Mencintaimu adalah takdir terindah dalam hidupku. Membuat saraf otakku berhenti seketika saat aliran darah ini memompa namamu. Bertalu kencang saat setiap sentuhan cintamu menghentakan jantungku. Aku mencintaimu dengan dan tanpa alasan. (Y Couple)

Monthly Archives: August 2012

Tittle                                    : Lovely Day

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

 

Blog                                       : http://ImELFChoiYera.wordpress.com

Genre                                  : AU! Gaje, romance

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 5,595

 

Cast                                     : Kim Yesung; Choi Yera

 

Support Cast                      : All Member Super Junior; Jung Hyun Jin; Jung Young Hwa; Jung Ill Woo; Family of Yesung

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-6, All Cast milik Tuhan YME,  DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

Dedicated                              : My Oxygen Kim Jong Woon

 

 

 

Gwangjin, August 22nd, 2012

08.00 PM KST

 

 

Di sebuah rumah bergaya klasik terlihat seorang gadis berbalut gaun malam pendek  berwana putih dengan rambut sedikit disanggul membuatnya terlihat cantik ditambah lagi dengan pantulan cahaya lampu yang berada di ruangan itu. Yera – nama gadis itu – berjalan mondar-mandir tanpa arah di depan sebuah pintu di dalam rumahnya. Jari-jarinya diadu-adukan dan terkadang kuku-kuku tangannya tak jarang ia gigit. Raut wajahnya resah. Duduk dan berdiri lagi. Pandangannya ia arahkan keluar jendela. Menunggu. Mendesis kesal, tak ayal menghentakan kaki. Gadis itu marah, kesal dan khawatir menjadi satu. Menghembuskan napas kesal dan menatap bingkai yang terpasang rapi di ruang tamu itu. Foto pernikahannya dengan Kim Jong Woon atau lebih dikenal dengan Yesung Super Junior 6 bulan yang lalu.

“Jinjja!! Kim  Jong Woon!! Senang sekali kau membuatku khawatir??!!!” pekik Yera sembari mengetuk-ngetukkan tangannya di kaca bingkai itu.

1 jam yang lalu Yesung memberi kabar bahwa dirinya akan pulang cepat dari jadwalnya hanya ingin menemui Yera – istri tercintanya – dan berniat untuk makan malam bersama di sebuah restaurant.  Dan selama itu pula Yera terus menunggu kedatangan suaminya itu. Ia mengerti jika ada jadwal mendadak sehingga Yesung tidak bisa tepat waktu, tapi ini aneh. Yesung tak sekalipun memberi kabar apapun padanya dan itu membuat hatinya resah.

Gadis itu juga sempat menghubungi kakaknya – Choi Siwon Super Junior – untuk menanyakan keberadaan sang suami. Tetapi jawaban yang dilontarkan Siwon justru menambah kekhawatirannya. Siwon mengatakan kalau semenjak 1 jam yang lalu hyung-nya itu sudah pulang duluan.

——

Gwangjin, Star Café

August, 22nd 2012

09.00 PM KST

 

 

Yesung mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja sembari menunggu gadis di hadapannya ini berbicara. Hatinya resah. Ini sudah 1 jam lamanya ia dan gadis itu duduk di sebuah meja café.

“Kalau tidak ada yang kau bicarakan, aku pergi!!” ujar Yesung tegas sembari berdiri. Gadis di depannya tetap diam dan bereaksi ketika Yesung berjalan meninggalkannya.

“Chakkaman!!” Yesung berhenti, tetapi tidak menoleh. Gadis tadi langsung memeluk Yesung dari belakang.

“Jangan tinggalkan aku lagi oppa…” gadis itu mulai terisak. Yesung memejamkan matanya dan melepaskan tangan gadis itu yang melingkar erat di pinggang Yesung.

“Mianhae, kisah kita telah usai. Dan kau tahu aku sudah mempunyai seorang istri yang sangat aku cintai. Kuharap kau mengerti, Hyun Jin-ah. Akan ada lelaki yang lebih baik dariku.” Hyun Jin – nama gadis itu – tetap bersikukuh memeluk Yesung. Yesung yang sudah merasa kalau perlakuannya menimbulkan pandangan negatif dari beberapa pengunjung yang lain memutar tubuhnya dan memegang bahu Hyun Jin.

“Lihat aku!!” perintah Yesung ketika melihat Hyun Jin yang menunduk.

“Haaahhhh,” lenguhnya panjang dan segera menarik tangan gadis itu mengajaknya keluar dari café tersebut.

***

 

 

 

“Apa yang kau inginkan??” Tanya Yesung tajam ketika mereka sampai di dalam mobil Yesung. Hyun Jin bergeming. Ia menggigit keras bibir bawahnya. Yesung sebal ketika melihat arloji-nya menunjuk pukul 10.00 PM.

“Pasti Yera menungguku!! Astagaa.. bahkan ini sudah hampir 2 jam!!!” gumamnya, tetapi tetap fokus pada gadis di sampingnya.

“Akan aku antarkan kau pulang.” Yesung segera menstarter mobilnya menuju kediaman Jung Hyun Jin, wanita yang pernah singgah di hatinya 5 tahun yang lalu. Dan mereka menyudahi hubungan mereka ketika Hyun Jin tidak sanggup lagi menjadi seorang kekasih dari salah satu member boyband terkenal seperti Super Junior padahal jelas-jelas gadis itu berada di lingkungan keluarga yang berkecimpung di dunia hiburan. Sang kakak Jung Ill Woo dan Jung Yong Hwa adalah seorang actor dan vokalis dari group band CN Blue yang sama terkenalnya dengan Super Junior.

Yesung yang saat itu dilanda patah hati mampu melupakan cintanya itu ketika berkenalan dengan sosok dongsaeng dari Choi Siwon. Sosok yang keras kepala, manja, cuek, tetapi sering heboh dan bisa menjadi sangat pendiam. Berbanding 180◦ dengan sifat Siwon. Dan sosok itu yang membuatnya bertekuk lutut dan mencintainya dengan sepenuh hati sehingga dengan sendirinya sosok Hyun Jin pudar di hatinya. Kebisuan Hyun Jin semakin menambah kekesalan pada diri Yesung.

“Benar, tak ada yang ingin kau bicarakan?? Aku akan menghubungi oppa-mu agar ia mau menjemputmu. Aku tidak ingin jika is– “

“Jika istrimu marah, huh?? Istri?? Seharusnya aku yang menjadi istrimu!! Bukan gadis itu!!” pekik Hyun Jin membuat Yesung tergelak karena ini pertama kalinya ia melihat Hyun Jin seperti ini. Dalam setiap katanya seperti terlukis kebencian pada Yera.

“Jika yang kau maksud Choi Yera, apa dirimu sendiri sudah pantas menjadi seorang istri??” Hyun Jin menatap nanar Yesung. Perkataan pria itu membuat hatinya teriris. Ia tahu betul kalau keputusannya 5 tahun yang lalu adalah keputusan yang sangat bodoh.

“Maafkan atas keputusanku 5 tahun yang lalu.” Yesung tersenyum kecut.

“Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Kalau itu yang kau khawatirkan, kau tak perlu pikirkan. Aku sudah mengirim pesan pada Ill Woo untuk menjemputmu. Atau bahkan yang datang menjemputmu Yong Hwa. Aku akan menemanimu di sini sampai mereka datang,” ucapnya datar ketika menghentikan laju mobilnya di sebuah halte. Selang beberapa menit sebuah Porsche hitam  mendekati mereka. Keluarlah seorang pria berbadan cukup sedang memakai t-shirt berwarna orange dengan penyamaran lengkap mengingat pria itu termasuk salah satu actor ternama di Korea.

“Hyun Jin-ah..” sapa Ill Woo membuat mereka berbarengan menoleh pada Ill Woo.

“Annyeong haseyo, hyung..” sapa Ill Woo pada Yesung sembari membungkukkan badannya. Yesung pun membalas sapaan Ill Woo dengan senyuman.

“Baiklah Hyun Jin-ah.. oppa-mu sudah datang menjemputmu, jadi aku harus pulang.” Hyun Jin tetap membisu dan semakin mendalam menunduk. Ill Woo yang tidak tahu apa-apa – di luar-konteks-mereka-sudah-putus – menatap dua orang di depannya ini dengan pandangan tidak mengerti. Ingin sekali ia bertanya apa yang terjadi pada dongsaeng kesayangannya ini, namun logika dan hatinya mensugestikan pada anggota tubuhnya untuk tetap diam.

Selepas kepergian Yesung, Hyun Jin terkulai lemas dan jatuh terduduk dengan deraian air mata. Ill Woo yang ada di samping gadis itu ikut berlutut dan segera menenggelamkan wajah Hyun Jin ke dada bidangnya. Kejadian itu rupanya masih tetap dilihat oleh Yesung dari kaca spion mobilnya.

“Mianhae Hyun Jin-ah.. tapi benar, cinta ini sudah tak ada lagi untukmu,” ujar Yesung sembari mempercepat laju mobilnya.

——

 

 

 

Yera yang lelah menunggu Yesung tanpa ia sadari matanya telah terpejam dan ia tertidur dengan memaanfaatkan tangannya untuk menyangga keplanya. Gadis itu tertidur di depan pintu rumahnya. 2 jam yang lalu gadis itu memutuskan untuk menunggu Yesung di depan pintu yang terhubung dengan pagar rumahnya. Yesung yang telah sampai di rumahnya terhenyak melihat penantian istrinya itu. Dengan hati-hati ia mendekati Yera, menggendong tubuh kecil itu dan membuka pintu rumahnya dengan kaki kanannya pelan agar ia tidak membuat Yera terbangun.

“Mianhae chagi-ya,” gumam Yesung setengah berbisik dan berjalan menuju kamar mereka yang terletak di lantai 2. Sesampainya di kamar yang bernuansa biru muda di tiap dinding kamarnya terpasang foto-foto dirinya dengan Yera sejak pertama bertemu, berpacaran sampai kehidupan rumah tangga 6 bulan yang lalu dengan zig-zag. Yesung meletakkan tubuh istrinya pelan-pelan dan berhenti sejenak saat menarik tangannya yang tertindih tubuh istrinya itu tatkala Yera menggeliat lantas menyelimuti sampai leher ketika sukses menarik tangannya tersebut. Yesung duduk sejenak di samping Yera. Menatap intens pahatan Tuhan yang paling indah pada wajah Yera. Oh… adakah kata selain kata indah untuk mengungkapkan perasaan Yesung saat ini?? Tangan Yesung terulur untuk menyibakkan poni istrinya lantas beranjak menuju lemari. Mengganti pakaiannya dengan piyama dan sekaligus mengambilkan piyama Yera untuk dipakaikannya pada gadis itu.

“Yeobo, kau sudah pulang??” Tanya Yera dengan suara sedikit parau sembari mengerjap-ngerjapkan matanya. Yesung yang sedang memakai piyamanya tersentak dan langsung menoleh pada istrinya.

“Kau kenapa bangun chagi??” Yesung menghampiri Yera dan membelai rambutnya.

“Kau sudah makan??” Yera tidak mengindahkan pertanyaan Yesung dan berbalik bertanya pada suaminya itu. Yesung menggeleng sembari tersenyum berusaha mengatakan pada Yera kalau ‘sudah, kembalilah tidur’.

“Akan kubuatkan makanan.” Yera menyibakkan selimutnya. Berdiri dan berjalan dengan sedikit sempoyongan. Sedikit terlupa kekesalan dan kekhawatirannya tentang keadaan dan ketiada kabar dari Yesung atau mungkin karena alam bawah sadarnya mengontrol emosinya agar tidak meledak. Yesung yang sudah hafal kebiasaan Yera terkikik geli. Dipastikan jika Yera sudah sadar sepenuhnya ia akan mendapat berbagai amukan dari istrinya itu.

 

 

——-

 

 

 

Yera menatap tajam pria di hadapannya yang sedang dengan santainya memakan kimchi. Seolah tidak ingin terburu-buru untuk menghabisakan tiap gigitan kenikmatan makanan itu.

“Kau sudah makan??” Tanya Yesung mencoba mencairkan emosi Yera.

“Tidak bernapsu untuk makan!!! Tapi sedang bernapsu untuk makan orang!!!” ujar Yera dengan nada ketus dan Yesung hanya mengangguk, membulatkan mulutnya membentuk huruf ‘O’. Yera mendecak sebal. “bukannya minta maaf dan membujukku untuk makan. Ck!! Malah tidak memperdulikanku!!” batin Yera sebal.

“Jawab pertanyaanku Tuan Kim!! Kau kemana saja, huh?? Kenapa tidak memberiku kabar sama sekali?? Jikalaupun kau terlambat pulang dan ponselmu mati, setidaknya kau meminta Siwon oppa untuk meberitahuku kalau KAU BAIK-BAIK SAJA DAN JANGAN MENGKHAWATIRKANKU!!! Aku sangat mengkhawatirkanmu bodoh!! Tidak bisakah kau sekali saja membuat hatiku tidak mengkhawatirkanmu?? Aku menunggumu 2 jam!! Dan kau tahu bukan kalau aku tidak suka menunggu, tetapi demi suami tercintaku aku dengan sabar menunggumu!! Menunggumu di malam yang dingin ini!! Aku bukannya pamer padamu, tapi..arghh..kau menyebalkan!!!” cerocos Yera tanpa jeda dan hanya menarik satu kali napas. Yesung menatapnya tanpa ekspresi, tetapi jauh di libik hatinya ia merasa bersalah sangat bersalah membiarkan istrinya menunggu sedangkan dirinya menemui mantan kekasihnya tanpa memberitahukan terlebih dahulu pada Yera.

“Kau?? Sudah mengamuknya??” Yera terdiam. Ia tahu betul jika Yesung sudah berbicara seperti itu..itu tandanya kalau ia sangat lelah dan marah.

“Tadinya jika kau tidak mengamuk, oppa akan memberitahu satu hal yang penting.” Yera membulatkan matanya. Penasaran.

“Ahh…. Sebaiknya aku memberitahumu jika kau sudah tenang!!” ujarnya sembari beranak dan pergi ke wastafel hendak mencuci piringnya. Yera melongo, namun tak ayal mengekori Yesung dan merebut piring yang ada di tangan Yesung.

“Biar aku saja,” ujarnya lembut. Yesung tersenyum tipis. Inilah istrinya yang dengan cepat mengubah mood-nya.

“Kau istrihatlah. Kau lelah bukan??” Yera memegang dada Yesung ketika ia sudah mencuci piring. Yesung terenyuh. Ia teringat saat di mana dirinya bertemu dengan Hyun Jin di belakang Yera. Bukankah itu termasuk cirri-ciri dari selingkuh?? Yesung lantas memeluk Yera dan berbisik padanya.

“Mianhae…” Yera mengernyitkan dahinya namun tak urung untuk menganggukan kepalanya.

 

 

———–

 

 

Yera mengerjap-ngerjapkan matanya ketika merasakan pantulan cahaya matahari merasuki kamarnya. Ia menggeliatkan tubuhnya sebentar kemudian menatap lembut wajah sang suami yang masih tertidur pulas. Yera mengulurkan tangannya mencoba membelai pipi tirus suaminya itu, namun berhenti di udara ketika otak jahilnya bekerja. Dengan sangat hati-hati ia menyibakkan slimut dan turun dari bed-nya, berjalan beberapalangkah menuju sebuah meja dan membuka laci meja tersebut. Yera menyeringai manakala ia melihat sebuah benda yang ia cari. Sebuah camera digital. Ia pun kembalike samping Yesung. Tersenyum licik dan ia arahkan kamera tersebut tepat di hadapan Yesung.

“Jika Jong Jin tidak bisa membalaskan dendamnya padamu karena kau telah meng-upload foto dirinya ketika tertidur, maka aku yang akan merealisasikan dendam Jong Jin,” Yera terkikik geli dan hampir menekan tombol sampai sebuah tangan menariknya sehingga ia menindih Yesung.

“Apa yang kau lakukan, chagi.. eumh??” Tanya Yesung dengan mata masih sedikit terpejam. Yera mendengus karena usahanya masih saja gagal. Usaha yang entah sudah keberapa kalinya setelah mereka menikah. Entah ilmu apa yang dimiliki Yesung karena selalu tahu usahanya itu. Padahal jelas-jelas ia sengaja melakukan itu dengan rentang waktu yang tidak cukup sering.

“Menyebalkan!!” gerutu Yera sembari menarik dirinya dari tubuh Yesung. Merasa seperti itu, Yesung mengeratkan tangannya memeluk pinggang Yera. Membuat istrinya itu tidak bisa berkutik. Yera menggigit bibir bawahnya menahan degupan jantung yang berdetak kencang. Merutuki kadar ketampanan Yesung yang semakin hari semakin bertambah. Sehingga ia tidak tahu lagi bagaimana mensiasati dirinya ketika menemukan kejadian seperti ini.

“Kurasa aku sendiri satu-satunya istri yang jantungnya terus-terusan berdegup kencang ketika berhadapan dengan suaminya dengan jarak dekat seperti ini,” batin Yera merutuki dirinya sendiri. Yesung membuka matanya dan tersenyum menggoda padaYera membuat jantung Yera merosot. Ia bersumpah jika ada tempat untuk bisa mengganti jantungnya, ia akan mengganti jantungnya sekarang juga yang mungkin telah rusak karena setiap hari terus mendapatkan senyuman lembut, hangat dari Yesung tanpa terduga sebelumnya.

Menahan sepersekian detik napas  saat mendapatkan perhatian-perhatian dan perlakuan manis yang tidak seorang pun tahu seperti apa dari Yesung. Sungguh ia sendiri juga merutuki kerja anggota tubuhnya yang seolah tidak mendengarkan logikanya sehingga tanpa ia sadari ia memejamkan matanya ketika Yesung menarik dalam tengkuknya.

“Apa yang kau pikirkan Nyonya Choi??” bisik Yesung lembut sembari menghembuskan napasnya di telinga Year lantas mengerling mempermainkan. Merasa dirinya dipermainkan lagi oleh Yesung, Yera memelotot pada suaminya itu hendak memarahinya sampai Yesung membekap mulut Yera dengan bibirnya. Menciumnya sekilas.

“Morning kiss….” Ujar Yesung sembari beringsut ke kamar mandi memanfaatkan peluang ketika Yera yang masih mematung. Ia tahu jika dirinya masih berada di situ kemungkinan besar Yera akan menjambak rambutnya kesal.

“YAK!!! Kim Jong Woon!! Awas saja kau!!” pekik Yera ketika sudah tersadar membuat Yesung tertawa.

“Kau mematung sekitar 1 menit Nyonya Choi!! Ckckk!! Lama sekali tersadar oleh pesona seorang Kim Jong Woon!!” ucapnya dengan nada percaya diri. Yera mendesis sebal.

 

 

——–

 

 

“Apa yang ingin kau beritahukan padaku, yeobo…” ujar Yera sembari menyiapkan beberapa helai pakaian untuk Yesung yang sedang mengeringkan rambutnya. Yesung berhenti sejenak kemudian melanjutkan kembali kegiatannya tadi yang sempat tertunda.

“Tidak ada…” dustanya dengan nada dibuat sewajar mungkin. Yera merenggut dan melempar kasar kaus hitam kepada Yesung.

“Aku akan menyiapkan sarapan untukmu!!” dengusnya sembari berlalu ke dapur. Yesung tersenyum getir. “mianhae.. bukannya tidak ingin memberitahumu, tetapi waktunya belum tepat.”

 

 

 

***

 

 

Yera memperhatikan dengan penuh senyuman ketika Yesung memakan masakannya dengan lahap. Yesung yang tahu dirinya diperhatikan menghentikan suapannya dan menatap lekat pada sang istri. Seolah dari tatapannya berbicara ‘ada apa kau menatapku seperti itu??’ Yera hanya nyengir kuda.

“Hari ini oppa pulang cepat atau tidak??” Tanya Yera dengan maksud hati agar Yesung mengganti rencananya yang tadi malam tertunda bisa terealisasikan sekarang. Yesung bergeming sembari melihat arloji-nya.

“Kurasa oppa akan pulang cepat, waeyo??” Yera melongo dengan kata ‘kenapa’ yang dilontarkan Yesung dengan nada datar. Harapannya seolah musnah tanpa bekas. Yera tersenyum kecut lantas menggelengkan kepalanya sampai mereka mendengar sebuah bel dari pagar rumahnya. Yera dan Yesung sama-sama terkesiap dan saling melempar pandangan.

“Siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini?” pikir mereka berdua namun tak ayal bagi Yera untuk menuju ke pintu, menekan tombol guna membukakannya pintu. Setelah dikira sudah terbuka gadis itu langsung masuk tanpa melihat sekalipun pada sosok Yera, ia tetap masuk dan langsung berhambur ke pelukan Yesung yang saat itu sedang berjalan menuju kamarnya. Yera tersentak. Tenggorokannya tercekat. Tangan kanannya menutup mulutnya yang menganga. Hatinya mendesir panas melihat pemandangan di depannya itu. Pandangannya kabur karena air mata yang tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya. Siapa yang tidak merasakan perih saat suaminya dipeluk oleh wanita lain di hadapannya sendiri?? Dan sang suami pun tak bereaksi sedikitpun!! Yera menahan napasnya mencoba menekan gemuruh emosi yang bertalu kencang di dadanya. Hatinya benar-benar tercabik.

“Yesung oppaa….” Panggil seorang gadis yang memakai setelan jeans dan sebuah tank top berwarna putih dirangkap sebuah cardigan berwarna ungu dipadu dengan high heels tinggi 5cm. Gadis itu nampak cantik dengan rambut yang diikat kuncir kuda sehingga menampilkan lehernya yang berwarna putih. Yesung yang tahu suara itu segera melepaskan cengkraman tangan Hyun Jin dari pinggangnya. Memutar tubuhnya, menatap tajam pada Hyun Jin dan beralih menatap lirih pada Yera berusaha memberitahukan dari tatapan itu kalau tidak ada hubungan apa-apa dengan gadis yang bernama Hyun Jin itu. Yera tidak kuat lagi ketika melihat Hyun Jin yang ia sendiri tahu siapa gadis itu sedang bergelayut manja di lengan Yesung.

Yera tahu siapa Hyun Jin karena saat sebelum Yesung menjadikannya kekasih, Yesung menceritakan semua kisah cintanya dengan Hyun Jin. Bermaksud agar tidak ada kebohongan diantara mereka. Yera berlari ke kamarnya dan terhenti manakala ucapan Hyun Jin membuatnya seperti tersambar petir.

“Oppa… kenapa kau meninggalkanku begitu saja tadi malam??” rengek Hyun Jin sembari menekankan kata ‘tadi malam’ dengan sengaja agar Yera mendengarnya. Yesung sendiri langsung menghempaskan tangan Hyun Jin dan berlari menyusul Yera yang semakin cepat berlari menaiki tangga dengan deraian air mata. Merasa usahanya berhasil, Hyun Jin tersenyum menyeringai dan langsung pergi meninggalkan rumah itu.

 

 

 

***

 

 

“Apa yang kau lakukan, huh??” Tanya Yesung dengan nada kesal ketika sampai di kamarnya dan mendapati sang istri tengah mengemasi barang-barangnya di sebuah kopor berwarna biru. Yera diam. Mengacuhkan semua ucapan dan pandangan tajam Yesung. Yesung geram. Ia mengeluarkan kembali pakaian Yera dan melemparnya ke sembarang arah. Mencengkram kuat behu istrinya itu. Memaksa Yera agar mau membalas tatapan dirinya. Yera pun menurutinya dan menatap dengan tatapan marah bercampur kecewa juga terluka.

“Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya…” lirih Yesung dan melonggarkan cengkramannya. Yera menggeleng keras dan menghempaskan tangan Yesung. Sungguh ia merasa terkhianati oleh suaminya sendiri.

“Apa yang kau jelaskan, huh?!! Sudah jelas bukan tadi malam kalian berdua bertemu dan KAU TIDAK MEMBERITAHUKU!!! KAU ANGGAP AKU APA, HUH??!! SEORANG ISTRI YANG CUMA SEBAGAI STATUS SAJA??!! LEBIH BAIK KAU CERAIKAN AKU SAJA DAN KEMBALI PADANYA!!!” pekik Yera histeris dan mendudukkan dirinya dengan kasar.

“CHOI YERA SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU WALAU KAU SENDIRI YANG MEMINTANYA!! AKU TETAP AKAN MENGIKATMU DALAM HATI INI!!! AKU MENCINTAIMU!!!” pekik Yesung dengan suara tak kalah keras. Yera menatap sinis wajah Yesung. Berdiri.

“Kau bilang apa?? Kau mencintaiku?? Cinta?? Jika kau mencintaiku tak seharusnya kau membohongiku!! Tak seharusnya kau mengkhianati ikatan suci ini!!!” ujarnya lembut yang justru terdengar sangat menusuk hati Yesung sembari mengelus pipi Yesung.

“Nyatanya apa?!! KAU BERSELINGKUH DENGANNYA KIM JONG WOON-ssi!!!” pekiknya sembari berlari dan menggebrak pintu kamarnya. Ia pergi tanpa membawa apa-apa. Ia pergi dengan rasa marah dan dengan deraian air mata. Ia pergi meninggalkan Yesung. Ia pergi meninggalkan cintanya yang menyalahkan dirinya sendiri. Ia pergi tanpa memaafkan suaminya. Yesung menatap lirih kepergian Yera dan menangis dalam diam.

 

 

———

 

 

Gwangjin-gu, Seoul

 August, 23rd 2012

11.00 PM KST

 

Yesung menatap gusar jam dinding di rumahnya. Sejak kejadian tadi pagi Yera tidak menghubunginya sama sekali sampai sekarang. Ia bahkan sudah mencari kemanapun istrinya itu. Ia yakin ada satu tempat yang belum ia datangi untuk mencari Yera. Rumah kediaman keluarga Choi. Rumah milik kedua orang tua Yera. Wajahnya yang sudah tirus menjadi lebih tirus karena sejak kepergian istrinya itu, tak ada satupun hasrat untuk makan.

“Aish!! Haruskah kau kabur ke rumah orang tuamu?? Tidak bisakah kita menyelesaikan masalah ini berdua saja??” gerutu Yesung,  namun tetap bergegas menuju parkiran mobilnya. Menstarter dan melaju cepat menuju kawasan Gangnam. Fokus Yesung terpecah manakala ponselnya berbunyi menandakan satu panggilan. Pria itu pun segera merogoh ponselnya yang ada di tas ransel yang tergeletak di samping kursi kemudi. Dapat. Yesung menatap kesal nama yang terpampang di ponselnya itu. Jung Hyun Jin. Lama Yesung menimbang dan akhirnya mengangkat sambungan telepon itu. Yesung tercekat saat suara di seberang sana yang ternyata Young Hwa memberitahukan sesuatu yang buruk padanya.

Hati Yesung semakin gusar. Ia memutuskan untuk menghubungi Siwon, memintanya untuk membantu mencari Yera. Dan yeah mau tidak mau menceritakan masalah yang terjadi. Masalah yang tak ingin seorang pun tahu termasuk keluarga sendiri. Ia berprinsip jika sudah berumah tangga dan melewati masalah, ia tak ingin menceritakan kepada siapapun, biarlah ia sendiri yang menyelesaikannya. Sendiri. Tetapi sekarang Yesung tidak ingin terpaku pada prinsip saja, tidak ingin mempertahankan prinsip dan egonya itu. yang terpenting baginya sekarang keselamatan jiwa Yera. Ia tak ingin kehilangan istri yang sangat ia cintai untuk selamanya.

Napas Yesung tertahan ketika bayangan-bayangan buruk menghinggap di otaknya. Bayangan yang merangkap dengan kenangan-kenangan indah bersama Yera. Yesung semakin kalut, dengan kuat ia menginjak pedal gas dan kembali terpecah manakala ponselnya kembali berbunyi. Kali ini nama Siwon yang terpampang di layar ponselnya. Dengan segera ia mengangkatnya dan menjauhkan ponselnya itu dari telinganya. Siwon berteriak memakinya. Hal yang tidak pernah Siwon lakukan jika tidak menyangkut keselamatan dongsaeng-nya itu. terakhir kali Siwon hampir memukulnya sewaktu Yera hampir tertabrak saat hendak menyebrang menemui dirinya-yang-sebenarnya-menyuruh-gadis-itu-untuk-menunggunya-saja. Tetapi karena watak keras kepala gadis itu, ia memaksakan dirinya yang menemui Yesung.

“Bisakah kau tidak berteriak Siwon-ah??” gerutu Yesung yang tidak membuat Siwon di seberang sana bungkam untuk berteriak.

“…”

“MWOYA?!!” Yesung reflek menginjak pedal rem tanpa menepikan mobilnya sehingga membuat kekacauan di jalanan yang hampir lengang itu. Yesung memutuskan sambungan telepon itu dan semikn melajukan cepat mobilnya di atas rata-rata. Kembali ke dorm terlebih dahulu sesuai perintah Siwon.

 

 

 

***

 

 

The Star City Apartement, Tower C, 12th Floor, Han River, 227-7 Jayang Dong, Gwangjin-gu, Seoul

 August, 23rd 2012

11.15 PM KST

 

“Apa yang kau lakukan padanya hyung??” geram Siwon sembari mencengkram baju yang dipakai Yesung ketika tahu Yesung sudah ada di dorm. Leeteuk sebagai hyung tertua mencoba melerai mereka dengan bantuan Sungmin, Eunhyuk dan Donghae. Yesung bergeming. Mendudukan kepalanya.

“Tatap aku hyung!!!” Siwon semakin emosi dan mencoba melayangkan pukulan ke arah Yesung namun ditepis oleh Sungmin yang memang mempunyai keahlian bela diri. Ketegangan yang tercipta membuat wajah para member mau tidak mau mensiratkan ke khawatiran atas apa yang akan terjadi. Ryeowook bahkan sudah tak tahan lagi melihat wajah hyung kesayangannya itu yang muram, kacau, sedih dan menyesal sangat dalam.

“Aku tidak melakukan apa-apa padanya Siwon-ah,” lirihnya sembari terduduk di sofa. Siwon semakin marah dengan Yesung. Bagi Siwon, Yesung seperti tidak menyesal karena tindakannya.

“Mwo?!! Tidak melakukan apa-apa kau bilang?? Lalu maksud pertemuanmu dengan Hyun Jin itu apa, huh??!! Dan kau membohongi adikku hyung!! Adik yang sangat kucintai!!!” ucapan Siwon barusan membuat wajah para member menoleh ke arah Yesung bersamaan. Mereka terkejut dengan nama Hyun Jin. Yeah, mereka sangat tahu cerita cinnta Yesung dan Hyun Jin, jadi tidak heran jika mereka terkejut jika Yesung dan Hyun Jin bertemu. Untuk kali ini mereka sepakat kalau Yesung lah yang salah. Yesung menemui Hyun Jin dan berbohong pada Yera di mana status Yesung adalah sudah beristri. 

“Aku…aku…”

“Kau tahu karena ulahmu, Yera tidak sekalipun mau menyentuh makanannya. Ia terus-terusan menangis di kamarnya. Mengurung diri seharian!!!” Siwon menyela ucapan Yesung sembari kembali mencengkram keraah baju Yesung.

“CUKUP!!!” bentak Heechul. Heechul yang sejak tadi mencoba bersabar dan menahan emosinya tidak tahan lagi ketika mendengar perdebatan antara kedua dongsaeng-nya itu. Pria berwajah tampan dan cantik dalam satu waktu itu menggebrak meja di depannya membuat para member tak terkecuali Yesung dan Siwon menoleh takut-takut ke arahnya. Mereka tahu jika Heechul sudah bersikap seperti ini berarti sudah mengganggu kenyamanan Heechul.

“Apa dengan bertengkar kalian bisa menemukan Yera???” Tanya Heechul menurunkan nada ucapannya, tetapi tidak mengurangi ketegasannya.  Tepat setelah Heechul berbicara seperti itu, ponsel Yesung berbunyi dan kali ini nama yang terpampang membuatnya tertegun dan menatap satu per satu wajah para member.

“Yera…” lirihnya dan segera mengangkat sambungan telepon itu.

“Yeobseyo.. Ra-ya.. neo eodisseo?? Cepat pulang chagi…. Oppa merindukanmu…” ucap Yesung tanpa memberikan celah pada seseorang di seberang telepon untuk berbicara.

“Ckckck… sungguh romantis…” ujar suara seorang gadis yang membuat rahang Yesung tercekat. Mengubah air mukanya dan memberikan tanda tanya besar dari para member.

“Hyu…Hyun..Jin!!!” Para member kompak membelalakan matanya. Hyun Jin hanya tertawa renyah menanggapi kekagetan Yesung. Yesung tersentak ketika mendengar samar-samar suara teriakan ketakutan Yera. Ingatannya kembali mengulang apa yang dikatakan Young Hwa padanya.

‘Hyung..Hyun Jin menghilang tanpa kabar apapun! Kamarnya kacau dan sepertinya ia membawa pistol koleksi milik Ill Woo hyung. Hyung eottokhae?? Di kamarnya penuh foto seorang gadis dengan ciri-ciri rambut hitam panjang dan sedikit curly dan ada tanda silang dari darah di foto tersebut. Aku takut hyung kalau Hyun Jin melakukan hal macam-macam pada gadis itu.’

“Yak!! Kau di mana, huh??!!” ujar Yesung yang semakin membuat tawa Hyun Jin meledak.

“Berhenti tertawa dan jangan sakiti istriku!!!” pekiknya membuat para member ikut mengubah air mukanya menjadi khawatir.

“Istri?? Yeah.. istri.. status yang sangat aku inginkan. Menyandang status itu sebagai istrimu.” Tawa Hyun Jin mereda terganti dengan suara lirihan yang menyayat hati dan suara tembakan membuat Yesung menegang dan membbulatkan matanya. Gadis itu seperti menjelma menjadi seorang psikopat karena cinta.

“YAAKKKK!!”

“Hahahahahahahha…. Tenang saja yeobo…yang kutembak bukan istrimu. Istrimu akan kutembak jika kau sudah datang dan melihatnya sendiri. Datanglah ke Sungai Han. Aku tunggu. 10 menit kau tak datang, nyawa istrimu melayang. DORR!!” Yesung mematikan sambungan itu dan beringsut keluar dorm tanpa memperdulikan perrtanyaan-pertanyaan para member.

 

 

———-

 

 

 

“Ra-ya, kau di mana chagi?? Hyun Jin-ah, jangan sakiti istriku….” Pekik Yesung sembari berlari memutar di kawasan sungai han. Napas Yesung tersengal-sengal, lututnya melemas seketika mendapati sosok istrinya tengah berdiri menggantung di atas pohon. Yesung berlari menghampiri pohon itu. Menaikinya dan meraih tali uang menggantung bebas serta yang terhubung dengan pergelangan tangan Yera. Wajah istrinya itu terlihat pucat, Yesung tahu jika Yera tidak suka berada di tempat ketinggian seperti ini.

“Oppa…aku takut. Aku takut ketinggian. Aku takut jika aku tak bisa bertemu denganmu lagi,” lirih Yera dengan dibarengi isak tangis. Yesung berusaha menenangkan Yera sembari melepaskan ikatan tali itu.

“Bersabarlah chagi… oppa akan menolongmu.”

SRET

Yesung berhasil melepaskan tali itu dan meraih Yera, menggendongnya dan mencoba turun dari pohon itu dengan hati-hati karena akses yang terlalu berbahaya dan Yesung memanfaatkan taliitu sebagai alat untuk membantunya untuk turun.

“Waow…seorang Kim Jong Woon bisa bersikap seperti itu juga,” cibir Hyun Jin tiba-tiba membuat mereka menoleh ke arahnya.

“Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain pun tidak boleh memilikmu!!!” pekik Hyun Jin sembari menodongkan sebuah pistol pada Yera. Yesung menegang, dengan cekatan ia berdiri hadapan Yera sebagai tameng untuk istrinya itu.

“Tembak aku saja dan jangan sakiti dirinya!!!” ujar Yesung tegas. Hyun Jin mengangguk dan menarik pelatuk pistol itu. Yesung memejamkan matanya sembari berkata pada Yera yang di belakangnya.

“Sampai kapanpun cinta ini akan selalu untukmu. Hati ini akan selalu terpatri namamu. Walau badai menerjang, walau salju menghujan, kau akan selamanya menjadi istriku, menjadi pelabuhan terakhir akan cintaku. Mianhae, mianhae karena aku telah membohongimu.” Hyun Jin semakin menyeringai. Ia semakin semangat untuk menembakkan.

 “SAENGIL CHUKKAHAMNIDA… SAENGIL CHUKKAHAMNIDA.. SAENGIL CHUKKAE URI YESUNG…” Yesung tersentak dan mendapati wajah dan tubuhnya basah kuyup. Yesung menatap tajam Hyun Jin yang ternyata menembakkan pistol air padanya lantas memutar tubuhnya dan menatap sweatdroop Yera yang ternyata mengguyurnya dengan air botol.

“Apa yang kau lakukan Choi Yera???” Tanya Yesung tajam sembari memicingkan matanya. Yera bergidig ngeri dan segera berlari menjauhi Yesung menghampiri para member Super Junior yang ternyata juga ikut menyiramnya dengan air. Yera bersembunyi di balik badan Siwon yang kekar sembari memberikan sign peace dengan kedua jarinya. Hyun Jin pun tak mau kalah dengan Yera, ia juga ikut bersembunyi di balik tubuh kekasihnya – Zhou Mi -.

“Siapa yang merencanakan ini semua??” Tanya Yesung sembari menatap tajam wajah para member beserta Hyun Jin dan Yera, membuat mereka serempak mengelus bulu kuduk mereka yang tiba-tiba merinding.

“Sepertinya aura hitam Yesung hyung akan meledak,” ujar Kyuhyun setengah berbisik pada Eunhyuk yang menanggapi dengan anggukan.

“Di…di..dia istrimu hyung.” Yera memelotot pada Eunhyuk dan segera menggelengkan tangan pada Yesung. Yesung pun mendekati Yera, menatap seduktif istrinya itu membuat Siwon memilih untuk menghindar meski ujung kaus yang dipakainya ditarik kuat oleh Yera.

Yera menggaruk tengkuknya sembari melemparkan senyuman kikuk dan aegyo-nya agar Yesung tidak menatapnya seperti itu. Sungguh itu terlalu menakutkan baginya. Menurut Yera lebih baik mendapat tatapan tajam dari Yesung dibandingkan mendapat tatapan seperti itu.

“Yeobo…” panggil Yera lirih ketika jarak mereka semakin dekat.

“Aish!! Jangan menatapku seperti itu… Yesung oppa… pria yang paling tampan sedunia, pria yang palin tercute di muka bumi ini, pria dengan suara termerdu di jagat raya ini. Bahkan kau lebih dan lebih dari Siwon oppa, Donghae oppa, Sungmin oppa dan Kyuhyun oppa…” ujar Yera sembari memundurkan langkahnya. Ia mencoba menggunakan cara jitu untuk membuat Yesung tidak marah yang ia pelajari dari Leeteuk. Para member bahkan sudah terkikik geli mendengar ucapan Yera itu, walaupun sebagian dari merekaa banyak yang tidak terima atas ucapannya tersebut.

Sukses. Yesung tersenyum dengan mata yang berbinar. Yera menghembuskan napas lega dan menghentikan langkah mundurnya.

GREBB

Yesung menarik tangan Yera meraihnya ke pelukannya dan segera menyirami istrinya itu dengan air botol yang ia bawa di belakang tubuhnya.

“Suami dan istri itu harus saling bersama.. kering bersama dan basah bersama-sama juga,” bisik Yesung sembari mengerling ke arah Yera yang menganga tak percaya.

“Aish!!! Jinjja!!! Neo!!! Arghh!!!” kesalnya sembari menjauhkan diri dari Yesung. “Yak!!! Kalian jangan tertawa!!!” pekik Yera pada para member dan Hyun Jin yang sudah tertawa tebahak-bahak.

“Itu hukuman untuk istri yang telah merencanakan hal gila seperti ini. Sengaja membuat suami khawatir sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri di ketinggian,” cibir Yesung membuat Yera mendecak sebal.

“Siapa yang mempertaruhkan nyawa?? Lihatlah!!!” tunjuk Yera pada sebuah tanah yang tadi dipijak Yesung saat menolongnya. Terlihatlah dua namja tampan, Jung Ill Woo dan Jung Young Hwa yang melempar cengiran(?) dan tengah membawa sebuah matras yang mirip dengan tanah. Yesung menepuk dahinya. Ia bahkan tidak menyadari matras yang ia pijak karena terlalu khawatir pada istrinya itu.

“Kau gila, Ra-ya…” ujar Yesung sembari mengacak-ngacak rambut Yera yang sedang tetawa penuh kemenangan. Bersamaan dengan itu semua datang kedua orang tua Yesung beserta adiknya, Jong Jin membawakan sebuah kue tart berbentuk kura-kura. Perasaan Yesung campur aduk, ia segera berlari menyongsong keluarganya itu dan berhambur memeluk ibu, ayah dan adiknya secara bergantian.

“Howek…howek…” semua mata tertuju pada Yera yang sedang memegang mulut dan perutnya. Yesung panik. Hal yang sama yang dirasakan oleh semua orang yang berada di situ. Yesung pun segera menghampiri Yera dan melemparinya dengan berbagai pertanyaan.

“Chagi…kau tak apa?? Kau tidak sakit, kan?? Kau sudah makan?” Yesung mengarahkan punggung tangannya ke dahi Yera, mengecek suhu tubuhnya.

“Tidak panas…” ujar Yesung sembari menggelngkan kepalanya dan menatap penuh pertanyaan pada Yera. Yera hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti. Ia sendiri juga bingung. Badannya tidak lemah. Tubuhnya tidak meriang jika terkena masuk angin. Tetapi, perutnya terasa terkocok sesuatu dan membuatnya mual seketika mencium aroma wewangian. Nyonya Im Boo Kyung selaku ibu Yesung hanya tersenyum melihat kepolosan anak-anaknya itu. Beliau memegang pundak Yesung dan menatap lembut ke arah Yera.

“Apa ‘tamumu’ sudah datang??” Yera menggeleng dan segera menepuk dahinya.

“Aku…aku…sudah terlambat 2 bulan.” Yesung mengernyitkan dahinya. Tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh dua wanita yang sangat ia cintai. Nyonya Im segera menepuk pundak Yesung dan tersenyum senang.

“Besok…bawalah dia ke dokter kandungan!! Periksa janin yang ada di rahimnya.”

“MWO!!!!” ucap seluruh member serempak terkecuali Yesung dan Yera. Seperti mendapat sesuatu yang berharga, mereka serempak membelalakan matanya dan memerlukan waktu lama untuk mencerna kalimat ibu mereka.

“Ja…jadi…Yera…istriku hamil, eomma??” Tanya Yesung berusaha menyadarkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi belaka. Nyonya Im mengangguk senang membuat Yesung segeraa menmeluk tubuh Yera, mengangkatnya ke udara dan berputar.

“Terima kasih chagiya…terima kasih…calon ibu dari anakku…” ucapnya sembari menyapu seluruh wajah Yera dengan ciuman. Semua orang pun turut senang melihat adegan itu.

“Ini adalah hadiah terindah yang Tuhan dan kau berikan di hari lahirku.. aku berjanji akan menjadi suami yang lebih baik dari sekarang. Aku akan semakin menjagamu dan semakin berada di sisimu. Aku tidak akan meninggalkanmu barang sedikit pun. Demi langit dan bumi beserta isinya. Demi Tuhan!!! Kau akan menjadi yang terakhir untukku!! Demi Tuhan apapun yang tejadi kita akan membesarkan anak kita bersama. Yeah…jika anak kita laki-laki, aku akan memberikannya nama Kim Yee Woon perpaduan dari namamu dan nama kita dan jika perempuan akan kuberikan nama Kim Yee Neul, nama dari sellisih kelahiran kita!!!” cerocos Yesung penuh rasa bahagia. Yera hanya tertawa melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.

“Ckckck!!! Kau terlalu berlebihan hyung….” sela Eunhyuk yang langsung mendapat deathglare dari Yesung, para member sontak tertawa melihat wajah Eunhyuk yang menciut nyalinya.

 

 

 

 

THE END

 

 

Epilog

 

 

Yera menatap penuh harapan pada gadis di hadapannya ini. Melempar jurus aegyo-nya untuk meluluhkan ke-keras kepalaan Hyun Jin.

“Ayolah, eonni… bantu aku untuk memberikan kejutan pada Yesung oppa…” Hyun Jin masih tetap menggeleng. Yera yang berada di rumah Hyun Jin itu memanfaatkan kesempatan ketika melihat Young Hwa dan Ill Woo yang sedang menuruni tangga.

“Oppadeul…” Yera segera berlari menyongsong Ill Woo dan Young Hwa dan kembali melempar ke-aegyo-annya pada dua pria tampan di hadapannya. Ill Woo terenyuh dan melamparkan sebuah pertanyaan.

“Apa ada yang bisa kubantu…” Yera mengangguk semangat.

“Aku mohon pada Ill Woo oppa dan Young Hwa oppa untuk membujuk Hyun Jin eonni agar mau membantuku meberikan kejutan ulang tahun Yesung oppa…” Ill Woo dan Young Hwa saling berpandangan dan kemudian menatap tajam pada Hyun Jin.

“Hyun Jin-ah….” Panggil mereka serempak. Hyun Jin mendengus kesal lantas beranjak dan menghampiri mereka.

“Sebenarnya dongsaeng kalian itu siapa, huh?? Aku atau anak ini??” gerutu Hyun Jin sembari mencubit pipi Yera.

“Aish!!! Appo!! Bukankah Yesung oppa dulu pernah menjadi kekasihmu??” Yera mempuotkan bibirnya kesal. Ia tahu jika Hyun Jin adalah mantan kekasih Yesung, suaminya. Namun, karena hubungnnya dengan Hyun Jin yang sudah akrab sebelum berkenalan dengan Yesung membuat mereka semaakin akrab ketika masing-masing tahu tentang posisinya di hati Yesung. Awalnya Hyun Jin tidak terima, tetapi karena saat itu juga ada seorang pria yang menarik hatinya membuat Hyun Jin mengubah penilaiannya. Zhou Mi, pria yang menaklukan hati Hyun Jin.

“Aish…berhenti berlaku seperti itu, Ra-ya!! Itu terlihat mengerikan!! Baiklah aku kan membantumu dengan syarat!!”

“Mwo…!!!”

“Traktir aku ice cream selam seminggu X 24 jam!! Arraseo!!!” Yera melongo oleh permintaan Hyun Jin sedetik kemudian ia mengangguk stuju. Ill Woo dan Young Hwa hanya tertawa melihat kepolosan kedua adik mereka.

