci gembok tersebut dicelah-celah ribuan gembok yang ada dan mereka membuang kunci gemboknya jauh-jauh agar tercampur dengan kunci lain.

“Kau lelah?” tanya Yesung mengusap ujung kepala Yera.

“Ne, oppa…”

“kkaja kita pulang,” ujar Yesung menggenggam tangan Yera dan Yera hanya mengangguk.

~oOo~

Sesampainya di depan apartemen Yera, Yesung kembali menggendong Yera yang kelelahan. Yesung menempatkan Yera ke sofa.

“Kau beristirahatlah!!” ujar Yesung mengelus rambut Yera.

“Oppa, hati-hati ya di jalan.”

“Ne, saranghae,” ujar Yesung mengecup sekilas bibir Yera.

“Na do oppa,” ujar Yera tersenyum.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Seorang namja bertubuh tinggi kekar dan berlesung pipi membuka sebuah pintu apartemen, di sana terlihat sesosok yeoja yang tengah terbaring di atas sofa yang sedang mendengarkan musik dari ipadnya melalui headset, mata yeoja tersebut terfokus pada layar tv 21 inch yang sedang menyiarkan serial drama.

Yeoja itu pula hanya memakai pakaian santai, beberapa cemilan dan segelas cappucino tergeletak rapi di meja, sesekali yeoja tersebut menyesap cappucino kesukaannya.

“Choi Yera…” panggil seorang namja kepada yeoja yang bernama Choi Yera, tetapi tidak diindahkan oleh Yera.

Satu kali

Dua kali

Tiga kali

tetap tidak diindahkan, kesabaran namja itu pun habis dan berteriak.

“CHOI YERAAAA,” teriak namja itu sembari melepas headset yang terpasang di telinga gadis itu membuat Yera gelagapan.

“Ah? Eh? YAK! Kau bisakah tidak berteriak?” pekik Yera pada namja yang di panggil oppa.

“Kau juga sudah oppa panggil tetapi tetap saja kau acuhkan,” sungut Siwon – namja itu – membuat Yera memberikan cengiran.

“Wae??” tanya Yera to the point.

“Kau tidak sopan sekali, oppa hanya ingin melihat keadaanmu,” ujar Siwon mengacak pelan rambut Yera. Year yang memang merindukan Siwon segera memeluknya.

“Bogoshippoyo oppa,” ujar Yera memeluk Siwon.

“Na do chagi,” ujar Siwon mengecup pucuk kepala Yera.

“Duduklah aku akan menyiapkan makanan kecil untukmu,” ujar Yera berlalu kearah dapur yang tidak jauh dari ruangan tv.

“Yera-ya….” panggil Siwon dengan nada sedikit berteriak.

“Ne… Ada apa?” tanya Yera yang tetap berkutat dengan alat-alat dapur.

“Nanti malam temani oppa menghadiri pesta…”

“Kemana yeojachingumu??”

“Dia sedang sibuk, ayolah…” bujuk Siwon sembari mengutak atik ponselnya.

“Shireo!!!” tolak Yera.

“YAK!! Anggap oppa memaksamu.”

“Dan juga memaksaku memakai gaun dan high heels, huh?” ujar Yera saat sudah duduk di samping Siwon membuat Siwon terlonjak kaget dan reflek menjitak Yera.

“Appo…” ujar Yera sembari meringis memegangi kepalanya yang dijitak Siwon dan mengerucutkan bibirnya.

“Ahahahaha mianhae, kau juga mengagetkan oppa,” sesal Siwon menyodorkan sebuah kotak berwarna merah muda.

“Apa ini??”

“Buka saja,” ujar Siwon menyesap espresso yang disediakan Yera. Saat Yera membuka isi kotak itu ia membulatkan matanya menatap Siwon meminta penjelasan.

“Kenapa? Kau tidak suka?”

“Kau sudah tahu pasti oppa!!”