 

 

 

***

 

 

“Begini rencananya… kau Hyun Jin eonni harus bisa menemukan cara untuk bertemu dengan Yesung oppa… bagaimanapun caranya nanti, aku akan berusaha agar Yesung oppa mau berjanji makan malam denganku. Buat dia mengingkari janjinya, yeah… kira-kira 2 jam.”

“Mwo??”

“Dengarkan aku dulu!!!”

“Yesung oppa orangnya tidak suka mengingkari janjinya terutama padaku. Jadi ketika dia datang aku akan mengamuk padanya. Pagi pun kau harus datang ke rumah kami, eonni-ya… cari alas an agar aku benar-benar marah padanya dan kabur ke rumah Appa dan eomma…selebihnya biar Siwon oppa yang bertindak. Dan tugasmu yang terakhir, pura-pura menjadi orang psikopat dan mengikatku di atas pohon. Yesung oppa tahu jika aku takut ketinggian. Dan terakhir aku meminta bantuan pada Ill Woo oppa dan Young Hwaa oppa untuk mencarikan matras yang mirip dengan tanah untuk berjaga-jaga jika aku dan Yesung oppa terjatuh. Oh ya… eonni-ya kau juga harus membawa pistol mainan yang berisi air dan menodongkannya padaku. Berpura-pura untuk menembakku dan saat itu terjadi Yesung oppa pasti akan menjadi tamengku, dannn…ya kau tembak dia bersamaan denganku yang mengguyurnya dengan air botol yang kupersiapkan. Aku juga sudah meminta tolong oppadeul Super Junior serta keluarga Yesung oppa.. eotte rencanaku??”

Baik Ill Woo, Young Hwa dan Hyun Jin, mereka serempak melempar pandangan aneh pada Yera yang sedang tersenyum lebar.

“Sepertinya virus keanehan Yesung hyung terkontaminasi pada istrinya,” ujar Ill Woo sembari menggelengkan kepalanya.

“Nde, hyung.. untung Hyun Jin kita masih bisa terselamatkan,’ ujar Young Hwaa yang langsung mendapat tatapan maut dari Yera dan Hyun Jin.

 

——

 

 


Tittle                                    : Yesung For Yera In Yesung

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

 

Blog                                       : http://www.ImELFChoiYera.wordpress.com

Genre                                  : AU! Sad ending!!

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 3,571

 

Cast                                     : Choi Year, Kim Yesung

  

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-7, All Cast milik Tuhan YME, ku. DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

Yesung berjalan dengan wajah cerah sembari sesekali melantunkan bait-bait lyric dari lagu yang ia nyanyikan sekaligus untuk melatih kemampuannya dalam bernyanyi. Profesinya sebagai penyanyi mau tidak mau harus terus melatih vocal-nya. Sebenarnya bukan hanya karena profesinya, tetapi lebih cenderung karena rasa cintanya terhadap musik.

Pria yang berbalut busana kemeja berwarna biru dan dipadu dengan jeans serta tatanan rambutnya yang sedikit acak-acakan itu berhenti di depan sebuah pintu apartement. Senyuman yang sedari tadi ia sunggingkan semakin manis terlukis di wajahnya yang tampan. Tangan Yesung terulur untuk menekan tombol sebagai password agar pintu di hadapannya terbuka. Terlihat di dalam apartement tersebut seorang gadis cantik sedang menarikan jari-jarinya di atas tuts-tuts piano sembari menggumamkan sebuah nada-nada lembut.

Gadis itu terhenti sesaat setelah merasakan kehadiran seseorang yang memperhatikannya terus menerus.

“Oppa.. kenapa kau berdiri di sana??” Tanya gadis itu sembari melanjutkan memainkan pianonya tersebut. Yesung tersenyum dan menghampiri Yera – gadis itu – dan duduk di sampingnya.

“Mau bernyanyi bersama??” tawar Yesung dan disambut dengan anggukan ringan serta senyuman yang terlukis di bibir indah Yera.

“Lagu kita??” Tanya Yesung lagi dan Yera tetap mengangguk.

Hikari ga tozasa reta sekai de 

Yasashiku hohoenda kimi ga mieru 

Sorezore sagasu mono wa 

Onajida to shitte ita 

Kewashiku nagai michi mo 

Nani mo kowaku wa nai 

Sono kokoro dakishime rareru 

Ai kara ai e musuba rete ku Destiny 

Futari no mirai tsunagu sen o kakete 

Omoide yori fukaku meguru eien ni wa 

Tsugi no peji o kasanete yukou 

Boku kara kimi e owari no nai Destiny 

Hitomi o mireba subete wakari aeru 

Tokimeki to yasuragi kikoete kuru Harmony 

Nani ga atte mo kesanaikara 

Kimi no tame ni 

Kitto aoi tori wa iranai 

Fureau shiawase o shinjiru dake 

Afureru hito no mure ni 

Makikoma re-sona toki 

Nigitta konote no hira Kesshite hanasanai yo 

Sono namida dakishime rareru 

 

Usai menyelesaikan setengah dari bait lagu itu Yera berdiri sembari meraba-raba benda-benda di sekitarnya mencari sesuatu. Yesung yang kekasihnya mencoba membantu memapah gadis itu, namun ditepis olehnya.

“Biar oppa saja yang membantumu berjalan.” Yera menggeleng keras lantas tersenyum kecut.

“Biar aku sendiri saja. Aku tidak mau menarik orang lain untuk merasakan kegelapan yang aku lihat,” ujar Yera dengan mencoba tersenyum. Yesung menelan kekecewaan dari kata yang terlontar dari mulut gadis itu.

“Apa kau masih menganggap oppa orang lain?? Oppa adalah kekasihmu, priamu, chagi…” ujar Yesung sembari membelai rambut Yera.

“Aku buta oppa!! Aku buta!! Aku bahkan tidak tahu sama sekali wajahmu. Dan itu sangat menyiksaku oppa. Kau tahu?? Itu seperti mimpi buruk dari sekian mimpi buruk yang ada. Aku tidak tahu wajah dari pria yang kucintai dan mencintaiku!!!” pekiknya mulai histeris mengingat gadis itu mengalami kebutaan semenjak bayi karena kornea matanya yang mengalami kelainan.

“Itu bukan alasanku untuk tidak mencintaimu Choi Yera!!!!” ujar Yesung dengan nada ditekankan pada setiap katanya. Yera terdiam. Terdiam untuk mencerna kalimat yang terucap dan terdengar indah dari mulut Yesung. Dan gadis itu menarik kedua sudut bibirnya melukis sebuah senyuman. Benarkah cinta Yesung sekuat itu untuknya?? Tanpa gadis itu sadari, dari kedua sudut matanya turun sebuah air mata kebahagiaan. Ia terharu. Akankah kenyataan dongeng gadis but mendapat seorang pangeran?? Yesung tergelak lantas menarik Yera ke dalam pelukannya. Meyakinkan gadis itu kalau cintanya tulus dan meyakinkan padanya bahwa ia tidak sendiri.

“Walau kegelapan setia menghantuimu, aku yang ‘kan menjadi sosok penerang dalam hidupmu. Dalam hatimu membawa cinta. Saranghae Choi Yera!!!”

Yera semakin terisak di pelukan Yesung. Ia teringat ketika pertama kali bertemu dengan pria itu. Di sebuah panti asuhan. Tempat ketika mereka ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka. Yesung yang saat itu menjadi anak yang tidak tahu aturan merasa terlahir kembali ketika bertemu dan berkenalan dengan Yera di sebuah taman panti asuhan. Mereka bersahabat sampai usia remaja. Bermain bersama. Bernyanyi bersama. Yera yang mahir bermain piano selalu diminta Yesung untuk menjadi teman duetnya. Siapa yang bisa menjamin jika persahabatan lawan jenis berakhir tidak dengan kisah cinta?? Cinta yang tak mereka sadari.

———

“Oppa kita ada di mana?? Kenapa kedengarannya ramai sekali??” Yesung tersenyum tipis lantas mengenggam tangan Yera erat. Seperti tak ingin sedetikpun tangan itu untuk terlepas dari tangannya. Seolah tangan itu adalah takdirnya.

“Kita ada di taman hiburan?? Kau suka??” Yera mengangguk senang, tetaapi detik kemudian ia merubah ekspresinya menjadi muram. “aku tidak bisa melihat apapun, oppa…”

“Biar oppa yang menjadi matamu. Menjadi lentera dalam gelapmu.” Yera tergelak. Gadis itu sampai sekarang terus saja meyakinkan hatinya. Meyakinkan cintanya yang terpaut dengan cinta Yesung.

“ Sekarang kau mau naik wahana apa??” Tanya Yesung sembari menelungkupkan tangannya dikedua pipi gadis itu. Yera tampak berpikir, padahal sejatinya gadis itu menahan kuat-kuat degupan jantungnya yeng berdetak tak karuan ketika kulit tangan Yesung yang menyentuh pipinya. Ini adalah pertama kalinya Yesung menyentuhnya sejak terakhir mereka masih anak-anak.

“Aku mau main ice skatting.” Yesung membelalakan matanya kemudian tersenyum manis dan mengabulkan permintaan gadis itu.

Yesung terus saja menuntun Yera untuk bermain ice skatting. Walau gadis itu melarangnya keras, tetapi tetap saja karena rasa cintanya yang terlalu besar menginginkan gadis itu untuk tidak terluka sedikitpun. Baginya Yera seperti porselen yang harus ia jaga dan jangan sampai  pecah.

“Oppa aku mau ice cream…” rengeknya manja ketika selesai bermain ice skatting.

“Aku bisa sendirian. Oppa tak perlu khawatir,” tambah Yera ketika menyadari Yesung tak ada reaksi apapun. Yesung masih bergeming. Tidak. Ia bukannya tidak mau membelikan ice cream untuk Yera, hanya saja jika ia pergi siapa yang menjaga kekasihnya itu?? Ia tidak ingin sesuatu yang dulu kembali terjadi. Sesuatu yang saat itu ketika Yesung meninggalkan Yera di sebuah bangku taman hanya untuk sekedar membelikan air mineral karena Yera haus tersentak saat didapatinya seorang pria hendak melecehkan gadisnya itu.

Yesung tersenyum ketika mendapat sebuah ide. Ia berdiri dan tangannya melambai memanggil seorang anak kecil dan menyuruhnya untuk membelikan apa yang diinginkan oleh Yera.

“Chagi.. hyung bisa minta tolong?? Tolong belikan ice cream coklat di toko itu.” Yesung menunjuk sebuah toko yang diikuti oleh arah pandang anak laki-laki di hadapnnya. Anak itu mengangguk dan tak sampai sepuluh menit, anak itu kembali sembari membawa apa yang diperintahkan Yesung. 3 buah ice cream.

“Gomawo…” Yesung mengacak pelan rambut itu dan memberinya ice cream. Anak kecil itu lantas tersenyum senang dan berlari meninggalkan Yesung. Yesung pun kembali menghampiri Yera yang sedang bergumam lantunan lagu sembari tangannya bergerak-gerak seperti memainkan tuts-tuts piano.

“Apa kau menyuruh seseorang untuk membelikan ice cream untukku??” selidik Yera ketika menyadari kedatangan Yesung. Yesung terkekeh lantas duduk di samping gadis itu.

“Kenapa kau selalu berhenti bernyanyi jika oppa datang?? Anni…kenapa kau selalu menyadari oppa menghampirimu??” Yera tersenyum lantas memajukan kepalanya ke tubuh Yesung yang sempat memundurkan tubuhnya.

“Karena ini!!” Yesung mengernyit dengan pernyataan Yera.

“Apa kau sedang bingung oppa??” Yera tertawa kecil lantas kembali melanjutkan ucapannya.

“Karena harum tubuhmu. Itu yang merangsang otakku untuk bekerja cepat ketika kau menghampiriku. Aku hafal betul harummu oppa dan entah sejak kapan itu menjadi candu untukku.” Yesung menatap lekat wajah manis gadis di hadapannya. Sungguh ia merasa beruntung mencintai Yera.

———-

Yera berjalan dengan hati-hati menuju dapur untuk menagmbil air mineral dan beberapa cemilan makanan untuknya dibawa ke kamar menemaninya saat ia belajar dengan huruf-huruf brailee yang ia benci. Ketika tangannya menyambut gagang pintu, gadis itu terdiam mematung. Tersenyum kecut saat kembali menyadari kondisinya yang tidak sempurna. Yesung yang saat itu hendak keluar apartement, melihat seksama Yera yang berdiri di ambang pintu dapur. Hatinya terenyuh. Lantas menghampiri gadis itu.

“Kau mau minum, chagi??” Yera mengangguk lemah. Sungguh hatinya merasa sakit ketika harus terus bergantung pada pria yang dicintainya. Pria yang sedari kecil bersamanya dan pria yang mengabdikan dirinya untuk menjadi mata dalam hidupnya yang gelap. Merka tinggal bersama saat Yesung dan Yera memutuskan untuk meninggalkan panti asuhan, mereka menyewa apartement yang murah. Tetangga pun tak ada yang tahu jika mereka sepasang kekasih, karena saat Yesung menyewa tempat itu, Yesung meyakinkan pemilik apartement kalau mereka adalah kakak beradik.

Yesung bekerja mati-matian untuk kehidupan mereka. Bekerja dari seorang pelayan café sampai penyanyi jalanan. Siapa yang sangka kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik semenjak ada seseorang dari agensi ternama merekrut Yesung menjadi seorang penyanyi karena suara emasnya dan karena ketepatan vocal dan nadanya sehingga ia bisa menjadi penyanyi. Mengingat perjuangan Yesung itu membuat Yera kembali meneteskan air matanya.

“Kenapa menangis?? Uljimayo…” Yesung mengusap perlahan air mata Yera dengan lembut.

“Mianhaae, jika selama ini aku selalu merepotkanmu. Aku tidak berguna oppa. Mianhae, mianhae, mianhe…mi– “ Yesung membekap mulut Yera dengan ciuman yang tak pernah dibayangkan sekalipun oleh Yera. Sebentar. Yesung melepaskan ciumannya dan memeluk Yera.

“Jangan pernah berbicara seperti itu lagi!! Kau tahu setiap kata-katamu itu membuatku terluka. Kita hidup bersama hampir 14 tahun. Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu??!!” Yesung melepaskan pelukannya dan mentap gadis di hadapannya dengan pandangan tajam. Ia marah, kesal terlihat dari wajahnya yang melukiskan gurat kekesalan. Yera menunduk, ia merasakan kekesalan dalam setiap ucapan Yesung itu. Yesung melunak ketika menyadari perubahan Yera. Lantas memeluk tubuh gadis itu lagi dan berbisik lembut padanya.

“Maafkan oppa…” Yera semakin terisak dalam dada Yesung.

————

Angin malam berhembus kuat di sekitar Sungai Han menerpa lembut wajah sepasang kekasih yang sedang duduk menatap pantulan lampu kota yang terlukis di permukaan air sungai. Anni…sebenarnya hanya sepasang mata yang menatap permukaan air tersebut, karena sepasang mata lagi hanya menatap tanpa bisa melihat yang sebenarnya. Yera menyandarkan kepalanya di bahu Yesung. Menghirup dalam aroma parfum yang senantiasa menjadi candu untuknya.

“Bagaimana air itu, oppa??” tanyanya. Yesung menoleh dan mengusap pipi kri Yera perlahan.

“Indah…kita seperti bercermin dalam air yang jernih.” Yera tesenyum samar dan mengangguk.

“Andai aku bisa melihat…” harapnya membuat Yesung terdiam.

“Kau ingin sekali melihat??” Yera mengangguk lemah. “tapi kemungkinan itu bahkan tak ada sedikitpun. Sudahlah, yang terpenting untukku, kau berada di sisiku.” Yesung beringsut memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Yera.

“Kau ingin melihatku bukan?? Kkajja lakukan apa yang sering kau lakukan padaku saat kita kecil dulu.” Yera mengernyit dan Yesung memegang kedua tangan Year. Menaruhnya di wajahnya.

“Sapu seluruh wajahku. Bukankah ketika aku dewasa akan berbeda??” Yera menurut dan memejamkan matanya, membiarkan tangan dan jemari-jemarinya yang bekerja.

“Rambutmu sedikit kasar, apa kau mengubah style-mu?? Bukankah waktu kecil rambutmu sangat lembut?? Karena itu aku suka menarik rambutmu.” Yera terkikik sedangkan Yesung mendengus. Yera mengunci bibir Yesung dengan tangannya ketika dirasa Yesung hendak melancarkan protes.

“Diam!! Biarkan aku mematrimu dalam hati ini.” Yesung menurut dan ia terdiam membiarkan tangan gadisnya menyentuh lembut wajahnya.

“Alismu sedikit lebat..ah apa kau selalu membiarkan rambut menutupi keningmu?? Menyebalkan!!!” ucapnya sembari menyentil pelan kening Yesung.

“Aish!! Jinjja!!!” Yesung memonyongkan bibirnya. Ini yang tak ia sukai jika Yera Yera terkekeh dan kembali menenggelamkan dirinya mematsi wajah Yesung.

“Matamu segaris?? Apa manik matamu tajam?? Alangkah tergetarnya hatiku ketika bisa melihat matamu itu.”

“Pipimu..tirus?? Apa kau kurus? Bukankah dulu ketika kau kecil pipimu sedikit chubby?? Apa ini karena kau merawatku sehingga melupakan dirimu semdiri?? Jika iya aku berjanji aku tak akan merepotkanmu lagi.” Yesung menghembuskan napas putus asa.

“Haruskah kau berkata itu lagi?? Aku kurus bukan karena dirimu. Ini karena kemauanku. Jika kau ingin aku kembali seperti dulu, aku janji akan kembali chubby!!!” Yera menggeleng keras membuat Yesung menatap aneh padanya.

“Jangan!! Jangan karena aku!! Itu sama saja kau melakukannya terpaksa. Lakukan sesuai kata hatimu!! Aku tak ingin kau menjadi dirimu hanya karena aku.”

Yera terdiam sebentar ketika tangannya menyentuh bibir tipis Yesung. Ada desiran aneh yang kuat menjalar di aliran darahnya. Menggigit perlahan bibir bawahnya. Teringat saat dirinya dicium oleh Yesung. Yesung menyeringai lantas memajukan wajahnya ke hadapan wajah Yera yang hanya terpaut beberapa centi jarak sehingga hembusan napasnya menyapu lembut kulit wajah Yera.

“Apa kau mau lagi?? Jantungmu berdegup kencang, apa kau…” godanya membuat Yera salah tingkah.

“Jangan menggodaku Tuan Kim!!” ujarnya seraya berdiri dan meregangkan tubuhnya yang sedikit pegal. Sebenarnya itu dilakukan untuk menyamarkan jantungnya dan rona wajahnya yang memerah. Yesung tertawa keras. Ini sudah kesekian kalinya ia menggoda gadisnya itu dan berakhir seperti ini.

“Aku lelah… kkajja!!” Yera berjalan mendahului Yesung dan berjalan dengan hati-hati. Tangannya terus saja terulur  ke depan guna membantunya untuk berjalan. Yesung yang di belakang gadis itu terus saja mengawasi gadisnya  sampai  ia beringsut menghampiri Yera ketika dirasa gadis itu hampir oleng.

“Jangan membantah!!” ucapnya tegas sembari menggendong tubuh Yera menuju parkiran mobilnya.

———–

Yera duduk bersilah di depan sebuah meja kecil yang terletak di sisi kamarnya yang bernuansa biru. Walau gadis itu tidak bisa melihat warna kamar yang sengaja di cat oleh Yesung, tetapi ia bisa merasakan warna lembut dan menyejukkan seolah ia berada di sebuah pantai.

Bunga anggrek berwarna putih yang ia sukai tertata rapi di sebuah meja dekat dengan bed-nya yang juga bersprai biru dengan motif kotak-kotak tercampur putih. Kamar yang dipersiapkan oleh Yesung untuk kekasihnya sesuai dengan apa yang kekasihnya itu suka.

Ia mengambil sebuah buku yang bertuliskan huruf-huruf brailee dan ia tersentak saat tangannya merasakan sebuah angka. 23. Ia mendesah dan memukul pelan kepalanya.

“Kenapa aku sampai lupa??” ia berdiri dan mendekati pintu kamarnya sembari menghitung langkahnya.

“10 langkah dari tempat tidur menuju pintu kamar.” Ia memutar knop pintu dan berdiri sebentar. Menghirup oksigen lantas berjalan pelan sembari menghitung. Ini merupakan kesempatannya untuk mengelilingi semua ruangan dalam apartement ini. Yeah, kesempatan ketika tidak ada Yesung. Pria itu sedang sibuk mempromosikan album barunya. Jika Yesung berada di sini, mungkin pria itu dengan cerewetnya menasehati Yera. Pria posesif, tetapi tetap mengerti apa yang diinginkan oleh Yera dan pria yang tidak terlalu mengekang kebebasannya.

Yesung yang sedari tadi sudah ada di dalam apartement dan hendak pergi ke dapur, mendadak menghentikan langkahnya ketika melihat sosok Yera yang berjalan mondar-mandir sembari menghitung langkahnya. Sebenarnya Yesung khawatir jika dalam langkahnya gadis itu menabrak sebuah gucci sehingga pecah dan gadis itu menginjak pecahan gucci itu. Tetapi karena kemauan Yera yang kuat untuk tidak bergantung padanya membuat Yesung hanya mengikutinya dari belakang.

“Dari kamar menuju pintu keluar 30 langkah.” Yesung terkikik pelan tidak ingin membiarkan gadis itu tahu.  Dari kamar menuju dapur 15 langkah. Dari kamar menuju beranda 17 langkah dan..”

“Dari hatiku menuju hatimu tak ada jarak yang memisahkan,” ucap Yesung tiba-tiba membuat gadis itu terhenti dari langkahnya.

“Opp…oppa… kau sudah datang?? Lewat mana?? Kenapa aku tidak mendengar pintu terbuka?? Dan kenapa juga aku tidak merasakan kehadiranmu?” Tanya Yera bertubi-tubi membuat Yesung terkekeh.

“Wahhh, berarti kau 1x kehilangan kepekaanmu terhadap oppa!!” Yera mendengus lantas berjalan menghampiri sofa. Duduk. Dan menyumpal telinganya dengan earphone yang ia bawa.

“Ckck!! Kau marah?? Kekeke… oppa sudah datang sejak tadi bahkan sejak kau pertama keluar dari kamarmu.” Yesung menghampiri Yera dan ikut duduk di sampingnya. Membuka earphone yang dipakai gadis itu agar bisa mendengarnya bicara.

“Kau sudah makan??” Yera mengangguk dan menyentuh setiap lekukan wajah Yesung.

“Kau tampan!!” ujar Yera lirih. Sesuatu yang hangat menggantung di pelupuk matanya.

“Seharusnya kau menemukan gadis yang lebih baik dariku. Gadis itu bisa melihat, tidak sepertiku yang mungkin seumur hidupku tak akan bisa melihat wajah tampanmu.” Gadis itu menangis. Ini yang paling ia takutkan. Tak ada kesempatan sekalipun untuk melihat wajah kekasihnya. Yesung menempelkan jarinya ke bibir Yera. Menyuruh gadis itu untuk berhenti beromong kosong.

“Semua pasti akan baik-baik saja!! Kau pasti akan bisa melihat. Melihat betapa indahnya dunia ini. Betapa tampannya wajahku.” Yesung terkekeh dan memeluk tubuh Yera lebih dalam seolah takut untuk kehilangannya. Seolah sebuah takdir yang akan memisahkannya.