“Huh, dasar yeoja jadi-jadian!!”

“Kau pendeta jadi-jadian!” ujar Yera segera berlari ke kamarnya sebelum Siwon melayangkan jitakannya lagi.

“Yera-ya,” panggil Siwon dari balik pintu kamar Yera.

“Wae? Kau mau memakaikan gaun ini padaku seperti kita kecil dulu?” sungut Yera sembari cekikikan dari dalam kamarnya.

“Kalau kau mau, oppa akan pakaikan!!” ujar Siwon terkekeh.

“YAK!! Kau tertular virus yadongnya Eunhyuk oppa!” pekik Yera sembari membuka pintu kamarnya dan mencubit perut six pact Siwon.

“Kyaaaa, mimpi apa aku sampai mempunyai yeodongsaeng gila sepertimu?” ujar Siwon kesal.

“Dan mimpi apa aku mempunyai oppa sepertimu?” balas Yera.

“Ahh serahlah!! Asal kau tahu, aku disuruh Yesung hyung untuk memberikan gaun itu kepadamu agar kau juga ikut dalam pesta itu!!” ujar Siwon sembari melangkah dan menghempaskan badanya ke bed Yera.

“Yesung oppa? Lagi?” tanya Yera memastikan dan duduk menghampiri Siwon.

“Sepertinya kau benar-benar harus menjadi yeoja,” ujar Siwon setengah mengejek.

“Apa maksudmu aku bukan yeoja?” ujar Yera menyipitkan matanya dan Siwon hanya mengangkat bahu kemudian tersenyum mengejek.

“Yera-ya, kau tetap tidak ingin memakai gaun ini?” tanya Siwon kemudian ikut duduk di samping Yera.

“Ne oppa, sepertinya aku benar-benar harus berubah,” ujar Yera menghempaskan tubuhnya ke bed.

“Hahahaha itu baru dongsaeng oppa,” ujar Siwon ikut menghempaskan tubuhnya lagi di bed.

“Ppaliwa bersiap-siap. Yesung hyung sudah menunggumu di sana,” ujar Siwon sembari memejamkan matanya.

“Lalu kau kenapa tidak pergi dari kamarku oppa,” pekik Yera tajam.

“Ahahahaha arra!! Oppa juga harus ikut bersiap-siap,” ujar Siwon mencubit pipi Yera dan berlari keluar kamar sebelum Yera menendangnya.

Walaupun saudara, tapi sifat mereka jauh berbeda. Sifat Siwon yang tenang, dewasa dan berwibawa sangat jauh berbeda dengan Yera yang sifatnya tomboy tapi pendiam, ceroboh, cuek, tapi jauh dari dalam dirinya ia terlihat dewasa ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya saat susah.

Yera terlihat lebih sama sifatnya dengan Yesung, sama-sama susah ditebak wataknya.

Siwon selesai bersiap-siap, ia memakai setelan jas hitam dan memakai sepatu pantovel. Ia berjalan menuju kamar Yera.

“Yera-ya,” panggil Siwon sambil mengetuk pintu, namun pintu itu justru terbuka. Terlihat di depan meja rias seorang yeoja memakai gaun malam berwarna biru satin panjang sedikit menyapu lantai tanpa lengan tengah berdandan menangani tatanan rambutnya. Yeoja itu pula memakai high heels tinggi 10cm warna senada.

“Neomu yeppeo,” puji Siwon sambil melangkah menghampiri Yera.

“Ah ye, kau Choi Yera bukan? Ahaha yeosaeng oppa rupanya pintar berdandan juga,” ujar Siwon sembari memegang pundak Yera dan Yera hanya tersenyum.

“Ppaliwa, kita hampir terlambat,” tambah Siwon sembari menekuk tangannya ke pinggang tanda agar Yera memegang lengannya.

Sesampainya di depan pintu lift, Siwon gusar, pasalnya lift itu rusak membuat Yera menekuk mulutnya.