“Aku janji akan membuatmu bisa melihat lagi. Apapun itu caranya.” Batin Yesung terenyuh.

———————–

Yera berjalan tertatih dibantu dengan sebuah tongkat yang menuntunnya untuk berjalan. Sungguh ini pertama kalinya ia berjalan seorang diri tanpa Yesung. Benar untuk saat ini, gadis itu benar-benar bergantung padanya. Dengan berbekal indra penciuman, gadis itu berjalan menyusuri trotoar. Tak jarang pula ia menabrak pejalan kaki lainnya. Menabrak tiang-tiang yang berdiri angkuh di jalanan. Dan sampai terjatuh membuat seorang wanita paruh baya menghampirinya dan membantunya untuk berdiri.

“Mianhae, apa ahjumma bisa membantumu??” Yera memejamkan matanya perlahan dan mengangguk.

“Mianhamnida ahjumma jika aku merepotkan Anda.” Wanita itu terssenyum dan memapah Yera sembari sesekali berbasa-basi.

“Kalau boleh tahu, kau mau kemana??”

“Aku mau ke toko kue, malam ini kekasihku akan berulang tahun. Bisakah ahjumma mengantarku??”

“Dengan senang hati, chagi… kau itu seumuuran dengan anak ahjumma. Jadi kau jangan sungkan pada ahjumma.” Yera tersenyum manis dan memeluk wanita itu. Perasaan yang ingin ia rasakan ketika dipeluk oleh seorang ibu. Hangat dan nyaman.

———————–

Yesung berjalan dengan tergesa-gesa. Perasaannya tiba-tiba sesak, napasnya tercekat. Kerongongannya terasa kering. Wajahnya melukiskan berbagai ekspresi. Kesal, marah, khawatir, takut dan sedih saat menyadari Yera tidak ada di kamarnya. Saat itu Yesung hendak mengajak Yera untuk makan malam sekaligus merayakan hari ulang tahunnya yang mungkin menjadi yang terakhir baginya. Satu demi satu pintu sebuah ruangan ia banting. Mencari sosok Yera yang entah sejak kapan menghilang. Padahal jelas-jelas ia masih berada di apartement-nya. Ia menjambak kuat rambutnya. Frustasi karena tak ada siapapun. Ia tidak ingin jika makna perkataan Yera tadi siang menjadi kenyataan. Ia juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu. Pria itu melirik sekilas arloji-nya. Pukul 11.55 PM. Yesung mendesah dan menghembuskan napas kesal.

“Ra-ya, neo eodisseo?” Yesung hendak membuka pintu apartement-nya dan mencoba mencari Yera di luar apartement. Ia yakin betul Yera pergi diam-diam tanpa ia ketahui. Tetapi kemungkinan itu perlahan sirna ketika masih terpasang rapi benda-benda milik gadis itu.

“Aish!! Seharusnya jika kau ingin pergi katakan padaku terlebih dahulu. Aku mengkhawatirkanmu bodoh!!” racau Yesung sembari memutar knop pintu. Pria itu tidak langsung berjalan, akan tetapi ia mematung. Meneliti setiap inchi tubuh gadis di hadapannya dengan seksama.

“Neo!!! Dari mana saja, huh?!!” pekik Yesung. Yang ditanya hanya diam saja. Kedua tangannya ia letakkan di belakang tubuhnya sampai jam di dalam apartement-nya berdentang menunjukkan pukul 00.00 KST.

“Saengil chukkahamnida, oppa…. Saranghaeyo…. Jeongmal saranghaeyo….” Ucap Yera sembari memberikan sebuah kue tart dengan angka 29 di atasnya.

“Mianhae jika aku menghilang mendadak. Aku hanya ingin member kejutan untukmu. Ini ada amplop untukmu, mianhae bukan aku yang menulisnya. Aku meminta penjaga toko untuk menuliskannya.

Karena aku mencintaimu…

Hatiku telah terikat oleh hatimu…

Setiap kerja otakku,

Selalu mentransfer tentangmu ke seluruh aliran darahku.

Berdesir hangat dan tak ingin terganti.

Setiap memory otakku akan selalu berputar slide-slide wajahmu…

Memandang dengan mata hati

Terpenjara dalam jiwa…

Mengikat jiwa ini..

Mematri setiap sisi hati…

Setiap jarak yang kulangkahkan

Sejauh apapun itu

Akan tetap tertarik magnet yang ada pada dirimu…

Kelemahanku,

Tak pernah bisa melihat ciptaan Tuhan yang paling indah

Menangis dalam diam

Tersenyum dalam luka..

Memohon di hari ini

Kau berbahagia selalu…

Saranghaeyo,, naega jeongmal sarangheyo

You’re my destiny

My be half soul

My oxygen

MY EVERYTHING

 

-Choi Yera-

240812

 

Yesung terdiam, air matanya merembes di kedua pipinya.

“Mianhae aku tidak bisa memberi kado apa-apa untuk oppa…” Yesung tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ketelinga Yera.

“Aku ingin kau bahagia dengan mata barumu…” Yera mengernyitkan dahinya.

“Aku tidak mengerti…”

“Besok bangunlah pagi-pagi dan kita akan ke rumah sakit. Ada seseorang yang mau mendonorkan matanya untukmu.” Wajah Yera berbinar dan mengangguk semangat. Sedangkan Yesung hanya tersenyum dengan melukiskan gurat wajah yang tak bisa dijelaskan.

“Asal kau berjanji aka nada di sampingku kelak saat aku membuka keduamataku untuk yang pertama kalinya.” Yesung mengangguk dan menautkan kelingkingnya dengan kelingking Yera.

——–

Yera mengerjap-ngerjapkan matanya secara perlahan. Setelah berjam-jam lamanya ia dibuat pingsan demi kelancaran operasinya. Ia memekik senang karena apa yang ia impikan terwujud. Walau pandangannya masih terlihat buram karena belum terbiasa untuk melihat. Ketika fokusnya stabil, gadis itu mengedarkan pandangannya mencari sosok pria yang dicintainya.  Tidak ada. Mungkin dengan mata ia tak bisa mengenali, namun dengan hati ia akan tahu dimana Yesung berada. Yera mulai memejamkan matanya. Menghirup dalam-dalam harum tubuh Yesung. Ia frustasi ketika yang ia cium hanya bebauan obat yang menyengat. Ia mulai memberanikan diri bertanya pada suster yang tadi membukakan perban di matanya.

“Mianhamnida, apa Anda mengenal seorang pria yang membawaku kemari??” suster itu diam, pandangannya ia tujukan pada sosok pria yang berpakaian jas putih. Yera tahu kalau itu seorang dokter.

“Jeosonghamnida Nona Choi, jika yang Anda maksud Tuan Kim Yesung. Ia…” Yera bergeming. Entah kenapa ucapan dokter itu membuat seluruh oksigen mencampakkannya.

“Tuan Kim Yesung… yang mendonorkan mata untuk Anda.” Seperti tertusuk ribuan jarum. Seperti tersambar petir. Air mata Yera tumpah ruah. Ini tidak mungkin untuknya.

“JANGAN KATAKAN SESUATU YANG BURUK TENTANGNYA!!!!” pekiknya sembari mencabut selang-selang yang tertanam di tangannya dan segera beringsut turun dari ranjangnya sampai beberapa perawat lain mendorong sebuah ranjang jalan memasuki ruangannya. Kaki Yera mulai melemas. Cairan hangat merembes deras keluar dari pelupuk matanya yang sedari tadi menggantung perih.

Gadis itu mulai mendekati tubuh kaku pria yang dicintainya itu. Pucat dan dingin. Berbeda saat ia menyentuh Yesung kemarin hari.

“Babo!! Cepat bangun!! Ini hari ulang tahunmu!! Traktir aku makan ice cream!!” ujar Yera lirih. Ia meyakini kalau Yesung hanya berakting mengingat ia ingin sekali menjajal dunia acting.

“Yesung oppa… apa kau tidak mencintaiku?!!! Ppalliwa bangun!! Bagaimana bisa kau mendonorkan matamu agar aku bisa melihat jika focus yang ingin kulihat terbujur kaku tanpa nyawa seperti ini??!”

“Kau anggap dirimu apa, huh?? Pahlawan??!! Aku lebih memilih buta seumur hidup daripada bisa melihat tanpa ada kau dalam setiap pandanganku!!” Yera menenggetarkan bahu Yesung yang kaku.

“Tuan Kim!! Kita bersama sudah 14 tahun!! Aku belum mengenal dunia ini!! Bangunlah!! Aktingmu payah sekali!!” Yera menangis sejadi-jadinya sampai pandangannya kabur dan ia tak sadarkan diri.

A few days later

 Seorang gadis tengah menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya. mata gadis itu bengkak, seperti menangis tanpa henti.

Setelah pemakaman Yesung, Yera lebih mengurung diri di kamarnya. Kamar yang selalu ia impikan. Ia merindukan Yesung. Sangat merindukan pria tampan itu.

“Kenapa kau pergi dari hidupku?? Aku belum memberikanmu hadiah ulang tahun. Bukankah kau menginginkan aku??” lirihnya sembari menyayatkan silet di pergelangan tangannya.

“Saranghaeyo….”

THE END

Mungkin ketika kau membaca surat ini aku sudah ada di surga.

Mianhaeyo jika aku tidak bisa membahagiakanmu..

Bukankah kau ingin melihat??

Bagaimana dunia itu?? Ahh… bukankah kau bersikeras ingin melihatku?

Bagaimana?? Aku tampan bukan??

Aku tidak bisa berkata romantic apapun.

Ahh sudahlah ini membuatku gila. Mencari setiap kata, tetapi tetap saja aku tak bisa romantis.

Jinjja!! AKU SANGAT MENCINTAIMUUUU CHOI  YERA!!!

Aku menunggumu di sini.


Tittle                                    : SPY

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

Genre                                  : AU! Action(?), gaje

 

Lenght                                : Multichapter

 

Words                                 : 2,146

 

Cast                                     : Choi Year (Lee Hye Woon), Kim Yesung

 

Support Cast                      : Choi Siwon (Lee Hoo Woon), Lee Eunhyuk

 

Disclaimer                          : FF ini milikku yang ke-5, All Cast milik Tuhan YME, FF waras ke 4 ku. DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

Gadis itu mengeratkan jaket kulit berwarna hitam yang dipakainya.ia melepaskan kacamata hitam dan tersenyum.

“Masih sama dengan 5 tahun yang lalu….” Gumamnya sembari memakai kembali kacamatanya lantas menarik sebuah koper berwarna biru muda meninggalkan airport

“Yera-ya..” merasa namanya dipanggil, gadis itu menoleh ke belakang. Terlihat seorang pria bertubuh tinggi tegap, berparas tampan. Pria itu memakai celana denim dan kemeja berwarna putih lengkap dengan kacamata hitamnya. Pria itu tersenyum hangat sehingga menampakkan lesung pipi di kedua pipinya. Sungguh menambah daya pikatnya.

Yera hanya berdiri mematung tanpa ekspresi kemudian melepaskan kacamatanya dan menaruhnya di atas kepalanya. Di tumpukkan rambut yang terkuncir asal.

Yera meneliti pria di hadapannya, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Detik kemudian gadis itu menghambur ke pelukan sang pria.

“Bogoshippoyo oppa….” Pria itu hanya terkekeh melihat tingkah dongsaeng-nya yang kembali manja terhadapnya setelah sekian lama terpisah. Semenjak gadis itu memutuskan untuk melanjutkan studi-nya di Amerika.

“Oppa juga merindukanmu, chagi….” Siwon – nama pria itu – menarik hidung Yera dan langsung menggandengnya menuju ferrari hitam yang terparkir sembarang di pelataran airport.

”Kukira kau menyuruh tangan kananmu untuk menjemputku,” cibir Yera membuat tawa kecil terlontar dari mulut Siwon.

”Eunhyuk hyung maksudmu?? Hahahhaha mana mungkin oppa tidak menjemputmu, kau itu dongsaeng oppa satu-satunya. Lagipula bukankah Eunhyuk hyung menyukaimu?? Wajar saja bukan jika ia mau menjemputmu.” Siwon mengerling ke arah Yera yang justru membuat gadis itu ingin sekali menendang keluar Siwon karena telah mengoceh yang tidak penting kepadanya. Ia merutuki kehidupan sebelumnya, kenapa sampai bisa mendapatakan kakak seperti Siwon itu??

”Aku tidak berniat mendengar cerita apapun tentang pria itu.” Yera mendengus kesal lantas lebih memilih mendengarkan musik dari iphone-nya lewat earphone yang ia pakai.

”Arraseo…dan kau akan tinggal bersama oppa. Jangan membantah!!!” ujar Siwon dengan tegasnya ketika terlihat dari sudut matanya Yera hendak mengajukan protes.

”Hemhh…” gadis itu menyandarkan dirinya di sandaran kursi samping kemudi. Matanya terpejam tidak berniat menikmati hiruk pikuk suasana di Korea dan lebih memilih untuk berjalan ke arah mimpi. Siwon yang di sampingnya hanya tersenyum lantas kembali fokus mengemudi.

Yera duduk dengan memandang lekat ke arah Siwon yang sibuk dengan mengurus berkas-berkas di meja kerjanya. Ingin gadis itu membakar berkas-berkas tersebut. Berkas-berkas perusahaan yang tidak ia sukai untuk sekarang. Sebenarnya kalau mood gadis itu sedang dalam kondisi baik, ia pasti bisa membantu Siwon mengingat di Universitas-nya gadis itu mengambil fakultas Ekonomi Managemen. Tetapi untuk sekarang, ia jenuh. Ia terus saja mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Berusaha mencari perhatian sang kakak. Tapi tetap saja Siwon yang memang mempunyaii konsentrasi penuh atas apa yang ia kerjakan tidak mempedulikan ulah sang adik.

Yera mendengus lalu beranjak pergi sampai tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah bingkai foto. Untungnya gadis itu mempunyai refleks yang bagus sehingga dengan mudahnya menangkap bingkai foto tersebut yang hampir terjatuh. Jika saja itu terjadi, dipastikan Siwon akan mengamuk karena benda yang ia punya dipegang sembarang. Yera membalikkan bingkai foto itu yang ada di telapak tangannya. Ia tergelak melihat dua sosok orang yang sangat ia rindukan. Matanya tiba-tiba perih dan tidak ia sadari, ia menangis.

Pasalnya dua sosok itu adalah kedua orang tua mereka yang telah lama meninggal. Kedua orang tua yang ia sayangi sekaligus yang ia benci. Ia membenci mereka karena telah membuat hidupnya dan Siwon menderita. Kehidupan yang tak layak untuk usia mereka. Siwon yang saat itu berusia 10 tahun harus berjuang mati-matian mempertahankan hidupnya dan hidup adiknya yang saat itu berusia 5 tahun. Kehidupan mereka yang jauh dari kata aman mengingat ayah mereka – Choi Seung Hyun – adalah ketua mafia terbesar. Mafia yang disegani oleh kelompok yang lain karenakelakuan Seung Hyun dan anggotanyatidak berkeprikemanusiaan.

Mafia yang selalu diburu oleh Secret Korean Agency (SAK). Dan dengan kelihaiannya meloloskan diri, akhirnya SAK bekerjasama dengan FBI. Entah nasib buruk apa yang menyambut Seung Hyun, ia tewas tertembak tepat di jantungnya oleh orang kepercayaannya sendiri. Yang ternyata adalah agen SAK yang di sengaja tugaskan untuk mendekati Seung Hyun guna mencari keberadaan dan kelemahan pria itu. Dan sejak saat itu Siwon dan Yera mengganti nama mereka beserta marga mereka menjadi Lee Hoo Woon dan Lee Hye Woon. Mereka mengikuti marga sang ibu yang sampai sekarang tidak ada seorang pun yang tahu siapa, karena semasa hidupnya Seung Hyun mengaku tidak mempunyai istri hanya untuk menjaga keamanan anak-anak dan istrinya. Tapi siapa yang sangka jika identitas ssang anak lah yang diketahui terlebih dahulu sehingga Siwon dan Yera menjadi perburuan, baik SAK dan FBI maupun mafia yang lain yang berniat balas dendam pada Seung Hyun.

Sang ibu meninggal sehari setelah pemakaman Seung Hyun karena rasa cintanya pada suaminnya itu sehingga membuatnya depresi dan memutuskan untuk bunuh diri. Sejak saat  itu keberuntungan berpihak pada Siwon dan Yera. Siwon yang dianugerahi otak yang jenius dalam bidang bisnis mampu merancang bisnisnya yang dimulai kecil-kecilan sehingga sukses sampai sekarang. Siapa yang tidak mengenal Siwon atau Hoo Woon sang pengusaha muda tersukses sekaligus pemilik LEE CORPORATION yang mempunyai cabang hampir di seluruh kota di Korea.

Yera mengusap air matanya. Ia berjalan keluar menuju kamarnya. Sesaat setelah di depan piintu kerja Siwon gadis itu kembali memasang wajah dinginnya. Seiring kepergian ssang adik, Siwon mendongak sebentar lantas tersenyum getir.

”Mr. Jeremy…” panggil seorang pria berambut pirang pada pria yang berpakaian jas lengkap dan mempunyai wajah oriental Asia di sebuah lobi gedung berlantai 3. Pria yang dipanggil Jeremy itu pun menoleh lantas tersenyum dan membungkukkan badannya-sesuai dengan adat negaranya-. Pria berambut pirang pun mengerti karena ia telah lama bekerja sama degan Jeremy.

”Ya..Mr. Michael?? How Are You??” Jeremy berusaha berbasa-basi yang ternyata hanya disambut oleh uluran tangan Michael memberikan sebuah passport dan tiket pesawat penerbangan Korea.

”Penerbangan 2 jam lagi. Identitas mereka akan saya kirim melalui e-mail ketika Anda telah sampai di Korea. Dan yeah, di sana Anda akan ditemani seorang partner yang akan menjemput Anda di airport. Saya harap Anda akan melakukan tugas ini dengan baik sesuai dengan harapan almarhum ayah Anda.”

”Saya mengerti. Terima kasih.” Jeremy lantas kembali membungkukkan badannya sebelum meemutuskan untuk pulang ke apartement-nya. Berpamitan dengan sang ibu dan menyiapkan segala yang ia perlukan untuk pulang ke negaranya. Korea. Negara gingseng yang ia tinggalkan karena sang ayah menungsikan dirinya dan sang ibu dengan alasan demi keamanannya. Dan juga meninggalkan cintanya pada seorang gadis kecil. Gadis kecil yang berusia 5 tahun yang menegurnya ketika ia menangis di Sungai Han karena saat itu ia bertengkar dengan sang ayah. Sebenarnya saat itu ia malu kaarena usianya suddah terbilang bukan anak-anak lagi. 13 tahun, bukankah usia yang menginjak remaja??

Jeremy memekik senang dan menyunggingkan seulas senyum di wajahnya yang selalu terpasang ekspresi dingin ketika tahu ia akan ditugaskan ke Korea. Bukankah dengan kembalinya ia ke Korea, ia juga bisa mencari keberadaan gadis itu dengan hanya berbekal ingatan masa kecil di Sungai Han. Ia berharap gadis itu selalu berkunjung di sungai tersebut. Terlihat saat itu, gadis kecill tersebut sedang meengendarai sepeda kecil besrta perlengkapan lengkap bersepeda. Pria itu melirik arloji-nya yang terpampang angka 10, ia menambah porsche hitamnya agar segera sampai di apartement-nya di wilayah Washington.

”Yera-ya,” panggil seorang p            ria berbadan sedang berwajah taampan dan berambut sedikit kemerahan memakai kaos berekerah berwarna putih di sebuah beranda rumah. Pria itu berlarri kecil menghampiri gadis yang berbalut celana jeans pendek dan sebuah blouse berwarna putih dan dipadu dengan sepatu cats warna senada dengan blouse. Leher jenjang gadis itu terekspos jelas karena ia menggelung rambutnya asal dan membiarkan anak rmabut menari-nari tertiup angin di beranda tersebut membuatnya terlihat…err…seksi. gadis itu mendengus kesal ketika tahu siapa yang memanggilnya. Ia lantas berjalan melewati Eunhyuk yang masih berdiri dengan wajah terkagum-kagum. Ia berusaha berjalan cepat sampai tangan Eunhyuk menahannya di bahu gadis itu. Yera menghentikan langkahnya dan menatap tajam sang pria yang hanya tertawa kecil.

”Hei, beginikah caramu menyapa seseorang?? Bukankah di Amerika cara menyapa dengan memberikan ciuman kecil??” godanya sembari mengerling nakal. Eunhyuk bukan mencoba melecehkan Yera, hanya saja ia ingin bergurau dengan gadis yang ia sukai. Gadis yang mampu mengalihkan dunianya. Gadis yang sampai sekarang tidak membalas perasaannya sehingga cintanya terkena syndrom cinta bertepuk sebelah tangan.

”Cih!! Persetan dengan cara itu!! Aku tidak sudih!!!” ucap Yera ketus membuat pria di hadapannya terkekeh.

Yera lantas melirik tajam tangan Eunhyuk yang masih berada di bahunya. Memintanya untuk melepaskan. Eunhyuk mengerti dan tertawa kecil lantas menarik tangannya dan mengangkat kedua tangannya seperti tanda menyerah.

”Waow.. sepertinya cuaca panas membuatmu meledak-ledak seperti ingin memuntahkan lahar panas. Dan ketika kau marah, kau justru lebih terlihat sexy.” Yera hanya tersenyum sinis. Ia lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya. Eunhyuk menghembusakan napas berat setelah kepergian Yera. Sungguh jauh di lubuk hatinya, ia merasakan perih dan nyeri merasakan perlakuan Yera terhadapnya. Tetapi karena rasa cintanya yang kuat, ia dengan sukarela merasakan perlakuan Yera. Baginya tak apa jika Yera memperlakukan dirinya seperti itu asalkan kebahagiaan selalu menyertai gadis itu.

”Hyung….” panggil Siwon membuat Eunhyuk yang masih memperhatikan langkah Yera tersentak.

”Yeah?? Siwon-ah, Yera kapan kembali ke Korea??”

”Hyung, tolong jangan panggil nama asli kami. Kau tahu bukan?? Panggil aku Hoo Woon dan Yera dengan Hye Woon.” Siwon menepuk pelan bahu Eunhyuk.

”Arraseo.. mianhae,” sesalnya. Bagaimanapun juga Eunhyuk tahu cerita kehidupan mereka seperti apa. Karena Eunhyuk pun adalah salah satu anak dari adik sepupu Seung Hyun. Lee Ji Hoon. Lee Ji Hoon sebenarnya mempunyai dua orang putra yang diberi nama Lee Eunhyuk dan Lee Donghae. Namun saat peristiwa itu pula putra bungsu Ji Hoon pergi entah kemana bersama dengan istrinya. Istrinya hanya membawa Donghae karena Eunhyuk saat itu sedang pergi bermain dengan Siwon.

”Sudahlah tak apa. Tentang pertanyaanmu, Hye Woon kembali kemarin sore.  Kau ada apa kesini hyung??”

”Eoh?? Aku kemari hanya ingin mengajakmu mengecek persediaan persenjataan kita. Kau ada perlu kah??”

”Anniya… kkajja!!!” saat mereka hendak pergi mataa mereka tertumbuk pada sosok Yera yang berpakaian berbeda dari semula. Penampilan gadis itu lebih casual. Jeans panjang dan kaus pendek dirangkap dengan jacket hitamnya. Ia juga memakai sepatu cats berwarna biru. Tak lupa gadis itu pula memakai kacamata hitamnya dengan rambut bergelombang dibiarkannya tergerai.

”Hye Woon-ah, kau mau kemana??” tanya Siwon penasaran.

”Aku mau ke airport, menjemput temanku,” jawabnya dengan begitu hangat sembari tersenyum. Eunhyuk tergelak, ini pertama kalinya ia melihat senyuman hangat yang disunggingkan oleh Yera, yah walaupun senyuman itu bukan untuknya, ia justru merasa bahwa senyuman itu ditujukan padanya.

”Mau kuantar??” tanya Eunhyuk. Yera menggeleng keras lantas berjalan meninggalkan mereka. Eunhyuk kembali tersenyum getir. Siwon yang tahu perasaan Eunhyuk sebenarnya hanya menepuk pundak Eunhyuk menciba menguatkannya dari perlakuan dingin Yera.

”Benar kau mau kembali??” tanya Song Seung Ah pada anaknya yang sedang memsukkan beberapa pakaian ke koper hitam yang tergeletak di bed anaknya.

”Nde eomma, ini tugasku.” pria itu berlutut dan menumpukan tangannya di pangkuan sang ibu disusul dengan kepalanya yang ia baringkan.

”Jeremy…anni….Yesung-ah, sesampainya di sana kau harus menempati rumah kita, nde??” Seung Ah mengelus rambut anaknya. Ada perasaan tidak rela yang menyelimuti ketika melihat anaknya harus pergi demi tugas yang cukup berat. Ia takut jika sesuatu yang terjadi pada suaminya – Kim Woo Bin – terjadi juga pada anak satu-satunya.

Kim Woo Bin ditemukan tewas di dalam ruang kerjanya tanpa wasiat apapun atau lebih tepatnya seperti ada yang sengaja disembunyikan dan dirahasiakan sampai mati. Seung Ah yang saat itu hendak memanggil Woo Bin untuk makan malam berteriak histeris melihat tubuh tanpa nyawa suaminya. Diduga Woo Bin tewas karena aksi bunuh diri yang terlihat dari sayatan di pergelangan tangannya. Oleh kareena itu Seung Ah tidak ingin Yesung mengikuti jejak Woo Bin dan hanya cukup sampai mengikuti profesi sang ayah.

Seung Ah beranjak keluar menuju kamarnya dan kembali lagi sembari membawa sebuah kotak kayu dan memberikannya pada Yesung. Yesung kemudian membukanya dan ia terhenyak lantas memandang lekat wajah sang ibu untuk meminta penjelasan dari benda yang ia lihat.

”Ini adalah kalung yang dititipkan pada ayahmu dari atasannya untuk diberikan pada anak gadisnya.” Yesung mengernyitkan dahi. Bukankah selama ini ayahnya adalah seorang direktur?? Yaa.. di samping profesinya menjaddi agen SAK.

”Jika kau ingin tahu siapa gadis itu. Ibu juga tidak tahu. Ayahmu hanya berpesan seperti itu atasan ayahmu saja ibu tidak tahu. Tetapi sehari sebelum ayahmu meninggal, beliau bercerita kalau ia dan atasannya sangatlah dekat sebelum ia menyelesaikan tugas dari SAK dan FBI.” Seung Ah menghembuskan napas berat karena telah mengingat kenangan pahit itu. Yesung yang menyadari perubahan wajah Seung Ah menutup mulutnya untuk semakin bertanya walaupun dalam otaknya ia terus saja berputar pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada sang ibu. Ia tidak mau jika ibunya itu membuka lebih dalam luka lama yang telah sedikit demi sedikit tertutup.

Yesung menyeret kopernya sembari mencari-cari seseorang yang menjemputnya dan juga sebagai partner-nya. Ia ingat ucpan Mr. Michael lewat pesan yang dikirim ke ponselnya. Seorang gadis. Yesung mendesah, haruskah seorang gadis?? Bukankah dengan adanya seorang gadis di samping pria yang notebene sedang menjalani tugas penting malah justru membuat sang pria repot??

”Yang benar saja… sehebat apa gadis itu sehingga Mr. Michael mempercayainya untuk menjadi partner-ku!!” gerutu Yesung sembari berjalan mondar-mandir tanpa arah sampai sebuah tangan menghentikannya. Yesung tersentak, lantas memutar tubuhnya dan ia terhenyak lantaran seorang gadis di hadapannya. Cantik. Itulah kata yang melintas di pikiran Yesung saat pertama kali melihatnya. Kelopak matanya bahkan sampai lupa untuk bagaimana cara berkedip. Bukankah itu sangatlah wajar bagi seorang pria??


Name : Kim Jong Woon

DoB : Cheonan, 24 Agustus 1984

 

 

 

Name : Choi Yera

DoB : Seoul, 21 May

 

 

 

 

Name : Kim Yee Woon

DoB : Seoul, 09 April

 

 

Name : Kim Yee Neul

DoB : Seoul 09 April

 


Tittle                                      : N(ever)

 

Author                                   : YuanitHEE (raeHEEchul)

 

Blog                                        : http://www.naddictator.wordpress.com

 

Genre                                     : AU! ;  Action

 

Rating                                    : T-15

 

Lenght                                   : Oneshoot

 

Words                                    : 4,516

 

Cast                                        : Kim Ye Sung; Choi Ye Ra

 

Support Cast                                    : Choi Rae Hee; Kim Hee Chul; Lee Sung Min

 

Disclaimer                            : FF ke-69 ini punya Author. Choi Rae Hee milik Kim Hee Chul. Other cast ? for you guys ^^  

 

Note                                       : Authorfic, Copyright*

 

 

Happy Reading ^^

 

==================================

Pria itu berlari terseok, sambil sesekali menoleh ke belakang seolah memastikan kalau tidak ada yang mengikutinya. Tangan kanannya yang memegang pistol, sudah menekan dengan kuat dada kiri bagian atas yang mengeluarkan darah.

Napasnya tersengal, bibirnya sudah pucat, dan peluh membanjiri seluruh wajahnya. Yang ia tahu… ia harus segera menemukan tempat yang aman agar bisa menyelamatkan dirinya. Peluru sialan yang bersarang di dadanya… harus dikeluarkan segera.

Dalam kegelapan malam dan suhu ekstrem musim dingin, ia berusaha bertahan, mengatur napasnya sambil tetap berlari. Darah menetes dari dadanya, menodai putihnya salju yang ia langkahi. Tepat saat ia berbelok, satu peluru lagi mengenai dinding di sampingnya. Nyaris saja.

Ia menyadari kalau dirinya telah ‘ditemukan’ dan memutuskan untuk keluar dari wilayah peti kemas pelabuhan itu. Berlari menyusuri gang kecil dan sampai di jalan raya tepat saat sebuah mobil melintas dan menabraknya.

Ia bernapas dengan susah payah sambil berusaha bangkit dari terbaringnya ia di jalanan yang dingin. Ia merasakan tangan seseorang tengah membantunya dan menanyakan keadaannya dengan panik.

Ia tahu kalau seseorang itu adalah seorang gadis karena jeritan syok gadis itu saat melihat ia terluka.

“Tolong… Aku…” Hanya dua kata itu yang sempat digumamkannya karena setelah itu… ia hanya bisa sibuk mengatur napasnya agar tetap ‘sadar’.

Ia mengikuti gadis yang membopohnya ke arah mobil dan membaringkannya di kursi belakang penumpang. Sementara ia bisa merasakan kalau gadis itu cepat-cepat masuk ke dalam mobil, melesatkan mobilnya lebih cepat sepuluh detik saat pria lain yang ‘mengejar’nya itu keluar dari gang.

Pria lain itu melihat pistol tergeletak di sudut gang dan bercak darah di jalan yang terutup salju tipis, membuatnya yakin kalau mobil yang baru saja melintas telah membawa pria yang diburunya. Pria itu mengeluarkan ponsel, menekan beberapa tombol. “Dia lolos,” lapornya kepada sang atasan.

Ia mendengarkan sejenak, lantas mematikan sambungan teleponnya, menunggu sebentar sampai ada mobil lain yang menjemputnya.

****

Arraseo!!! Aku sudah akan pulang, Saengiya….”

Choi Ye Ra melangkah keluar lift gedung tempatnya bekerja dan menghampiri Chevrolet hitam hasil pinjaman paksanya dari Lee Sung Min, sahabatnya yang baik hati karena mobilnya sedang di bengkel.

Yah… Sebenarnya tidak hanya meminjam paksa, tapi menyogok sekaligus mengancam dengan sadis yang entah dia pelajari dari mana kata-kata sadisan itu. Kekasih sang adik-kah? Tidak tahu. Yang jelas dia tidak perlu pulang naik bus di larut malam karena harus kerja lembur seperti sekarang ini. Sung Min toh sudah pulang dari tadi dengan menggunakan bus.

Ye Ra memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menaruhnya di kursi penumpang samping kemudi, mulai menjalankan mobil Sung Min meninggalkan lokasi parkir gedung perusahaan keluarga Shin.

Jalanan kota Seoul yang sepi dan tertutup salju tipis. Seminggu lagi natal tiba dan dia belum mengurus ijin cutinya, belum menyiapkan segala hal untuk menyambut natal tahun ini. Ia menopangkan sikunya di jendela yang tertutup saat traffic lamp berubah merah.

Kemudian… Ia menjalankan mobilnya kembali dan berbelok ke kiri, memutuskan untuk lewat jalan pintas saja karena mengingat hari sudah lewat tengah malam. Tapi saat ia baru saja berbelok, ia langsung menghentikan mobilnya karena syok. Sepertinya ia menabrak seseorang.

Dengan takut-takut, ia keluar dari mobil dan melihat seorang pria nampak mengerang kesakitan dengan tersorot lampu mobil Sung Min. Ia panik saat melihat ada darah di salju putih dibawah pria itu, lantas buru-buru menghampiri pria itu, menanyakan keadaannya sambil membantunya berdiri.

Tanpa sadar ia menjerit tertahan, ngeri saat melihat banyak darah yang merembes dari jaket kulit cokelatnya.

“Tolong… Aku…”

Dua kata itu diucapkan sang pria dengan terputus-putus. Ia langsung membopong sang pria ke arah mobil Sung Min dan membaringkannya di kursi belakang penumpang. Setelah menutup pintu, ia berlari memutar dan duduk kembali di belakang kemudi, melajukan mobil Sung Min secepat yang ia bisa… Menuju rumah sakit.

****

Pria itu meremas bahu gadis yang menolongnya dengan erat, membuat gadis itu menoleh sekilas, menanyakan ada apa.

“Jangan ke rumah sakit. Kau bisa membawaku kemanapun asal tidak ke rumah sakit.”

“Tapi lukamu…”

“Aku sudah bilang kan, Nona?” ucap pria itu lagi dengan nada dingin, membuat gadis yang menolongnya mengangguk kaku, tanpa sadar menyetujui apa yang dikatakan pria itu.

Mobil yang sudah memasuki lahan rumah sakit itu, kembali ia putarkan dan keluar dari gedung yang penuh dengan dokter-dokter dan pasien itu. Pria itu nampak menghembuskan napas berat saat akhirnya mereka keluar dari kawasan rumah sakit, kembali menuju jalan raya.

“Aku tidak tahu ini benar atau tidak tapi… Karena aku memang sudah menabrakmu hingga kau terluka seperti itu dan kau juga menolak untuk ke rumah sakit, ku kira aku bisa merawatmu di rumah ku.”

Pria itu tersenyum tipis saat mendengar suara ragu yang terlontar dari mulut sang gadis. Ia bisa melihat kalau pegangan tangan gadis itu pada kemudi semakin erat.

“Kau melakukan hal yang benar. Hanya tolong aku. Itu saja,” ucapnya pelan, sudah tak punya tenaga lagi akibat luka di dadanya. Matanya perlahan terpejam, terasa berat. Tapi ia tetap terjaga.

****

Ye Ra mengetuk pintu dengan kencang, dan tak lama kemudian adiknya menampakkan diri dengan rol rambut di sekitar kepalanya dan piyama panjang berwarna pink bergambar kucing.

Sang adik menutup mulutnya karena menguap. Tapi kemudian menjerit saat Ye Ra menarik tangannya keluar rumah, menodai sandal bulu hello kittynya karena menyentuh salju kotor di depan rumah.

“YAK!!”

“Hanya diam dan lakukan apa yang ku minta.” Ye Ra menutup mulut sang adik dan membuka pintu belakang penumpang, membuat sang adik melotot kaget.

Sebelum adiknya sempat bertanya, Ye Ra sudah menyorotkan ucapan ‘diam’ dari matanya dan mulai membantu pria itu untuk keluar dari mobil, memapahnya dengan dibantu sang adik di sisi kiri.

“Bawa ke kamar Si Won Oppa saja….” ucap Ye Ra pada sang adik yang mengerti. Keduanya melangkah menuju kamar kakak laki-laki mereka yang sudah tiada, di lantai satu.. Terhalang sebuah dinding.

Ye Ra membaringkan pria yang mengerang itu dengan perlahan, lantas mengangguk pada sang adik yang langsung berhambur ke luar ruangan.

“Biar aku lihat seberapa parah lukamu. Adikku adalah dokter muda yang baru menyelesaikan pendidikannya, dia bisa membantumu,” ucap Ye Ra sambil mengulurkan tangan untuk membuka jaket kulit pria itu.

Tangan Ye Ra tertahan di udara karena pria itu menggenggamnya dengan erat. Rasanya… Hangat. Walau sebenarnya tangan pria itu sangat dingin tapi tetap saja… Rasanya hangat. Ia tidak tahu kenapa.

Ye Ra menelan ludah dengan susah payah saat melihat tatapan tajam pria itu. “Jangan katakan pada siapapun kalau kau menampungku disini. Adikmu cukup, karena aku juga akan mengurus diriku sendiri. Bisa aku meminta pisau kecil yang tajam? Dan alkohol? Kapas juga, cukup banyak kalau bisa,” ucap pria itu dengan napas yang tersengal. Ye Ra mengangguk tanpa ragu, dan mulai berjalan keluar ruangan saat tangan pria itu perlahan melepasnya.

Bertepatan dengan keluarnya Ye Ra, adik gadis itu masuk dengan membawa gunting operasi, baskom alumunium dan obat-obatan lainnya.

“Rae Hee-ya?” Ye Ra kembali masuk ke dalam kamar, merasa kalau apa yang dibutuhkan pria itu sudah dibawakan oleh sang adik.

Rae Hee hanya menoleh kepada Ye Ra yang berdiri diam memperhatikan sosok pria itu. Peluru? Apakah hal yang ia lakukan adalah benar? Bagaimana orang yang ditolong Ye Ra itu adalah penjahat kelas kakap yang sedang diburu? Bukankah menyelamatkan pria itu malah menjadi sebuah kejahatan?

Ye Ra tersentak saat pria itu menjerit tertahan. Wajah pria itu memerah dengan napas yang tidak teratur. Ye Ra masih diam memperhatikan saat Rae Hee berusaha menekan pendarahan dan kemudian membalut luka itu dengan perban. Meminta pria itu untuk jangan banyak bergerak. Pria itu memejamkan separuh matanya, selain terpengaruh obat bius, sosok itu memang lemah karena darah yang dikeluarkan cukup banyak.

Ye Ra menyelimuti pria itu dan ikut keluar menyusul Rae Hee yang sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka. Masih mengenakan blazernya, ia membuka lemari es dan mengambil botol air dingin, langsung menegaknya hingga habis separuh. Apa yang dia lakukan malam ini benar-benar membuatnya tegang.

“Dia siapa, Eonnieya?” tanya Rae Hee, masih mencuci tangannya di wastafel.

Ye Ra pindah dan bersandar di dinding samping Rae Hee, memperhatikan adiknya yang sedang membersihkan peralatan medisnya. “Tadi aku lewat jalan pintas dan pria itu muncul tiba-tiba hingga menabrak mobil Sung Min yang kukendarai. Aku terkejut dan langsung turun. Lebih syok saat melihat noda darah di atas salju dekat pria itu. Kukira aku menabraknya hingga terluka parah… tapi, saat menghampiri pria itu dan aku melihat darah merembes tak wajar dari bahunya, aku tahu kalau itu pasti bukan luka ‘ditabrak’. Pria itu meminta padaku untuk menolongnya dan aku refleks membawanya.”

Ye Ra bisa melihat Rae Hee tersenyum tipis, lalu berlalu untuk memasukkan alat medisnya ke dalam oven untuk disterilkan. “Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja?”

I will. Tapi saat memasuki wilayah rumah sakit, dia mengatakan untuk tidak membawanya kesana. Yang kupikirkan hanyalah menyelamatkannya terlebih dahulu karena wajahnya semakin pucat dan napasnya sudah putus-putus, jadi kuputuskan untuk membawanya ke rumah karena mengingat kau pasti bisa membantu.”

Rae Hee berbalik melihat ke arah Ye Ra dan melipat tangannya di depan dada. “Bagaimana kalau dia adalah penjahat, Eonnie? Yang sedang diburu? Jelas sekali penolakkannya yang tidak ingin dibawa ke rumah sakit kan? Pasti pihak yang sedang memburunya dapat dengan mudah melacaknya.”

Ye Ra mendesah pasrah. “Itulah yang kupikirkan saat melihat pria itu selama kau ‘mengoperasi’nya tadi. Atau kita lapor polisi saja sekarang?”

“Kita periksa identitasnya dulu saja. Itu akan lebih mudah nanti. Lagipula… kondisinya belum stabil. Bagaimanapun dia itu pasien yang baru saja kehilangan banyak darah. Sepertinya aku menyimpan pistol Si Won Oppa di kamar, bisa kita gunakan untuk berjaga-jaga,” ucap Rae Hee dan Ye Ra mengangguk.

Rae Hee melesat ke kamarnya dan kembali beberapa saat kemudian dengan pistol kecil yang tersembunyi di balik jaket yang sudah melapisi piyamanya. Gadis itu mengangguk pada sang kakak, kemudian keduanya bergegas masuk ke kamar Si Won dimana pria itu sedang tidur.

Dengan perlahan, Ye Ra meraba kantung jaket pria itu dan tidak menemukan apapun. Kemudian tangannya beralih ke saku celana dan hasilnya sama saja. Nihil.

Ye Ra menggeleng pada Rae Hee yang mengernyit, lantas mengisyaratkan untuk meninggalkan kamar. Saat pintu tertutup, pria itu membuka mata dan menghembuskan napasnya pelan.

“Tak ada apapun.” Ye Ra menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan Rae Hee yang duduk di hadapannya.

“Kita hubungi polisi saja sekarang. Tidak ada identitas itu benar-benar mencurigakan.” Rae Hee langsung mengambil ponselnya dan menghubungi polisi.

****

Ye Ra menyesap kuah mi hingga mangkuknya bersih. Lantas dia melotot kesal ke arah Rae Hee yang berteriak memanggil namanya seperti orang kesetanan.

“Dia menghilang dari kamar dan hanya meninggalkan ini diatas meja.”

Ye Ra terbelalak dan buru-buru mengambil secarik kertas yang disodorkan Rae Hee.

Terima kasih atas pertolongannya. Kurasa sudah saatnya aku pergi. Aku bukan orang jahat jadi kalian tidak perlu takut karena telah menolongku.

 

Ye Ra menelan ludah. Berarti pria itu tahu kalau mereka berdua mencurigainya. Rae Hee berbisik kalau dia mendengar sirine mobil di depan rumah rumah dan Ye Ra meminta sang adik untuk menyembunyikan kertas itu dan jangan mengatakan apapun tentang isi pesannya.

=========================

Pria itu meremas sebuah kartu yang selama ini menjadi identitasnya di Korean Secret Agent selama 8 tahun terakhir. Dengan penuh kekesalan, ia melempar kepingan kartu yang bertuliskan Ye Sung Kim dan nomor identitasnya itu ke sungai Han. Pengkhianatan. Ia dikhianati.

Ye Sung tersenyum getir. Ia tahu resiko pekerjaannya, tapi… Ia dituduh telah berkhianat. Tuduhan yang tidak beralasan itulah yang membuatnya kesal. Ia diburu sekarang dan harus dibunuh, sementara ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun dan tentu saja masih ingin hidup.

Ye Sung melanjutkan langkahnya dengan pelan, merasa sedikit lebih baik karena peluru menyakitkan itu sudah tidak bersarang ditubuhnya. Ia sangat berterima kasih kepada dua kakak-beradik yang telah menyelamatkan hidupnya, meski ia tahu kalau dua gadis itu mencurigainya dan sudah menghubungi polisi.

Tidak. Sebelum ia mengetahui kenapa ia dituduh berkhianat, ia tidak akan tertangkap ataupun mati… Tidak boleh. Ia membutuhkan keadilan. Ia berhak tahu. Bukankah begitu?

Ye Sung berbelok di sebuah gang kecil dan membuka sebuah pintu kecil di belakang tempat sampah. Sebagai seorang Agen Rahasia, kehidupannya tidak pernah bisa dikatakan aman. Para agen selalu mempunyai tempat tinggal lebih dari satu dan hanya orang-orang dalam organisasi sajalah yang mengetahuinya. Tapi Ye Sung punya satu rumah kecil yang benar-benar ‘terlepas’ dari organisasi, tak bisa dilacak.

Ye Sung membakar semua berkas-berkas tentang dirinya dan organisasi, tak menyisakan satupun. Ia bersumpah kalau dirinya telah dijebak dan akan menemukan kebenarannya.

=========================

Kim Hee Chul melangkah turun dari mobil Peaugeot putihnya. Dibalik mantel tebal berwarna hitamnya, kaus garis-garis dan celana denim yang ia gunakan memang simpel, tapi tidak membuat ketampanannya berkurang. Hee Chul menyipitkan mata dibalik kaca mata hitamnya saat melihat mobilChevrolet hitam yang terparkir manis di halaman rumah kekasihnya. Dan ia terbelalak saat melihat plat nomor mobil itu.

Saat pintu terbuka dan Ye Ra keluar rumah, Hee Chul segera menormalkan wajahnya lagi dan membungkuk pada kakak dari gadisnya, menghampiri sosok itu.

“Eoh… Hee Chul-ah… Kau sudah datang? Rae Hee ada di dalam. Masuk saja.”

Hee Chul mengangguk dan melirik sekilas ke arah mobil hitam itu.  “Mobil baru, Noona?” tanyanya santai sambil tersenyum.

Ye Ra tertawa. “Mobil teman. Kupinjam paksa semalam karena aku harus lembur. Aku berangkat ya?” pamit Ye Ra dan langsung masuk ke dalam mobil, memundurkan keluar dari halaman dengan hati-hati, dan membunyikan klakson sebelum akhirnya menjauh dari pandangan.

Raut Hee Chul mengeras dan ia sudah siap mengeluarkan sebuah benda dari saku mantelnya saat Rae Hee keluar dan memanggilnya.

****

Ye Ra menghampiri Sung Min dan memberikan kunci mobil pada pria itu. “Terima kasih, Oppa. Kau memang yang terbaik. Bensinnya sudah kuisi full kok,” ucapnya sambil tersenyum lebar, membuat Sung Min mendengus.

“Dasar yeoja sial! Kau tahu tidak kalau aku kemarin nyaris dirampok?”

“Nyaris kan? Tidak berhasil? Aku tahu Oppa, kau kan hebat bela diri. Pasti perampok itu takut padamu. Kekekeke.”

“MENYEBALKAN!!” Sung Min menggulung proposal di atas meja dan memukulkannya ke kepala Ye Ra dengan cepat.