“Aish!! Oppa lupa kalau pintu lift sedang rusak.”

“Maksudmu kita harus melewati tangga? KAU GILA oppa! Kau ingat ini di lantai berapa? Lantai 5 oppa, L.I.M.A!! Dan kau menyuruhku menuruni tangga ini!! Apa kau juga lupa aku memakai gaun panjang dan high heels? Kau menyiksaku oppa!! Aku tak mau ikut, Yesung oppa biar aku saja yang memberitahunya,” cerocos Yera panjang lebar.

“Dan kau mau membuatnya kecewa?” satu kalimat membuat Yera terdiam.

“Baiklah, aku menuruti omonganmu demi Yesung oppa bukan karenamu oppa!!” ujar Yera kesal sambil menuju tangga apartement-nya.

“Kau duluan saja, ada barang yang lupa oppa bawa!” ujar Siwon menambah kekesalan Yera.

Yera hanya menghela nafas pasrah, ia merutuki tingkah sang kakak dan menggerutu tak jelas. Namun gerutuan tak jelas itu terhenti manakala melihat tangga apartement-nya dihiasi pita berwarna merah muda dan ada sebuah karpet merah yang sudah ditaburi kelopak mawar. Merasa ini bukan untuknya.

(Karena tadi pagi Yera tahu dari pesan singkat Yesung). Yera menoleh di sekitar tempatnya berdiri dan tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya. Ia mengedarkan pandangannya mencari petunjuk seperti yang ia dapatkan tadi pagi agar ia tahu itu untuknya atau bukan. Sebuah gulungan kertas yang tertempel di dinding jatuh menjuntai ke lantai. Tertulis.

Yera-ya, ini semua untukmu.

-Yesung-

Bukannya tersenyum, Yera justru menambah gerutuannya(?).

“Jika ini untukku kenapa kau malah menyuruhku menuruni tangga sambil memakai high heels oppa?” tiba-tiba lampu kelap-kelip menyala di samping gulungan kertas itu membentuk sebuah kalimat.

KAU JANGAN PROTES!!

Membuat Yera ‘menurutinya’.

Dan tiap tangga yang ia lewati, ia mendapat setangkai demi setangkai mawar. Entahlah sudah berapa banyak mawar yang ia dapatkan hari ini, dan semuanya dari Yesung.

Semula rasa kesal yang ada berubah menjadi rasa senang yang tak bisa diungkapkan dengan kata.

~oOo~

Yera telah sampai di parkiran apartement-nya, terlihat ia membawa beberapa tangkai mawar, ia memasuki sebuah mobil audi hitam milik Siwon, sesuai perintah Siwon, ia harus menunggu oppa-nya.

“Agashi, kau sudah siap?” tanya seorang namja memakai topi menutupi wajahnya bersamaan dengan Yera memasuki mobil itu.

“Mianhamnida, mungkin saya salah masuk mobil…” ujar Yera hendak keluar dari mobil itu.

“Kau tidak salah masuk chagiya…” ujar namja itu sembari membuka topinya membuat Yera menahan nafas tanda kesalnya.

“Kau! Siwon oppa! Yak! Kau lewat mana, huh? Jangan bilang kalau kau lewat…” ujar Yera menggantungkan kalimatnya sembari menghempaskan punggungnya ke sandaran jok mobil. Sungguh. Ia dipermainkan oleh dua namja yang ia cintai – Siwon dan Yesung.

Siwon melajukan mobilnya dengan cukup cepat, sesekali ia mencoba menghibur Yera agar tidak kesal lagi oleh ulahnya. Namun hasilnya nihil, Yera tidak meresponnya. Diperjalanan tidak ada suara apapun diantara mereka selain suara mesin mobil.

“Yera-ya…” panggil Siwon memecah keheningan.

“Hemh…” jawab Yera acuh.

“Kita telah sampai,” ujar Siwon berhasil membuat Yera meresponnya.

“Pantai??” jawab Yera sambil melihat ke sekitarnya.

“Ne, tunggulah di sana. Oppa ke dorm dulu menjemput member lainnya. Di sana pula Yesung hyung sudah menunggumu,” ujar Siwon membuat Yera menyipitkan matanya tanda ‘benarkah?’.

Siwon yang mengerti maksud tatapan mata itu buru-buru berbicara untuk meyakinkan Yera.

“Kali ini oppa tidak menjahilimu.”

Benar saja, setelah mendengar ucapan Siwon, Yera tersenyum dan keluar dari mobil.

~oOo~

Yera terus melangkah menyisiri mulut pantai mencari di mana letak pestanya. Ia melihat sebuah meja bundar dengan dua buah kursi saling berhadapan. Di atas meja tersebut terdapat sebuah lilin dan beberapa hiasan juga terdapat bunga.

Merasa itu bukan untuknya, Yera terus berjalan dan berhenti pada suatu tempat, udara malam di pantai sangatlah dingin. Yera mengusap-ngusapkan kedua telapak tangannya untuk menghangatkan diri.

Tak jarang ia pula merapatkan dekapan tangannya. Ia mulai menggerutu sendiri.

“Malam-malam memakai gaun terbuka, tidak membawa mantel, dan hanya sendiri? Katanya Yesung oppa menungguku? Di mana? Tidak ada. Ah Siwon oppa kau menyebalkan.”

Tiba-tiba dari belakang Yera ada seorang namja berpakaian setelan jas hitam melingkarkan tangan kanannya di bagian pinggang Yera serta tangan kirinya melingkar di atas dada Yera memeluk Yera dan menyandarkan kepalanya di bahu Yera.

Merasa tidak aman, Yera mencoba melepaskan tangan namja itu, tapi sia-sia saja, dekapan namja itu semakin kuat.

“Biarkan! Biarkan aku menikmati harum khasmu. Biarkan aku menjadi mantelmu,” ujar namja itu. Yera yang tahu siapa pemilik suara berat tapi terdengar lembut itu membiarkan namja itu memeluknya lebih lama. Mereka memandang deburan ombak dan merasakan hembusan angin malam di pantai.

“Oppa, apa kita tetap seperti ini?” ujar Yera memecah keheningan.

Yesung hanya terkekeh dan mengajak Yera menghampiri sebuah meja yang Yera lihat tadi.

Yesung menarik kursi dan mempersilahkan Yera untuk duduk, kemudian ia juga ikut duduk di hadapan Yera. Yesung menjentikan jarinya dan tibalah sosok namja berpakaian pelayan membawakan hidangan malam untuk mereka. Yera mengernyitkan dahi dan tidak lama kemudian ia tertawa melihat siapa sosok namja itu. Kyuhyun.

“Selamat menikmati,” ujar Kyuhyun tidak ikhlas dan berlalu dari hadapan mereka.

Setelah Kyuhyun pergi, Yera bertanya kepada Yesung.

“Oppa, kau tahu? Sejak pagi tadi, aku penasaran dengan sikapmu yang tiba-tiba romantis.”

“Wae? Kau tak suka?”

“Anni, aku menyukainya. Ini hal menakjubkan yang dilakukan oleh seorang Kim Jong Woon yang pendiam,” ujar Yera yang membuat Yesung mencubit pipinya.

“Apa oppa diajarkan oleh Donghae oppa?” tanya Yera penasaran.

“Anni, ini semua ide oppa dan Siwon, dan kau tahu yang melakukannya semua persiapan ini adalah team yang kalah dalam permainan…”

“Kalah dalam permainan? Maksudmu?” tanya Yera.

“Ne, kau tahu Kyuhyun? Ia bertugas membawamu bunga anggrek dan menjadi pelayan, disusul oleh Leeteuk hyung, Kangin, Eunhyuk, dan Donghae. Mereka melakukan tugasnya masing-masing,” ujar Yesung menjelaskan.