“Sakit!!” seru Ye Ra, hendak membalas. Tapi sayangnya Sung Min lebih cepat menghindar. Ye Ra menghela napasnya. “ngomong-ngomong soal perampok… Semalam aku menolong seseorang yang tertembak,” ucap Ye Ra dan membuat Sung Min melotot ingin tahu.

Gadis itu masih berdiri dengan menopangkan tangannya di sekat penghalang antara biliknya dengan bilik Sung Min yang memang bersebelahan.

“Saat aku pulang, aku menabrak seseorang dan aku menolongnya. Aku membawanya ke rumah dan Rae Hee membantu ‘mengangkat’ peluru di bahu pria itu. Aku tidak tahu siapa karena saat kami mencari identitasnya, dia tidak memilikinya di saku manapun. Karena curiga, kami akhirnya memutuskan untuk menghubungi polisi, sialnya tepat sebelum polisi itu datang… Pria itu sudah tidak ada.”

“Wow. Tapi pria itu tidak melakukan sesuatu pada kalian berdua kan?” tanya Sung Min cemas. Bagaimanapun ia khawatir pada orang yang ia sukai itu.

“Tidak. Dia tidak melakukan apapun kecuali merintih minta tolong dan tertidur setelah Rae Hee mengangkat pelurunya.”

“Lain kali kau jangan macam-macam. Kau bisa membawanya ke rumahku kan? Setidaknya dia tidak akan bisa macam-macam karena yang ada di hadapannya bukan dua gadis lemah. Bagaimana kalau dia adalah pembunuh yang sedang buron?”

“YAK! Kami bukan gadis lemah! Lagipula Rae Hee menyimpan pistol kecil milik Si Won oppa yang bisa kami gunakan untuk menembaknya kalau macam-macam.”

“Atau bisa saya gunakan untuk menembak kepala Anda berdua jika masih saja mengobrol di saat jam kerja.”

Ye Ra menelan ludah saat mendengar suara menyeramkan itu. Ia berbalik perlahan dan melontarkan senyum manisnya pada atasannya yang jutek. Cho Kyu Hyun. Sementara Sung Min berusaha menahan tawanya.

========================

Hee Chul menekan tombol off pada earphone bluethootnya. Pria itu melihat ke arah Rae Hee yang sibuk menghabiskan jjangmyeonnya. Gadis dihadapannya… bersama Ye Ra sudah menyelamatkan Ye Sung meski akhirnya Ye Sung melarikan diri dari rumah itu. Apakah selanjutnya kehidupan mereka berdua akan aman?

Padahal… Malam itu Hee Chul bisa merasakan kalau bukan hanya dirinya saja yang mengejar Ye Sung, tapi ada pihak lain yang ia rasa adalah pihak yang memanfaatkan Ye Sung hingga membuat dirinya harus membunuh sahabatnya itu sendiri.

Ia memang kehilangan jejak Ye Sung, tapi bagaimana dengan pihak lain itu? Bagaimana kalau pihak lain itu mengikuti Ye Sung hingga sampai di rumah Rae Hee dan keamanan mereka berdua dipertaruhkan?

Oppa?” panggil Rae Hee dan membuyarkan lamunan Hee Chul. “apa yang kau pikirkan?” tanya Rae Hee kemudian dan Hee Chul hanya menggeleng. Ia harus memastikan keamanan Rae Hee dan Ye Ra bagaimanapun caranya.

=======================

Ye Ra berjalan di trotoir, meski ia kembali pulang malam, ia tidak mau merepotkan Sung Min lagi walau pria itu sempat memaksa untuk mengantar atau meminjamkan mobil lagi padanya. Ia tahu kalau Sung Min menyukainya. Tapi dia sama sekali hanya menganggap pria itu sebagai sahabat terbaik.

Ye Ra berjalan biasa sambil mendengarkan lagu yang terputar di headsetnya. Meski ia tidak mendengar langkah kaki yang mengikutinya, ia bisa ‘merasakan’ kehadiran pengunit itu semenjak ia keluar kantor tadi.

Ye Ra mematikan lagunya dan mengeratkan pegangan di tasnya. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia takut. Sungguh!!

Ye Ra menghentikan langkah dan menengok dengan cepat bertepatan dengan seorang pria yang berhenti di depan sebuah toko yang sudah tertutup, sedang menelepon. Ye Ra menelan ludah. Bagaimana kalau pria itu adalah perampok yang juga akan memperkosanya lalu membunuhnya? Itu benar-benar mengerikan.

Belum sempat Ye Ra berbalik, ia merasa kalau mulutnya disekap dari belakang dan ditarik masuk ke dalam gang di sisi kanannya.

“Lepas sepatumu sekarang dan jangan bicara.”

Entah kenapa Ye Ra menurut dan langsung menjalani perintah sosok yang bisa ia tebak adalah seorang pria. Ia mengikuti saja saat pria itu menariknya untuk berlari, sementara pria lain yang tadi mengikutinya sudah muncul di ujung gang, berlari mengejar mereka hingga membuat Ye Ra semakin ketakutan.

Napasnya sudah tersengal. Di gang dengan penerangan seadanya itu ia hanya mengikuti seseorang yang juga tidak ia kenal. Bagaimana kalau kedua orang itu bekerja sama? Dan malah semakin membuat Ye Ra jauh dari yang namanya keramaian kota? Meski memang sekarang malam sudah larut.

“Naik cepat!!”

Ye Ra menoleh ke arah pria yang menyuruhnya memanjat pagar itu. Penerangan seadanya di dalam gang, cukup bisa membuat Ye Ra mengenali wajah pria yang menyuruhnya itu.

“Kau?”

“Cepatlah!!”

Tanpa aba-aba lagi, Ye Ra langsung memanjat pagar dengan dibantu pria itu, kemudian pria itu ikut memanjat dan melompat terlebih dahulu agar bisa menyangga Ye Ra yang pasti takut melompat.

“Cepat. Aku akan menangkapmu.”

Ye Ra melompat dan mendarat dengan sempurna di depan pria yang memegangi pinggangnya agar tidak jatuh itu. Keduanya melanjutkan berlari dan berbelok tepat saat pria yang mengejar mereka menaiki pagar.

****

“Hubungi adikmu.”

Ye Ra memperhatikan pria yang sibuk mengunci pintu tempat dimana mereka bersembunyi.

“Cepat hubungi adikmu! Dia dalam bahaya yang sama!”

Ye Ra tersentak saat mendengar kalau Rae Hee juga dalam bahaya. “Jangan katakan dimana dan bersama siapa kau sekarang.”

Ye Ra mengangguk dengan raut pucat, tangannya juga sudah gemetar saat menggenggam ponselnya di telinga.

“Eonnie-ya?”

“Rae Hee-ya… Kau dimana?”

Aku bersama Hee Chul OppaEonnie-ya aku takut. Tadi ada yang berusaha membunuhku. Hee ChulOppa bilang kalau kita tidak aman untuk tinggal di rumah sekarang. Kau dimana? Biar kami menjemputmu.

“Tapi kau baik-baik saja kan? Kau tidak terluka?”

TidakHanya lecet di siku saat jatuh tadi. Kau dimana, Eonnie-ya?

Ye Ra melihat ke arah pria yang masih diam memperhatikannya. “Aku juga baik-baik saja. Seseorang menolongku dan kami sudah aman sekarang. Berikan teleponnya pada Hee Chul. Aku ingin bicara dengannya.”

Ye Ra terkejut saat pria itu merampas dengan kasarnya, lantas menempelkan ponsel itu ke telinganya sendiri. “Hee Chul-ah?” ucapnya dan membuat Ye Ra terbelalak.

Bagaimana pria itu mengenal Hee Chul?

****

“Kakaknya bersamaku. Apa kau bersama adiknya?” tanya Ye Sung dan ia mendengarkan jawaban kemarahan Hee Chul.

“Mereka mengejarku dan aku tidak menyangka kalau mereka akan memburu orang yang menolongku.”

Ye Sung menegang saat mendengarkan penjelasan Hee Chul dari seberang telepon. Ia menjambak rambutnya kasar dan menghempaskan punggungnya ke dinding, jatuh merosot ke lantai dengan mata yang memerah.

Ye Sung kemudian mematikan sambungan telepon itu, dan membiarkan Ye Ra mengambil ponselnya sementara matanya masih menatap kosong. Syok. Benarkah dirinya?

Ye Sung beralih ke arah Ye Ra yang masih diam memperhatikannya. “Kau tidak aman bersamaku. Kau harus bersama Hee Chul sekarang. Adikmu aman bersamanya.”

“Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa kau? Bagaimana kau kenal Hee Chul?” tanya Ye Ra tak bisa menekan rasa penasarannya. Ia harus tahu kan? Ditangan siapa nyawa dan adiknya berada?

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Cepat atau lambat mereka akan menemukan kita disini.” Tepat saat ucapan terakhir Ye Sung, pria itu menegang karena pintu yang sudah dikuncinya sedang berusaha di dobrak.

“Dengarkan aku. Lari ke arah selatan lewat pintu itu. Aku akan lewat pintu lain karena kalau aku bersamamu sekarang, kau akan dalam bahaya. Kita akan bertemu di persimpangan lampu merah pertama dan akan segera kubawa kau ke Hee Chul dan kau akan aman. Mengerti? Sekarang!!”

Tanpa bisa menanyakan apapun, atau bahkan Ye Ra juga ragu apakah ia mencerna semua apa yang dikatakan pria itu padanya? Yang jelas saat ini Ye Ra sudah berlari ke arah pintu yang ditunjuk pria itu, dan melihat sebentar ke arah pria yang menyuruhnya untuk cepat. Entah bagaimana… Ye Ra berharap kalau pria itu baik-baik saja. Sama seperti harapannya pada dirinya sendiri.

Ye Sung menggeser sebuah lemari kecil ke arah pintu yang akan menghambat –walau sedikit- siapapun yang berusaha  mendobraknya. Kemudian ia berlari ke arah pintu lain yang berbeda dengan Ye Ra. Benar-benar berharap kalau gadis itu tidak akan tertangkap. Dirinya… Jika ia lari keluar dari tempat ini bersama Ye Ra, tentu saja gadis itu tidak akan selamat. Karena alat pelacak dari pihak yang menyalahgunakannya.. terpasang di tubuhnya.

Peristiwa penyergapan teroris tiga tahun yang lalu. Pengejaran yang ia lakukan ternyata malah membuatnya celaka. Ia ditemukan tidak sadarkan diri di dekat danau tempat para teroris berkumpul.

Saat itu memang hanya dia yang berhasil menemukan tempat itu sendirian, dan ia menghubungi markas saat tanpa sadar dirinya dipukul dari belakang hingga pingsan. Ia tidak ingat apapun lagi saat akhirnya disadarkan oleh Hee Chul beberapa jam kemudian. Rumah di pinggir danau yang menjadi markas teroris itu sudah kosong.

Para agen sering kali merasa aneh saat mereka selalu gagal dalam penyergapan sejak saat itu. Dan Hee Chul baru saja mengatakan kalau… di otaknya telah terpasang alat yang bisa merekam semua ingatan dan aktivitas tubuh. Itulah yang menjadi alasan kenapa penyergapan mereka selalu saja gagal, karena… kelompok teroris itulah yang memasang alat itu ditubuhnya, membuat dirinya tak hanya membocorkan taktik, bahkan rahasia yang sangat penting tanpa dirinya sendiri sadari.

Alat itu tidak bisa lagi dicabut karena sudah ‘menyatu’ dengan saraf otaknya. Sekalipun memaksa untuk mencabutnya, dia akan kehilangan nyawa. Jadi pada akhirnya… Dia tidak punya pilihan selain harus mati.

Tapi ada yang tidak bisa diterima Ye Sung. Menjadi Agen Rahasia Negara adalah sebuah kebanggaan dan dirinya harus mati dengan status pengkhianat? Walaupun apa yang terjadi padanya termasuk kategori itu, dia tetap tidak terima.

Ye Sung akhirnya melihat siluet seorang gadis yang merapat ke dinding tanpa cahaya. Tak ragu lagi… itu pasti Ye Ra dan ia langsung menarik gadis itu untuk berlari lagi, ke arah gedung parkir sejauh dua blok dari tempatnya sekarang.

Dua mobil Porsche hitam mengikuti mereka dan membuat Ye Sung harus membawa Ye Ra menjauh dari jalan-jalan besar. Mereka memutuskan untuk berlari melewati jalan-jalan kecil hingga sampai ke gedung yang mereka tuju.

****

Ye Ra sudah tersengal dan kehabisan napas. Dadanya terasa panas dan ia sudah benar-benar berantakan sekarang. Roknya sobek dan hanya tinggal kemeja putih serta mantel cokelatnya saja yang membalut tubuhnya, dengan sepatu kebesaran milik pria itu yang diberikan padanya, sementara pria itu tidak mengenakan alas kaki di musim dingin seperti ini.

Dia dan pria yang menolongnya itu menaiki tangga dengan susah payah hingga akhirnya keluar dari pintu yang menghubungkan dengan lahan parkir di bagian paling atas gedung. Masih dengan dua mobil yang mengikuti mereka.

Ye Ra bisa melihat banyak van hitam yang terparkir acak dengan beberapa orang berseragam hitam sambil memegang senjata. Pria disamping Ye Ra langsung memeluk gadis itu dan membawanya berlari menghampiri salah satu van saat baku tembak terjadi. Antara orang berseragam hitam dengan dua mobil Porsche yang baru muncul tiba-tiba hingga mendapatkan ‘sambutan’.

Ye Ra merasakan kalau perutnya nyeri, sakit sekali. Dan ia baru sadar kalau dirinya terkena tembakan saat pria yang menolongnya itu terkejut melihat darah yang merembes keluar, menodai kemeja putihnya.

“Medis!! Butuh medis disini!!” jerit pria itu ditengah hiruk pikuk bunyi tembakan.

“Nona… Bertahanlah.”

Napas Ye Ra sudah terputus-putus, dan wajahnya sudah memucat. Pandangannya juga mulai kabur. Mendadak ia melihat kedua orang tuanya. Ayahnya yang tersenyum. Ibunya yang memeluknya, dan sang kakak… Si Won yang selalu mengerjainya dan Rae Hee. Lalu Rae Hee, sosok adik ceria yang selalu mewarnai hidupnya. Seperti inikah rasanya di ambang kematian?

“Medis!!!”

Ye Ra masih bisa mendengar jeritan pria yang sedang menopang tubuhnya itu. Ia tidak mendengar lagi suara tembakan. Dan yang ia dengar sebelum semuanya gelap hanyalah teriakan dari suara familiar.

****

“Medis!!”

Hee Chul langsung berlari ke arah tadi ia sempat melihat Ye Sung sambil memasukkan pistolnya ke dalam saku. Ia melihat kalau Ye Ra sudah setengah terpejam dengan luka tembak di perutnya. Darahnya banyak sekali.

Eonnie!!!!”

Hee Chul tergelak saat melihat Rae Hee yang bersimpuh disamping Ye Ra dengan menangis, berusaha membangunkan sang kakak yang terpejam. Ia menarik Rae Hee untuk menjauh saat medis akhirnya datang dan mencoba memindahkan Ye Ra untuk dimasukkan ke dalam ambulans.

“Ikutlah bersama mereka. Akan ada agen yang bersama kalian. Aku masih harus mengurus beberapa hal disini.”

Tanpa aba-aba lagi, Rae Hee langsung berlari dan masuk ke dalam ambulans, melihat ke arah Hee Chul sebentar sebelum akhirnya pintu tertutup.

“Hukumanmu…” ucap Hee Chul pada Ye Sung yang masih mematung melihat kepergian ambulans dari hadapannya. Karenanya… dua orang yang tak bersalah terancam keselamatannya, bahkan salah satunya… terluka parah.

“Ada satu permintaan…”

“Apa?”

“Aku bukan pengkhianat. Bisa hapuskan itu dari daftarku?” Ye Sung menoleh pada Hee Chul yang menggeleng dengan berat hati.

“Bukan kuasaku.”

****

Hee Chul melangkah mendekati Rae Hee yang duduk dengan cemas di depan ruang operasi. Ia duduk di sebelah gadis itu, merangkulnya.

“Kukira kau hanya seorang fotografer biasa,” ucap Rae Hee yang bisa didengar Hee Chul sebagai bentuk kekecewaan.

“Menjadi Agen… Tak ada yang boleh tahu. Bahkan saat kau mengetahui ini pun, aku harus memohon keras pada organisasi agar kau dan kakakmu tidak dibungkam selamanya. Kau pasti mengerti akan kalimat terakhir yang ku ucapkan.”

“Lalu… Apa yang membuatmu atau organisasi itu membiarkan kami hidup?”

“Aku minta maaf. Ini harus dibayar dengan kebebasanmu dan Ye Ra Noona. Kalian berdua akan tinggal di salah satu rumah yang penuh dengan pengawasan. Itu satu-satunya pilihan jika kalian tidak harus ‘dibungkam’.”

Rae Hee menutup wajahnya dengan tangan. Menghembuskan napas frustasi. “Ini terjadi begitu cepat. Baru kemarin malam kami menolong pria itu dan sekarang Ye Ra Eonnie sudah masuk ruang operasi.”

“Pemilik mobil Chevrolet yang dipinjam kakakmu kemarin malam, tewas dengan luka tembak di kepala. Ditemukan di mobilnya yang terparkir sembarangan di Gwangjin.”

Ucapan Hee Chul membuat Rae Hee syok. Benar-benar!! “Bagaimana dengan pria yang kami tolong? Katamu dia pengkhianat?”

“Sudah menerima hukumannya,” ucap Hee Chul dengan berat hati.

Ucapan Hee Chul berakhir bersamaan dengan pintu ruang operasi yang terbuka. Rae Hee berdiri dan menghampiri dokter itu, menanyakan keadaan sang kakak.

“Pelurunya berhasil kami angkat…” Tanpa sadar Rae Hee menghembuskan napas lega. “tapi… Nona Choi kehilangan banyak darah, itu membuatnya tidak mampu bertahan. Maafkan kami karena tidak bisa menyelamatkannya.” Dokter itu menundukkan kepalanya dalam dan membuat Rae Hee mundur selangkah.

Fokus mata Rae Hee kosong. Gadis itu syok. Perlahan… air matanya jatuh dan berubah menjadi semakin deras.

“Tidaaaaaaaaaaaaaak!!!!!” jeritnya kencang dan berhambur memasuki ruang operasi. Mencoba membangunkan Ye Ra yang sudah terpejam dengan damai. Rae Hee berusaha membangunkan Ye Ra, meski tahu kalau… apa yang ia lakukan adalah sia-sia.

THE END

 

*) Copyright adalah Hak hukum (dalam hal ini) seorang penulis untuk memperbanyak, menerbitkan, mengedarkan hasil tulisannya. Ia memiliki hak atas tokoh-tokoh ciptaannya, berikut jalinan ceritanya. Penulis FF tidak mempunyai hak hukum atas tokoh-tokoh canon, ia hanya bisa meng-klaim OC-nya dan ide cerita.

Huwaaaaaaaaaaaa~~

 

HEY Y COUPLE!!

 

Jelek yaaaak??? Gak kerasa yak action nya?? Agak susah asal kau tahu T____________T

 

Action itu gak cocok dicampur romance, jadi membuatku galau empat turunan Heebum!! *diinjek*

 

Kalian gak bersama di dunia… tapi bersama di kehidupan selanjutnya… itulah kenapa kau mati juga #dilemar ke sungai sama Yera.. wkwkwkkw

 

Ampuuun yaaah mbak (>,

 

Siapa yang mau kritik??? *pasrah* 


 

 

Tittle                                    : Married By Accident (Because Our Mom)

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

Genre                                  : AU!, Romance(?), gaje, happy end

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 8,887

 

Cast                                     : Choi Yera, Kim Yesung

 

Support Cast                      : Parent’s of Yesung dan Year, Choi Siwon

 

Disclaimer                          : FF ini milikku, All Cast milik Tuhan YME, FF waras ke 4 ku. DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

 

Gwangjin. August, 3rd 2012

 

Seorang yeoja dan namja terbangun dari mimpi di tempat berbeda. Deru napas mereka memburu disertai keringat dingin yang menghias wajah mereka.
“Kurasa aku sudah gila!!” ujar mereka berbarengan.
Kemudian mereka pergi ke dapur dan mengambil air mineral lalu kembali melangkah menuju beranda yang terletak di kamar mereka masing-masing. Mereka mendongak menatap langit pada dini hari.

Pandangan mata mereka bertabrakan satu sama lain membuat mereka salah tingkah dan saling memunggungi. Teringat akan mimpi yang mereka alami. Mimpi di mana mereka akan berjalan menuju pelaminan.
Yeoja dan namja itu – Choi Ye Ra dan Kim Jong Woon – saling memegang dada mereka masing-masing dan merasakan detak jantung mereka yang berdetak cepat dari detakan normal bahkan detakan setelah berlari ketika mereka saling berpandangan. Ye Sung nama panggung dari Kim Jong Woon yang notabene adalah seorang Kpop Star dan Ye Ra seorang yeoja biasa adalah kedua sahabat semenjak mereka kecil. Walau usia mereka terpaut 4 tahun tak menyurutkan niat mereka untuk bersahabat ditambah lagi dengan hubungan kedua orang tua mereka yang bersahabat sejak muda dulu. Dan rumah mereka yang berdekatan memungkinkan mereka untuk sering bertemu.

Jika persahabatan sering berujung dengan satu kata cinta, mungkin bagi mereka tak ada kamus cinta dalam persahabatan mereka yang notabene dari masing-masing sudah mempunyai kekasih.
“Yak! Kau sedang apa, huh?! Mau mengintipku ya?” pekik Ye Ra saat ia sudah berbalik dan menyipitkan matanya ke arah Ye Sung. Ye Sung hanya mencibirnya kemudian mendengus dan membuang muka.
“Percaya diri sekali kau!!” pekik Ye Sung sembari memunggungi Ye Ra.

Sungguh mereka merutuki kerja jantungnya yang tetap saja berdetak cepat sampai-sampai mereka melakukan hal konyol.

“Ra-ya,” panggil Ye Sung masih tetap memunggungi Ye Ra.

“Kyaaaaaa oppaa…” pekik Ye Ra saat lampu berandanya tiba-tiba mati. Ye Sung pun terlonjak kaget lalu ia berbalik dan tertawa terbahak-bahak saat tahu lampu beranda Ye Ra mati.
Ye Sung menghentikan tawanya saat mendengar isakan tangis Ye Ra dan namja itu segera turun dari tangga berandanya dan langsung menuju beranda Ye Ra. Yang memang dari masing-masing rumah mereka disediakan tangga oleh ayah mereka agar Ye Sung dan Ye Ra leluasa bermain ketika kecil.

Ye Sung tahu betul kalau gadis itu sangat takut gelap disaat ia sendiri di rumah karena orang tuanya sedang berada di Jepang dan kakak laki-lakinya dipastikan lembur bekerja.
“Gwenchana?? Ra-ya?? Kau di mana??” tanyanya panik saat ia sudah sampai di beranda gadis itu yang terletak di lantai 2 dan mencari sosok Ye Ra dalam gelap.
“Huahahahhhaa….” Ye Ra tertawa sembari menjetak saklar lampu berandanya.
“YAK!! Kau menjahiliku!! Mati kau Choi Ye Ra!” pekik Ye Sung sembari memegang sandalnya berusaha untuk melempar ke wajah Ye Ra. Ye Ra sendiri beringsut menghindar dan segera menutup pintu kaca berandanya agar sandal Ye Sung tak bersarang ke wajah cantiknya.
“Namja kura-kura aneh!! Wee,” ujarnya sembari menjulurkan lidahnya dan langsung berlari kecil ke bed-nya dan menarik selimutnya sampai kepala.
“Babo?!! Sepertinya aku harus memeriksakan jantungku ke dokter,” gumam Ye Ra dan ia langsung memejamkan matanya. Ye Sung sendiri menghembuskan napas lega karena berhasil menahan detak jantungnya itu.