“Jadi kau? Siwon oppa? Sungmin oppa? Shindong oppa? Dan Ryeowook oppa? Diteam yang menang? Lalu tugas kalian apa? Mengawasi mereka??”

“BINGO!!”

“Hahahaha kalian lucu!!”

“Tunggulah!!” perintah Yesung kemudian berlalu dan kembali membawa sebuah biola, biola milik Henry.

“Oppa….” ujar Yera tak percaya.

“Ini kupersembahkan untuk seseorang yang sangat aku cinta. Aku juga melakukan ini untukmu, belajar bermain biola selama satu bulan. Mianhae jika permainanku tidak sebagus Henry,” ujar Yesung dan kemudian memulai menggesek-gesekkan dawai biola sembari bernyanyi, lagu yang pernah dinyanyikan oleh Lee Donghae. My Everything.

The loneliness of nights alone

the search for strength to carry on

my every hope has seemed to die

my eyes had no more tears to cry

then like the sun shining up above

you surrounded me with your endless love

Coz all the things I couldn’t see are now so clear to me

You are my everything

Nothing your love won’t bring

My life is yours alone

The only love I’ve ever known

Your spirit pulls me through

When nothing else will do

Every night I pray

On bended knee

That you will always be

My everything

Now all my hopes and all my dreams

are suddenly reality

you’ve opened up my heart to feel

a kind of love that’s truly real

a guiding light that’ll never fade

there’s not a thing in life that I would ever trade

for the love you give it won’t let go

I hope you’ll always know

You’re the breath of life in me

the only one that sets me free

and you have made my soul complete

for all time (for all time)

You are my everything (you are my everything)

Nothing your love won’t bring (nothing your love won’t bring)

My life is yours alone (alone)

The only love I’ve ever known

Your spirit pulls me through (your spirit pulls me through)

When nothing else will do (when nothing else will do)

Every night I pray (I pray)

On bended knee (on my knee)

That you will always bebe my everything

Usai Yesung bermain biola dan menyanyikan sebuah lagu, ia menghampiri Yera. Ia membisikkan tepat di telinga Yera membuat Yera menggidikkan bulu kuduknya, karena hembusan nafas Yesung teramat terasa. Terasa menggelikan.

“Saengil Chukkahamnida Yera-ya.” itu yang Yesung ucapkan membuat Yera langsung memeluk Yesung.

“Inikah hari spesial yang kau maksud? Gomawo oppa…” bisik Yera.

“Oppa ada hadiah untukmu,” ujar Yesung membuat Yera melepaskan pelukannya.

Yesung merogoh saku. Mengambil sebuah beludru berwarna merah. Yesung berlutut di hadapan Yera, tepat saat Yesung berlutut, semua member Super Junior muncul menyanyikan lagu Marry U.

Love oh baby my girl

Geudaen naui juhnbu nunbushige areumdawoon

Naui shinbu shini jushin suhnmul

Haengbokhangayo geudaeui ggaman nunesuh nunmuri heureujyo

Ggaman muhri pappuri dwel ddaeggajido

Naui sarang naui geudae saranghal guhseul na maengsehalgeyo

Geudaereul saranghandaneun mal pyuhngsaeng maeil

haejugo shipuh

Would you marry me? Nuhl saranghago akkimyuh

saragago shipuh

Geudaega jami deul ddaemada nae pare jaewuhjugo shipuh

Would you marry me? Iruhn naui maeum huhrakhaejullae?

Di bagian tengah lagu member Super Junior menghentikan nyanyiannya, memberikan Yesung kesempatan untuk bicara.

“WOULD YOU MARRY ME?” ujar Yesung membuka beludru itu yang terdapat sebuah kalung emas putih yang berbandul(?) cincin emas putih yang di atas cincin itu dihiasi oleh berlian membentuk bunga anggrek.

Pyuhngsaeng gyuhte isseulge (I do) Nuhl saranghaneun

guhl (I do)

Nungwa biga wado akkyuhjumyuhnsuh (I do)

Nuhreul jikyuhjulge (My love)

Hayan dressreul ibeun geudae tuxedoreul ibeun naui

moseup

Balguhreumeul matchumyuh guhdneun woori juh dalnimgwa byuhre

I swear guhjitmal shiruh uishimshiruh

Saranghaneun naui gongju Stay with me

Wooriga naireul muhguhdo wooseumyuh saragago shipuh

Would you marry me? Naui modeun nareul hamgge

[From: http://www.elyrics.net/read/s/super-junior-lyrics/marry-u-lyrics.html%5D

haejullae?

“I DO…” ujar Yera membuat member Super Junior kembali bernyanyi. Tepat saat Yera akan menjawab, keluarga Yesung hadir menyaksikan anaknya melamar seorang gadis. Yesung memakaikan kalung itu di leher Yera. Siwon memeluk Yera begitu lama dan mengecup kening Yera.

Usai lagu itu, Leeteuk selaku MC dadakan mengomando acara tersebut.

Ia menyuruh Ryeowook dan Sungmin masing-masing membawa sebuah kue coklat dengan di atasnya terdapat angka 22 tahun. Bukan hanya Ryeowook dan Sungmin saja, eomma Yesung juga turut membawa kue tart buatannya spesial untuk ulang tahun sang calon menantu mereka.

Usai Yera make a wish dan meniup enam lilin dari jumlah kue yang ada. Kyuhyun yang masih kesal mencolekkan cream pada wajah Kangin dan terjadilah aksi colek mencolek cream, Yesung dan Yera pun tak luput dari aksi tersebut. Kecuali eomma dan appa Yesung, mereka masih cukup tahu batasan. Pesta yang kecil namun terasa ramai oleh tawa bahagia.

“PERHATIIAAANN!!” ujar Leeteuk menghentikan aksi mereka. Semua orang pun menatap Leeteuk menunggu apa yang ia katakan selanjutnya.

“Gamsahamnida untuk perhatiannya. Selanjutnya adalah acara memberikan hadiah kalian!!”

semua orang bertepuk tangan setelah ucapan Leeteuk itu.

Orang pertama adalah Yesung, ia memberikan sebuah boneka berwarna biru laut.

“Ini untukmu,” ujar Yesung sembari memeluk Yera.

“Lagi??” tanya Yera dan Yesung mengecup sekilas bibir Yera, karena kerah kemejanya ditarik oleh Siwon.

“Hyung!! Hormati dulu oppanya!!” protes Siwon.

Semua orang tertawa melihat tampang kesal dan cengiran Yesung.

“Nae yeodongsaeng, saengil chukkae chagiya, mianhae oppa menjahilimu,” ujar Siwon dan memberikan kado seraya memeluk Yera dan mengecup keningnya.

Disusul oleh eomma dan appa Yesung yang memberikan petuah-petuah mereka dan kado mereka. Leeteuk, Kangin, Shindong, Ryeowook, Donghae, Kyuhyun, Heechul yang datang belakangan karena tugas militernya, semua bergilir mengucapkan selamat dan memeluk Yera, membuat Yesung cemburu dan menarik Yera tepat saat giliran Eunhyuk akan memeluk Yera.

“YAK! Hyung, aku hanya ingin mengucapkan selamat dan memeluk dongsaengku!!” teriak Eunhyuk yang tidak direspon oleh Yesung. Donghae selaku couple-nya justru memeluk Eunhyuk untuk mereda kekesalannya.

~oOo~

Sepasang kekasih ini meninggalkan semua member Super Junior dan keluarga mereka, terus melangkah sampai berhenti di bawah sebuah pohon di pantai.

“Kenapa kau membawaku kesini oppa?”