“Sepertinya aku harus pergi ke dokter spesialis jantung,” gumamnya sembari kembali ke kamarnya.

August, 4th 2012

 

Ye Sung mengendap-endap memasuki sebuah kamar bernuansa biru laut sembari membawa seekor anjing yang diberinya dengan nama Kkoming. Langkah Ye Sung semakin pelan saat dirasa hampir mendekat ke sebuah bed yang terdapat seorang gadis cantik dengan mata masih terpejam.

Gadis itu menggeliat sejenak kemudian memiringkan posisi tubuhnya. Ye Sung menyeringai kemudian dengan hati-hati ia menaruh anjingnya tepat di hadapan wajah Ye Ra-gadis itu-kemudian Ye Sung membuka gorden kamar Ye Ra agar cahaya matahari pagi menerpa wajah cantik Ye Ra sembari bersenandung kecil. Sukses. Gadis itu membuka matanya perlahan.
“Huwaaaaa anjingggg!!!” Ye Ra berteriak dan jatuh terduduk ke lantai karena terkejut. Ye Sung yang melihat tetap berdiri dan masih bersenandung. Namja itu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di hadapannya.

Ye Sung menahan tawanya, tetapi kilat matanya mengatakan kalau ia mati-matian menahan tawa. Ye Ra menyadari sosok Ye Sung hanya mendengus kesal kemudian menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi sembari membanting pintu kamar mandi.
“Ye Sung-ah, bawa anjingmu pergi atau aku akan mencincangnya!!” pekik Ye Ra memanggil nama Ye Sung tanpa embel-embel ‘oppa’ ketika ia sudah kesal pada namja itu dari dalam kamar mandi.

Ye Sung kemudian melepas tawanya dan menghampiri anjingnya.
“Memang kau berani memegangnya?! Hahaha Nona Choi 10 menit lagi aku tunggu di bawah. Kita pergi bersama ke H&G!!” ujar Ye Sung sembari melangkah pergi dan membawa anjingnya.

Ye Sung memarkirkan mobilnya di parkiran H&G, cafe atas investasi uangnya dengan uang Ye Ra. Cafe yang selalu ramai pengunjung yang terletak di Keonkuk University. Café yang hanya dikelola oleh Ye Ra, karena Ye Sung yang sibuk dengan jadwal manggungnya.
“Oppa… Hari ini aku bekerja setengah hari, ne??” ujar Ye Ra ketika ia dan Ye Sung membersihkan seluruh ruangan H&G.
“Memangnya kau mau kemana, huh? Bukankah hari ini hari libur?” tanya Ye Sung mengintimidasi.
“Aku mau berkencan dengan Eun Hyuk oppa,” jawabnya sembari tersenyum lebar dan membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.
DEG
Darah Ye Sung mendesir hebat dan terasa panas. Dadanya tiba-tiba merasa sesak mendengar ucapan Ye Ra yang tanpa seizin dan kesadarannya telah menelisik jauh di lubuk hatinya.
“Lakukan apa yang kau mau!!” ujar Ye Sung dengan nada sedikit ketus dan membanting kain lap yang sejak tadi dipegangnya. Ye Ra membelalakan matanya melihat sikap Ye Sung yang dinilainya sangat aneh.

=========================================================
Ye Sung’s PoV

Kenapa mendengar nama namja lain yang keluar dari mulut Ye Ra, dadaku menjadi sesak?? Darah dalam aliran nadiku mengalir cepat dan terasa panas.
Oh Tuhan aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Kulirik penuh diam aktivitas Ye Ra dari celah pintu dapur. Terlihat ia sedang merapikan meja sembari tersenyum. Rambut hitam panjangnya yang tergerai menambah kecantikannya. Wajah natural tanpa make up-nya benar-benar menjadikannya setara dengan angel. Aku sangat menyukai senyumnya itu.
Suka? Suka dalam artian apakah ini? Apa barusan aku memuji gadis lain?
Aish! Jinjja! Kenapa hatiku meragu seperti ini?? Yak! Kim Ye Sung! Bukankah kau juga mempunyai Jung Hyun Jin.

Astagaa!!
Aku acak-acak rambutku frustasi.

Author PoV

 

Seorang gadis memakai rok pendek berwarna putih dengan tanktop berwarna hijau dirangkap sebuah cardigan berwarna senada dengan rok. Rambut panjang yang diikat satu membuatnya memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. Gadis itu memasuki sebuah cafe mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan sampai matanya menemukan sosok namja yang ia cari. Namja yang tengah meracik kopi dengan tangannya yang lihai.

Gadis itu memekik senang dan tanpa sadar berteriak memanggil nama sang namja sehingga mau tidak mau para pengunjung menatapnya heran. Lalu gadis itu melangkah dengan anggunnya menghampiri namja itu dan menutup kedua mata namja itu.
“Ye Sung oppa, tebak siapa aku?” ujarnya pada namja itu.
“Hyun Jin-ah,” sahutnya sembari membuka tangan sang gadis yang menutupi kedua matanya. Lalu ia berbalik hendak memeluk Hyun Jin sampai matanya tertumbuk pada sosok gadis lain yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diperhatikan.
“Waeyo? Kau tak rindu padaku?” tanya Hyun Jin dengan raut wajah sedikit kecewa.
“Eoh? Anniya aku justru sangat merindukanmu. Tapi lihatlah cafe masih ramai,” ujarnya sembari mencuri pandang ke arah gadis lain yang tak lain adalah Ye Ra.
“Syukurlah dia sudah tidak ada,” gumamnya yang tak sengaja didengar oleh Hyun Jin.
“Siapa yang tidak ada?” tanya Hyun Jin penasaran.
“Anniya, bukan siapa-siapa. Duduklah disana, kalau sudah selesai aku akan menemuimu.” Ye Sung menunjuk sebuah meja dan kursi yang kosong yang terletak di dekat jendela cafe-nya.

Hyun Jin menggeleng lantas ia mengambil celemek dan memakainya.
“Aku akan membantumu,” tandasnya.

Ye Ra PoV

 

“Oppa…” teriak seorang gadis membuatku mau tidak mau yang sedang mencuci piring menghentikannya dan melongok ke arah gadis itu dari pintu.
GLEK
Aku menelan ludahku. Dia…Jung Hyun Jin eonni kekasih dari Ye Sung oppa selama 3 bulan ini. Anggun. Itulah satu kata yang keluar dari mulutku tanpa sadar.
Lalu dia melangkah dengan anggunnya menghampiri Ye Sung oppa yang sepertinya belum menyadari kedatangan Hyun Jin. Hyun Jin mendekat dan menutup kedua mata Ye Sung oppa. Kenapa kakiku sulit sekali untuk digerakkan? Aku hanya ingin melanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda tadi. Aish! Jinjja!!
“Ye Sung oppa, tebak siapa aku?” ujarnya pada Ye Sung oppa yang masih bisa kudengar.

“Hyun Jin-ah,” sahut Ye Sung oppa sembari membuka tangan Hyun Jin yang menutupi kedua matanya. Lalu ia berbalik hendak memeluk Hyun Jin sampai matanya bertabrak dengan mataku. Kenapa aku sulit bernapas seperti ini?

“Waeyo? Kau tak rindu padaku?” tanya Hyun Jin yang sempat kulihat raut wajah kecewa yang menghias wajahnya.

“Eoh? Anniya aku justru sangat merindukanmu. Tapi lihatlah cafe masih ramai,” sahut Ye Sung oppa sembari melihat ke arahku. Kenapa Ye Sung oppa tetap melihatku dengan pandangan yang…err..takut mengecewakanku?
Hei, apa dia menganggapku cemburu dengan kedekatannya dengan Hyun Jin eonni?
Yak! Kakiku.. Siapa yang memaku kakiku tiba-tiba? Kenapa hatiku merasa sesak seketika ketika melihat Ye Sung oppa dan Hyun Jin bercengkrama dan tertawa bersama? Ada apa denganku sebenarnya.

Kupaksakan kakiku untuk melangkah menjauhi pintu. Dan ya, cukup berhasil walau kakiku lemas dan di hatiku aku merasa aneh seperti sakit melihatnya.

Author PoV

 

Ye Sung terus saja melihat jam tangannya yang melingkar di tangannya disela-sela aktivitasnya melayani tamu membuat Hyun Jin yang ada di sampingnya mengernyit keheranan.
“Oppa, kenapa melihat jam tanganmu terus?”

“Eoh? Gwencha….”
“Oppa, aku mau pergi!!” ujar Ye Ra menyela omongan Ye Sung. Ye Sung pun menoleh. Namja itu melihat Ye Ra dari ujung kaki sampai ujung rambut.
“Benarkah gadis di hadapanku ini Choi Ye Ra? Aigoo cantik sekali..” batin Ye Sung.
“Yak!! Apa yang kau lihat, huh?” pekik Ye Ra sembari mencubit pipi kanan Ye Sung membuat Ye Sung tersentak dan gelagapan.
“Aku tidak melihat apa-apa,” ujarnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Mana kekasihmu?” tanya Ye Sung bersamaan dengan masuknya seorang namja tampan berambut pendek hitam yang memakai jeans panjang dipadu dengan kemeja berwarna orange dengan kedua lengan digulung ke atas. Namja itu memamerkan Gummy Smile-nya dan menghampiri mereka sembari melepas kacamata hitamnya.
“Oppa, perkenalkan dirimu,” perintah Ye Ra pada namja itu.

“Annyeong haseyo.. Naneun Lee Hyuk Jae imnida. Anda bisa memanggilku dengan nama Eun Hyuk,” ujarnya begitu lembut sembari membungkukkan badannya.

“Kim Jong Woon imnida, sahabat dari Ye Ra. Anda bisa memanggilku Ye Sung,” ujarnya hampir tanpa ekspresi.

“Jung Hyun Jin imnida, kekasih dari Kim Ye Sung.”

“Oh syukurlah, Ye Sung-ssi sudah mempunyai kekasih,” ujar Eun Hyuk membuat Ye Sung menyipitkan matanya dan Ye Ra menatap Eun Hyuk heran.

“Maksudmu?” tanya Ye Sung dan Ye Ra bersamaan kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

“Anniya. Kkajja!!” Eun Hyuk menggandeng tangan Ye Ra tanpa memberikan satu katapun tentang maksud pertanyaannya tadi.

“Oppa, jika aku pulang malam, katakan pada eomma dan appa kalau aku pergi bersama temanku. Hari ini mereka pulang dari Jepang.” Ye Sung mengangguk dan menatap punggung Ye Ra sampai menghilang ketika Ye Ra masuk ke sebuah mobil.

Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Seperti perasaan yang tidak rela. Bukan sebagai sahabat, tapi lebih. Hyun Jin yang memang dari awal melihat tatapan Ye Sung yang berbeda ke Ye Ra hanya menghela napas dan kembali melayani tamu.
“Oppa!!” panggil Hyun Jin sembari mengayunkan tangannya agar Ye Sung mendekat.
“Berikan ini ke meja nomor 5.” Hyun Jin memberikan sebuah nampan berisi dua cup coffee late dan beberapa makanan. Ye Sung pun menerimanya dan memberikan seulas senyum kepada Hyun Jin.
======================================================

Ye Sung memarkirkan mobilnya di garasi samping rumahnya. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit yang bertabur bintang. Kemudian ia melirik jam tangannya yang sudah menunjuk angka 07.00 PM. Namja itu menepuk kepalanya teringat sesuatu. Segera ia pergi ke sebuah rumah bergaya eropa yang terletak di samping rumahnya.

Ia memencet bel pagar rumah itu yang menampilkan sosok yeoja paruh baya dari layar interkom. Kemudian Ye Sung membuka pagar tersebut dan masuk ke rumahnya.

“Annyeong Park ahjumma, immonim apa ada di dalam?” tanya Ye Sung pada sosok yeoja yang membukakannya pintu.

“Nde, silahkan ke taman belakang.” Ye Sung pun tersenyum dan melangkah menuju tempat yang dimaksud. Sebuah taman yang ditanami berbagai jenis bunga yang ada di seluruh penjuru benua. Taman yang di tengah-tengahnya dibangun sebuah kolam kecil dan di samping kolam tersebut terdapat sebuah ayunan. Benar-benar memperhatikan kedua anaknya untuk bermain. Ye Sung tersenyum, teringat ketika dirinya, Ye Ra dan Choi Si Won – kakak Ye Ra – saat masih kecil dan bermain bersama. Si Won sendiri adalah pengusaha muda yang merintis usahanya dari bawah dan terpaut 3 tahun dari Ye Sung.

Terlihat sepasang yeoja dan namja paruh baya duduk santai di sebuah beranda menikmati malam. Mereka saling berbincang sembari menyesap green tea.

“Annyeong immonim dan samchonim,” sapa Ye Sung lembut membuat pasangan itu menoleh dan menyambut hangat.

“Oh, Ye Sung-ah. Kemari, duduklah.” Nyonya Choi menghampiri Ye Sung yang masih berdiri.

“Gamsa.. Oh iya saya lupa. Ye Ra meminta saya untuk mengatakan kepada immonim bahwa dia akan pulang terlambat dikarenakan dia pergi jalan bersama temannya,” ujar Ye Sung bersamaan dengan datangnya Park Ahjumma yang membawakannya minuman.

“Teman? Nuguya?” tanya Tuan Choi.

“Lee Hyuk Jae,” ujar Ye Sung sembari menundukkan kepalanya ketika melihat tatapan tajam Tuan Choi. Sedekat apapun Ye Sung dengan keluarga Ye Ra, ia paling kikuk jika bertemu dengan ayah Ye Ra. Sebenarnya itu adalah pertanyaan wajar yang dilontarkan sang ayah jika ia sudah khawatir terhadap anak gadisnya yang pergi dengan seorang namja yang belum dikenal oleh seluruh keluarganya.

“Kalau begitu, saya permisi pulang,” ujar Ye Sung sembari membungkukkan badannya lagi.

“Ye Sung-ah, apa kau belum tahu?” tanya Nyonya Choi menghentikan langkah Ye Sung.

“Nde immonim? Maksud immonim?” tanya Ye Sung berbalik dan menatap Nyonya Choi heran.

“Ah sudahlah biar orang tuamu yang memberitahukannya.” Ye Sung mengangkat sebelah alisnya heran. Nyonya Choi terkekeh.

“Eommaa…appa…” panggil Ye Ra tiba-tiba.

“Ohh..Ye Sung oppa. Ada apa bertemu eomma?” tanya Ye Ra dengan wajah babo.

“YAK! Bukankah kau sendiri yang menyuruhku kemari untuk memberitahu orang tuamu.” Ye Sung menatap Ye Ra kesal.

“Eoh? Benarkah? Aku lupa..” Ye Sung muntab, ia mengacak-ngacak rambut Ye Ra kasar. Hal yang tidak disukai Ye Ra.
“Oppa…” teriak Ye Ra sembari mengejar Ye Sung yang sudah berlari menghindar ke taman.
Nyonya Choi dan Tuan Choi hanya tersenyum penuh arti.

Ye Ra dan Ye Sung sama-sama membanting pintu kamar. Mereka sama-sama menghempaskan tubuh ke bed, detik kemudian mereka sama-sama pergi ke beranda kamar mereka dan mereka saling melempar tatapan kesal.

FLASHBACK
Seorang gadis memakai hotpant berwarna merah muda dan kaos longgar berwarna putih dengan membiarkan rambutnya tergerai bermain dengan seekor kucing rusia di kamarnya yang bernuansa biru. Gadis tersebut berdiri hendak mengambil air mineral sampai suara ibunya memanggil namanya.

“Ra-ya.” panggil Nyonya Choi sembari mengetuk pintu kamar putrinya. Gadis yang dipanggil namanya itu menoleh dan tersenyum lembut.

“Nde eomma. Waeyo?” tanyanya kemudian meminum air mineral itu.

“Ikut eomma sebentar,” ajak Nyonya Choi lembut dan berlalu meninggalkan kamar putrinya.

“Mei-ya, diam di sini!!” perintahnya pada sang kucing sembari menepuk pelan kepala kucing tersebut.
Gadis itu-Ye Ra-berjalan mengikuti arah jalan sang ibu yang menuju ke sebuah ruang keluarga. Terlihat di sebuah sofa dua orang namja dengan kisaran usia berbeda tengah berbicara serius.
“Oppaa….” pekik Ye Ra sembari berhambur memeluk Choi Si Won.

“Aigoo dongsaeng oppa semakin cantik saja,” puji Siwon sembari mengusap rambut Ye Ra.

“Cih! Berlebihan sekali kau oppa!!” cibir Ye Ra sembari melepaskan pelukannya dan duduk di tengah-tengah kakak dan ayahnya.

“Ra-ya,” ujar Tuan Choi membuka pembicaraan membuat semuanya diam tanpa kata. Ye Ra terkesiap mendengarkan. Dagunya ia topang dengan tangannya sembari melihat wajah sang ayah yang terlihat serius.

“Appa akan berbicara mengenai pernikahan,” tambah Tuan Choi sembari mengelus punggung Ye Ra.
“Jeongmal? Huwaa Siwon oppa chukkae akhirnya pernikahanmu dengan Hyo Sun eonni akan segera dilaksanakan,” pekik Ye Ra senang sembari mengalungkan tangannya di pundak Si Won

“Chagi.. Dengarkan appa-mu dulu. Beliau belum selesai berbicara,” ujar Nyonya Choi begitu lembut. Ye Ra terdiam dan kembali mendengarkan ucapan sang ayah.

“Pernikahan yang dimaksud bukan pernikahan oppa-mu, tapi pernikahanmu, chagi…” Ye Ra tetap diam, pikirannya memaksa otaknya mencerna kalimat terakhir yang terucap dari mulut Tuan Choi.

“Gyahahaha appa jangan bercanda! Tidak lucu!” ujar Ye Ra disela tawanya yang terdengar dipaksakan.

“Chagi… Appa-mu tidak bercanda. Apa yang dikatakannya benar. Kau dijodohkan.” Ye Ra membelalakan matanya.

“Tidak!!” pekik Ye Ra sembari berdiri dan berlari ke kamarnya. Baik Siwon, Nyonya Choi dan Tuan Choi menghela napas.

======================================

“Tidak!!” pekik Ye Sung tajam dan berjalan menuju ke kamarnya.

“Sepertinya kita harus melakukan plan B,” ujar Nyonya Kim dan Nyonya Choi di tempat berbeda yang disambut anggukan oleh suami mereka masing-masing.

FLASHBACK END

Ye Sung dan Ye Ra tetap saling berpandangan sinis. Kemudian seperti mendapat ide, mereka turun dari berandanya dan bertemu di tengah-tengah jalan kecil rumah mereka.
“Hhahahaha..” mereka tertawa bersama merutuki sikap mereka yang sepertinya selalu sejalan.

“Aku punya ide,” ujar mereka bersamaan.

“Kau dulu!!” ujar Ye Sung.

“Anniya, kau lebih dulu!!” tolak Ye Ra.

“Kita undi!!” usul Ye Sung sembari bersiap-siap adu suit dengan Ye Ra.

“Oke aku dulu.” Ye Ra mengalah kemudian ia menghela napas.

“Seperti yang kau tahu oppa, kalau kita dijodohkan oleh orang tua kita mas..”

“Langsung ke inti!!” tungkas Ye Sung membuat Ye Ra mencibirnya.
“Kita perkenalkan kekasih kita masing-masing pada kedua orang tua kita. Setidaknya kita mengulur waktu pernikahan kita yang diadakan dua minggu lagi sembari mencari jalan keluar dari perjodohan ini!!” ujar Ye Ra membuat Ye Sung tersenyum dan menyentil dahi Ye Ra.

“Ide kita sama.”

HEE’S CAFÉ.

August, 10th 2012

Ye Sung mengajak keluarganya ke sebuah cafe dekat rumah mereka. Musim panas membuat namja itu hanya mengenakan T-Shirt dirangkap dengan kemeja berwarna biru sapphire dan padu dengan jeans panjang hitam dan sebuah sepatu. Ia menatap tanpa minat kesibukan orang lain di jalanan atau lebih tepatnya Ye Sung mengalihkan dirinya memandang jalanan daripada harus mendengarkan omongan eomma-nya mengenai perjodohan yang sedikit membuatnya kesal.

Bagaimana mungkin tidak kesal, perjodohan itu didasarkan atas perjanjian kedua orang tuanya dan kedua orang tua Ye Ra agar hubungan mereka semakin dekat. Terlebih lagi setelah mendapat penolakan dari sang anak, para eomma jatuh pingsan terkena penyakit jantung-yang pada awalnya tidak ada riwayat sakit satu pun tentang jantung mereka yang benar-benar dalam kondisi sehat-sebuah alasan klise yang menakjubkan agar sang anak menuruti.

“Eomma, appa, jika gadis yang kukenalkan sudah datang aku meminta padamu agar jangan mengungkit perjodohan sial ini,” ujar Ye Sung sembari menekuk wajahnya dan mengaduk tanpa minat cappucino di hadapannya.

“Akan kami pertimbangkan!!” ujar Nyonya Kim tegas.

“Aish!!” namja itu kembali menopang dagunya menghadap luar cafe.

“Annyeong haseyo,” ujar seorang gadis memakai dress selutut tanpa lengan berwarna ungu dipadu cardigan berwarna soft pink dengan membiarkan rambutnya tergerai. Ye Sung menoleh, raut wajah Ye Sung yang semula mendung berubah cerah ketika datangnya sosok gadis yang mampu membelenggu ‘sebagian’ hatinya. Ye Sung langsung berdiri lantas meraih pergelangan tangan sang gadis dan mengajaknya untuk duduk di sampingnya.
Terlihat gadis itu memberikan senyuman terbaiknya yang hanya dibalas dengan wajah datar Nyonya Kim. Gadis itu menunduk dalam. Ia tidak berani memandang lagi. Hatinya merasa sakit diperlakukan tidak hangat oleh keluarga namjachingu-nya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air mata yang menggenang sehingga membuat matanya perih.
Ye Sung yang mengerti keadaan menggenggam tangan Hyun Jin erat untuk sekedar memberikan kekuatan.

“Eomma…”

“Suruh dia memperkenalkan diri!!” ujar Nyonya Kim dingin. Hyun Jin memejamkan matanya dan menghela napas untuk menenangkan hatinya. Lalu ia mendongak dan tersenyum lembut walau masih tetap dibalas wajah datar tanpa kehangatan.
“Joneun Jung Hyun Jin imnida, immonim. Bangapseumnida,” ujarnya lembut sembari berdiri dan membungkukkan badannya membentuk sudut siku tanpa melepas senyumannya.

Lantas ia kembali duduk, menoleh ke arah Ye Sung dan tersenyum kecut ke arahnya. Ye Sung sungguh tidak tega melihat tatapan Hyun Jin yang seperti tertekan, lalu ia mencoba mencari cara agar Hyun Jin bisa terbebas dari acara pertemuan ini.

“Eomma, ini yeojachingu-ku. Rencananya minggu depan aku akan memintanya menjadi istriku.” telak. Nyonya Kim membelalakan matanya lalu menyeringai ke arah Ye Sung.