“Oppa hanya ingin menikmati malam ini berdua denganmu saja chagi,” ujar Yesung sembari memeluk Yera dari belakang dan kembali menyenderkan kepalanya di bahu Yera.

“Kenapa kau suka sekali memelukku dari belakang?” tanya Yera. Sebelum menjawab Yesung tersenyum dahulu.

“Karena aku ingin kau mengenalku bukan dari wajahku, bukan lewat matamu, melainkan hatimu. Yera-ya saranghae.”

“Na do oppa,” ujar Yera tersenyum.

Mereka terus saja menikmati malam, menikmati semilir angin pantai, tak ada suara selain deburan ombak.

“Oppaaa….”

“Hmm…”

“Maukah kau menuruti apa yang aku inginkan?”

“Anything for you beb!!”

“Kalau begitu besok masakan aku sup!!”

“Sup?”

“Ne, sup kura-kura yang terbuat dari ddangko brothers,” ujar Yera seraya melepaskan diri dari pelukan Yesung dan berlari meninggalkannya.

“YAK!! Apa kau berniat balas dendam, huh?” tanya Yesung sambil ikut berlari menyusul Yera.

“Hahaha, kau lupa? Katanya ANYTHING FOR YOU? Lagipula seharian ini kau menjahiliku, dimulai dengan menyuruhku meletuskan balon dan menyuruh Kkoming mendekatiku. Kau tahu pasti aku tak menyukai itu. Dan terakhir kau dan Siwon oppa bersekongkol menyuruhku turun dari lantai 5 lewat tangga, sedangkan aku memakai gaun dan high heels. KALIAN GILAAAA!!” teriak Yera masih berlari dan berhenti sejenak untuk melepaskan high heelsnya.

Mereka terus saling mengejar dan kadang saling menyipratkan air pantai ke satu sama lain. Kejadian itu berhenti saat Yera terpeleset dan tercebur ke dalam air pantai membuat gaunnya basah kuyup.

“HUAHAHAHAHAHAHA.” gelak tawa Yesung membuatnya tak sadar kalau Yera mendekat dan menceburkannya.

“Hahahaha kita impas!!!” ujar Yera sambil menjulurkan lidahnya.

“YAK!!! Awas kay!!!”

Kembali mereka saling mengejar sampai Yesung pura-pura terjatuh dan Yera kembali melihat keadaannya.

“Kena kau!!!” ujar Yesung saat ia menangkap Yera.

“Kau curaaangggg!!!” dengus Yera sambil berdiri dan akan meninggalkan Yesung.

Dengan sigap Yesung menahan tangan Yera. Yesung menatap dengan intens manik mata Yera. Jarak mereka hanya beberapa centi, deru nafas mereka saling beradu dan tanpa mereka sadari bibir mereka beradu. Yesung melumat dengan pelan bibir Yera, Yera pun membalasnya. Mata mereka terpejam dan melonggarkan ciuman mereka sekedar untuk menghirup oksigen.

Mereka kembali melumat satu sama lain. Tangan Yesung merambat ke bagian punggung Yera yang terbuka sekedar untuk mengelusnya, tangan satunya ia tempatkan ke tengkuk Yera untuk memperdalam ciumannya. Ciuman di bawah sinar bulan di pantai.

~oOo~

Di lain tempat sekitar 10 namja sedang berkasak-kusuk, mereka saling menarik tubuh mereka satu sama lain hanya untuk menyaksikan sesautu.

“Anak kecil, tidak boleh melihat,” ujar Eunhyuk menutup mata dua evil – Kyuhyun dan Ryeowook.

“YAK!!! Monyet yadong!!! Adegan begini saja kau bersemangat!!” pekik Kyuhyun

Ya, mereka melihat Yesung dan Yera berciuman.=,=

“Ssttt……” perintah Siwon tepat saat semua member membekap Kyuhyun dan membopongnya.

“Yak!!! Lepaskan aku…..”

THE END