“Lakukan apa yang kau mau!!” Ye Sung terkejut oleh ucapan ibunya. Bukan antara takjub atau apa, tapi antara tidak percaya dan seperti ada yang direncanakan di balik perkataan itu. Hyun Jin pun tak kalah terkejutnya, ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk seulas senyuman.

“Gamsahamnida immonim merestui kami,” ujarnya sembari terus-terusan membungkukkan kepalanya. Ye Sung sendiri tetap terheran-heran menatap ibunya. Hyun Jin yang janggal melihat ekspresi Ye Sung mengubah ekspresinya.

Tidak begitu beda yang dialami Ye Ra. Mereka justru makan siang di rumahnya dan mengundang Eun Hyuk untuk mengenalnya lebih dalam.

“Namamu siapa?” tanya Tuan Choi menatap tajam Eun Hyuk yang tampak mengintimidasi. Eun Hyuk tak gentar. Ia yang memang mencintai Ye Ra sudah belajar bagaimana menghadapi ayah Ye Ra yang sedikit keras.

“Joneun Lee Hyuk Jae imnida, samchonim.”

“Benar kau mencintai putriku?”

“Nde samchonim.” Eun Hyuk tetap memamerkan Gummy Smile-nya sedangkan Ye Ra sudah harap-harap cemas. Gadis itu melirik sekilas ke arah ibunya berusaha meminta bantuan untuk membujuk ayahnya agar jangan terlalu keras. Ibunya hanya menggeleng dan Ye Ra kembali memasang wajah aegyo ke arah Si Won yang sama mendapat penolakan.

“Saya kesini selain untuk menghadiri undangan samchonim sekalian melamar putri Anda, samchonim.” Ye Ra tersedak saat ia meminum tehnya. Seul Woo yang memang ada di samping Ye Ra langsung menepuk punggung Ye Ra dan Eun Hyuk langsung memberinya air mineral.

“Wah, oppa ini kejutan sekali,” pekik Ye Ra.

“Apa kau punya pekerjaan tetap, huh?”

“Nde, saya bekerja di perusahaan ayah saya.”

“Maaf, bukan maksudku menyinggungmu. Tapi aku ingin kau bekerja tanpa dilatar belakangi oleh keluarga. Karena saya terbiasa mendidik anak-anak saya untuk tidak bergantung pada saya.” telak. Eun Hyuk terdiam. Semangatnya yang menggebu-gebu sejenak menguap entah kemana.

“Nde, saya akan berusaha untuk itu,” ujar Eun Hyuk dengan suara sedikit gemetar.

================================================

Ye Sung menghempaskan tubuhnya di atas rerumputan sebuah taman. Ia gunakan tangan kanannya sebagai alas kepalanya. Namja itu menoleh ke samping kirinya yang terdapat seorang gadis melakukan posisi yang sama dengannya. Kemudian mereka saling menghembuskan napas berat dan memejamkan matanya merasakan setiap inch kulitnya yang diterpa angin malam.

“Sepertinya rencana kita tidak akan berjalan lancar,” ujar mereka bersamaan dan kembali menghembuskan napas berat.

Ye Sung bangun dan meminum tehnya yang disediakan oleh Park Ahjumma.

“Ra-ya,” panggil Ye Sung lembut. Ye Ra langsung duduk dan bersandar di bahu Ye Sung.

“Kkajja kita main ayunan.” Ye Sung bergegas berdiri dan menarik tangan Ye Ra.

“Yak!! Sakit bodoh!!” pekik Ye Ra membanting tangan Ye Sung sembari mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman tangan Ye Sung. Ye Sung sendiri hanya terkekeh ketika melihat Ye Ra mengerucutkan bibirnya.

“Ayo kita suit lagi untuk mulai mainan ini,” ajak Ye Sung sembari menyeringai.

“Shireo!! Setiap suit aku selalu kalah,” tolak Ye Ra mentah-mentah dan dia segera duduk di ayunan.

“Hhahaha…” Ye Sung tertawa lalu ia mendorong cukup keras ayunan Ye Ra dari depan membuat Ye Ra berteriak histeris karena takut.

Cara mereka berdua setiap kali menghadapi masalah bermain ayunan dengan dorongan begitu keras dan cepat agar bisa berteriak histeris. Cara itu mempunyai makna agar semua masalah menguap seiring dengan teriakan juga debaran hati yang dipacu adrenalin.
Naas, kaki Ye Ra justru tersandung di tanah membuatnya jatuh menindih Ye Sung yang ada di depannya.

Napas mereka memburu, mata mereka beradu membuat detak jantung mereka bekerja cepat. Ye Ra tersadar, ia segera beranjak berdiri dan tersenyum kikuk ke arah Ye Sung yang juga ikut berdiri kikuk.

“Aku mau pulang,” ujar Ye Sung sembari menggaruk tengkuknya.

Saat Ye Ra berjalan ke kamarnya, kepalanya tiba-tiba merasakan sakit, ia terjatuh dan pingsan membuat Ye Sung yang ada di belakangnya segera menahan tubuh Ye Ra dan membopongnya ke kamar Ye Ra. Ye Sung dengan telaten memberikan olesan cologne dan merapikan selimut yang dipakai Ye Ra, lalu ia berniat memberitahukan Siwon sampai kepalanya terasa pusing dan matanya terasa ngantuk. Tanpa pikir panjang namja itu tidur di samping Ye Ra.

=====================================================

Terpaan cahaya matahari pagi dengan egonya menembus kaca sebuah kamar yang tidak tertutup gorden. Suara kicauan burung yang merdu membuat seorang gadis yang memakai piyama bermotif kucing menggeliat merubah posisinya menjadi miring dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Tangan kanannya ia arahkan mencari bantal guling kesukaannya. Mata gadis itu membulat sempurna sampai tangannya merasakan dada yang hangat dan terasa naik turun yang teratur karena bernapas.

“KYAAAAAAAAA…” gadis itu berteriak membuat seseorang di sampingnya menutup telinganya yang mungkin akan pecah karena teriakan tanpa irama dipagi hari.
Kemudian ia membekap mulut asal suara tersebut dan kembali tidur. Dua menit kemudian ia terhenyak dan membulatkan matanya saat menyadari ada seorang gadis tidur di sampingnya.

“YAK! Apa yang kau lakukan di kamarku, huh?!” pekiknya sembari menutupi dadanya yang masih lengkap memakai T-Shirt.

“Apa kau masih bermimpi,Tuan Kim?! Lihat di sekitarmu! Apa kamarmu berubah warna dari hijau ke biru? Apa kamarmu berubah motif dari kura-kura menjadi kucing dan anggrek?” cerocos gadis itu dan mendengus kesal.

“Pertanyaannya, apa yang kita lakukan semalam, huh?!” pekik gadis itu. Hatinya gemetar, dua bulir air mata jatuh tanpa permisi di kedua pipinya. Ia sangat takut jika orang tuanya tahu. Dan kejadian ini pasti akan membuat kedua orang tua mereka semakin kuat menikahkan mereka. Dan itu berarti mereka harus berpisah dengan orang yang mereka cintainya. Ye Sung pun mengacak rambutnya frustasi. Ia gamang. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Jalan itu seolah tertutup oleh pintu besar yang tak bisa dibuka oleh mereka.

Seorang yeoja paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang tidak muda lagi membuka pintu kamar Ye Ra berniat membangunkan sang anak dan ia membelalakan matanya ketika membuka pintu kamar itu. Ia melihat sesuatu yang membuatnya marah.

“APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN?!” pekiknya dengan wajah penuh emosi sembari memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak membuat Ye Sung dan Ye Ra tersentak, mereka terdiam dan menundukkan kepalanya.

“JAWAB PERTANYAAN EOMMA, APA YANG TELAH KAU LAKUKAN YE RA-ya?!” Ye Ra tetap diam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang ibu karena ia sendiri juga tidak tahu apa yang telah ia lakukan.

“JANGAN MENUNDUKAN KEPALAMU?!” isak tangis yang semakin keras. Ia tidak sanggup menatap mata sang ibu.

“YE SUNG-ah!! IMMONIM AKAN MENYURUH SI WON UNTUK MEMANGGIL KEDUA ORANG TUAMU! DAN KALIAN IKUT EOMMA TURUN!!” pekiknya sembari membanting pintu kamar Ye Ra.

“Eottokhae…” lirihnya saat tahu sang ibu sudah tidak ada di tempat. Ye Sung sendiri tanpa sadar mengeluarkan air matanya. Ia teringat akan Hyun Jin yang akan dinikahinya. Teringat akan semua kenangannya bersama gadis itu. Haruskah semua itu terkubur dalam-dalam oleh kejadian yang bahkan ia yakini tidak pernah melakukan apa-apa.

Ye Sung menoleh ke arah Ye Ra yang sudah mematung. Tatapannya kosong. Ia juga sama terpukulnya dengan kejadian ini. Ceritanya bersama Eun Hyuk, akankah berakhir seperti ini? Ye Sung menghampiri Ye Ra. Namja itu menepuk pundak Ye Ra. Gadis itu mendongak lantas ia memeluk Ye Sung dan menumpahkan segalanya.

Bagi mereka, tidak ada yang perlu diperdebatkan siapa yang salah. Bukankah seorang sahabat tidak harus menyalahkan sahabatnya yang lain jika mereka terjebak dalam suatu masalah? Bukankah sahabat akan saling menguati satu sama lain disaat hatinya sama-sama hancur? Satu hal yang mereka tahu pasti, hubungan mereka dengan kekasih masing-masing akan berakhir. Dan saling menyakiti. Tak ada cerita yang bisa diperbincangkan saat mereka bersama. Semua akan berubah dan status mereka juga berubah.

Ye Sung mengelus punggung Ye Ra. Sungguh dari dasar hatinya, ia ingin menjaga Ye Ra agar tidak menangis lagi. Dan rasa ingin melindungi itu bukan sebagai sahabat, tapi sebuah ikatan lain yang ia sendiri tak yakin apa itu.

============================================

Ye Sung dan Ye Ra duduk di sebuah sofa yang terletak di tengah-tengah sebuah ruangan. Di depan mereka terlihat Tuan Choi dan Tuan Kim, di sebelah kiri mereka terlihat Nyonya Choi dan Nyonya Kim dan di sebelah kanan mereka berdiri sosok tegap. Choi Si Won. Mereka sedang melakukan sidang terhadap Ye Sung dan Ye Ra yang hanya menunduk bermain menautkan tangannya. Biar bagaimanapun juga mereka bersalah.

“Apa yang kalian lakukan semalam?” tanya Tuan Choi selaku pemimpin sidang.

“Ka..ka..kami…” jawab mereka tergagap.

“Sudahlah tidak perlu disidang lagi, mereka tertangkap basah tidur berdua. Jadi kita percepat tanggal pernikahan mereka!!” ujar Nyonya Kim tegas.

“MWOYA?!” Ye Sung dan Ye Ra membelalakan matanya kemudian saling melempar pandang pasrah.

“Eomma, appa, immonim, samchonim, Si Won-ah, aku bahkan sudah melamar Hyun Jin dan eomma juga appa sudah mengizinkannya,” ujar Ye Sung setengah memohon.
“Dan aku juga sudah dilamar Eun Hyuk oppa,” tambah Ye Ra berusaha meluluhkan hati orang tuanya.

“TIDAK!!” jawab mereka bersamaan dan menelan ludah.

“Satu permintaan kami, pernikahan kami jangan sampai mereka mengetahuinya!!” usul Ye Sung yang langsung mendapat persetujuan.

==============================================

August, 12th 2012

Hari pernikahan mereka pun dilangsungkan. Persiapan yang memerlukan waktu 2 hari atau memang sengaja dipersiapkan oleh kedua orang tua mereka untuk hari ini. Pernikahan yang seharusnya menjadi hal istimewa bagi para pengantin justru bagi Ye Sung dan Ye Ra ini adalah hal yang tidak ingin terjadi.

Ye Ra memakai gaun pengantin yang tanpa lengan dan sederhana tapi mewah berjalan anggun di altar diiringi sang ayah, terlihat di depannya, Ye Sung memakai tuxedo putih dan terlihat tampan. Mereka saling melempar senyuman kecut, sampai tangan Ye Sung menggapai tangan Ye Ra. Di depan mereka berdiri seseorang yang akan menikahkan mereka. Janji suci pun terucap. Mereka tidak tahu lagi bagaimana memberitahukan kekasih mereka masing-masing. Yang mereka pikirkan sekarang terus merutuki kejadian 2 hari kemarin. Mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak melakukan apa-apa. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, dan bubur itu mau tidak mau harus dimakan walau didalam campuran bubur itu ada sebuah duri yang mungkin saja bisa menyakitkan mereka. Mereka sepakat akan menjalani pernikahan ini hanya sebagai status di hadapan kedua orang tua mereka.

===========================================

“Wahahaha eomma-eomma kita sepertinya benar-benar merencanakan ini dan mereka seolah yakin kalau pernikahan kita terjadi,” ujar Ye Ra saat mereka sampai di sebuah rumah kecil. Rumah yang di bagian depan terdapat padang rumput hijau dan pagar rumah yang jaraknya jauh. Di bagian depan juga akan ditemukan sebuah pohon rindang dan di bawah pohon tersebut terdapat sebuah bangku kayu.

Rumah kecil berlantai 2. Jika sudah memasuki rumah tersebut, akan mendecak kagum akan design interior yang indah dan terkesan mewah berbeda dengan bagian depan yang terkesan sederhana. Percampuran budaya Korea dan Jepang. Sangat menggambarkan sisi Tuan dan Nyonya Kim serta Tuan dan Nyonya Choi. Di sisi kiri rumah tersebut terdapat sebuah danau kecil dan terbentang sebuah jalan. Di sisi kanan terdapat taman kecil. Di bagian belakang juga terdapat taman bermain. Udara yang segar menjadi nilai tambah dari rumah tersebut. Setiap hari akan disajikan dengan berbagai pemandangan. Jika pagi menjelang, matahari terbit benar-benar akan terasa indah.

Jika sore menjelang matahari terbenam di sebelah barat justru akan membiaskan cahaya keorange-annya untuk rumah tersebut.

“Maksudmu?” Ye Sung mengernyitkan dahi atas ucapan Ye Ra barusan.

“Lihatlah!! Ini rumah hadiah dari kedua orang tua kita.” Ye Ra berjalan ke kamarnya sembari membawa koper miliknya.

“Nde, dan kita seperti orang yang hidup di hutan dan terasingkan,” cibir Ye Sung mengikuti jejak Ye Ra. Ye Ra hanya terkekeh. Ia tahu selera Ye Sung yang inginkan. Simple dan nyaman.

August, 19th 2012

 

“Apa yang kau lakukan, oppa?” tanya Ye Ra pada suaminya.

“Memberi makan ddangko brother,” jawabnya singkat dan tetap fokus pada kura-kura piaraannya.

“Aku memasakan Dak Gang Jung kesukaanmu oppa,” ujarnya sembari membawa nampan, lalu gadis itu duduk di samping Ye Sung bermaksud menggodanya.

“Aku tidak selera!! Aku sedang diet!!” Ye Sung tetap bermain dengan Ddangkomaeng-kura-kuranya yang paling kecil-tanpa memperdulikan tatapan membunuh Ye Ra.

“YAK! Kau mau diet? Mau kurus seperti apa lagi, huh?! Ppalli makan dan habiskan atau kura-kura bodohmu ini aku ungsikan ke rumah eommonim sama seperti Kkoming yang tak kuizinkan kau bawa,” cerocos Ye Ra panjang lebar membuat Ye Sung menyipitkan matanya.

“Sudah?”

“A….” Ye Sung menyuapkan Dak Gang Jung pada Ye Ra sebelum gadis itu kembali cerewet.

“Cerewet!! Lagi pula Kkoming tidak aku bawa karena kau takut anjing juga karena kau membawa Mei-Mei, kucingmu itu!!” Ye Ra mendelik horor, membuat Ye Sung bergidig ngeri.  Menurut Ye Sung aura hitam istrinya lebih menyeramkan daripada auranya.

“Nde, oppa makan.” Ye Ra menarik kedua sudut bibirnya menjadi seulas senyum.

“Padahal Hyun Jin yang yeojachingu-ku saja tidak secerewet dirimu,” gerutu Ye Sung membuat senyuman Ye Ra memudar tanpa disadarinya. Entah kenapa saat mendengar nama Hyun Jin dari mulut Ye Sung membuat dadanya gemuruh menyesakkan dada.

“Hyun Jin??” lirihnya sembari berdiri dan berjalan meninggalkan Ye Sung yang menatapnya heran.

Di kamar gadis itu menatap nanar frame foto pernikahannya dengan Ye Sung dua minggu lalu yang terpajang rapi di dinding kamarnya. Selama dua minggu itu pula mampu menguapkan kenangannya bersama Eun Hyuk. Bahkan ia tidak tahu lagi bagaimana kabar Eun Hyuk setelah acara makan malamnya bersama keluarganya..err..bukan tidak tahu kabar Eun Hyuk, tapi ia tidak tahu lagi kadar cintanya terhadap Eun Hyuk. Seperti ada seseorang yang mendiami seluruh hatinya bahkan sebelum ia mengenal Eun Hyuk, sosok yang tidak ia ketahui siapa. Dan selama satu minggu itu pula, seperti memberikan warna yang berbeda.

“Aku ragu….oppa,” ucapnya sembari mengelus kaca frame tersebut.

Hal yang sama pula dialami Ye Sung. Setelah kepergian Ye Ra dengan wajah kecewa membuatnya sakit dan berharap dalam waktu bersamaan. Berharap kalau Ye Ra merasakan rasa cemburu. Sakit karena ia sendiri tidak tahu apa. Tidak tahu perasaan apa yang selama ini bersemayam di hatinya. Sehingga tanpa ia sadari sosok Hyun Jin sedikit demi sedikit menguar dari hatinya.

Ye Sung memasuki kamarnya yang berada di samping kamar Ye Ra, ia menengok sebentar kamar Ye Ra. Terlihat di atas bed sosok yeoja cantik dan polos memejamkan matanya. Tangannya ia ulurkan menyibak anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Lantas ia duduk di tepi bed Ye Ra dan membenarkan letak sprei berwarna biru bermotif anggrek bulan agar lebih nyaman untuk menghangatkan tubuhnya.

“Dasar childish!! Sudah 25 tahun tetap saja manja, cerewet, ceroboh, dan kekanakan,” gumam Ye Sung.

“Oppa tidak keberatan jika kau perlihatkan tingkahmu yang buruk itu hanya pada oppa. Oppa sangat menyukai itu. Setidaknya, oppa tahu pasti, tingkahmu akan berubah sesuai kondisi dan lingkungan,” tambahnya sembari mencium kening Ye Ra dengan sadar.

“Istriku, selamat malam…” bisik Ye Sung lalu ia berdiri dan berjalan tanpa mematikan lampu kamar Ye Ra yang dipastikan gadis itu merasakannya dan berteriak ketakutan.
Ye Sung menutup pelan pintu kamar Ye Ra dan ia memasuki kamarnya yang hanya beberapa langkah. Ye Sung dan Ye Ra sepakat untuk tidak satu kamar. Jikapun mereka pernah tidur bersama, mereka juga sepakat kalau itu dalam kondisi tidak sadar. Setelah menutup pintu kamarnya, Ye Sung bersandar di pintu tersebut, matanya ia pejamkan. Bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu.
“Mianhae, aku sudah memilih pemilik hatiku.” kalimat yang entah untuk ditujukan pada siapa.

==========================================

August, 23rd 2012

10.00 KST A.M

Ye Sung mengendarai mobilnya sedikit cepat. Seulas senyuman terus saja terlukis di bibirnya. Musim panas kali ini memberikan kebahagiaan. Tangannya ia ulurkan pada dashboard mobilnya guna mengambil android miliknya dan langsung tertuju pada layar kontak. Ia menunggu seseorang di sana mengangkat teleponnya. Tak lama kemudian suara gadis yang begitu lembut menyapu gendang telinga Ye Sung.

“Yeobseyo..”

“…”

“Bisa kau datang di tempat biasa?”

“…”

Ye Sung memutuskan sambungan teleponnya lantas ia bersenandung kecil. Dengan menyilangkan kaki panjangnya dan kedua tangannya ia letakkan di dada, Ye Sung yang saat itu memakai setelan jas hitam terlihat sedang menunggu seseorang. Matanya yang tajam selalu mengawasi pintu masuk sebuah cafe sampai matanya menangkap seorang gadis berbalut celana jeans panjang dan blous berwarna cream dengan rambut yang diikat acak membuatnya terlihat sangat cantik. Ye Sung pun siaga memberikan kode. Gadis yang ternyata Jung Hyun Jin itu tersenyum lantas duduk di depan Ye Sung.

“Bogoshippoyo… Oppa, kau kemana saja??” tanya gadis itu sembari menggenggam tangan Ye Sung yang bebas. Senyuman gadis itu memudar tatkala jemarinya merasakan suatu benda yang melingkar di jari manis Ye Sung. Ye Sung hanya terdiam.

“Op…oppa..apa ini?” tanyanya tergagap seperti ada duri yang tertancap di pita suaranya.

“Jeongmal mianhaeyo Hyun Jin-ah…” kini tangan Ye Sung berbalik menggenggam tangan Hyun Jin yang tiba-tiba saja mulai gemetar.

“Andwae!! Kau pasti bercanda!! Nde, kau pasti bercanda,” ujarnya mulai histeris.

“Mianhaeyo…jeongmal mianhaeyo..” Hyun Jin menggigit bibir bawahnya. Bagaimanapun juga ia harus tahu yang sebenarnya.

“Siapa gadis itu?” tanyanya dengan suara parau. Sungguh ia tidak ingin lagi mendengarnya. Hatinya terlalu sakit. Rencananya, gadis itu mengajak Ye Sung untuk mencari gaun pengantin dan cincin pernikahan. Ironisnya Hyun Jin akan memberikan contoh kartu undangan pernikahan mereka. Bukan, ia tidak memaksa kehendak hati dengan melakukan itu semua. Itu semua karena Ye Sung sulit untuk dihubungi.

Ye Sung menghela napas berat, bagaimanapun hasilnya nanti ia harus menetapi pilihan hatinya. Yeah, pilihan hatinya tanpa didasari logika yang mungkin harus memikirkan lagi. Tanpa didasari ego yang mungkin akan menyakiti hati semua orang. Walaupun sekarang ia sudah menyakiti Hyun Jin. Hal yang sangat tidak ingin ia lakukan. Cinta adalah keegoisan. Memang benar.

“Gadis itu Choi Ye Ra.” Hyun Jin membulatkan matanya. Ia sangat tidak percaya mengingat Ye Ra hanya sebatas sahabat bagi Ye Sung.

“Tidak mungkin!!” pekik Hyun Jin.

“Apa yang tidak mungkin menurutmu adalah mungkin untukku dan ini nyatanya, aku dan Ye Ra sudah menikah!!” ucapan Ye Sung barusan seperti sebuah tamparan bagi Hyun Jin.

Ye Ra duduk terdiam. Ia bersandar di sandaran kursi. Matanya menatap gamang ke arah namja di hadapannya. Namja yang telah menghilang tanpa kabar dan telah kembali di saat hatinya menetapkan seseorang.

“Chagi, ada yang kau pikirkan?” tanya namja itu. Ye Ra tidak menjawab, ia tidak tahu harus berbicara apa pada Eun Hyuk. Jemarinya ia tautkan satu sama lain dan terkadang ia menggigit jarinya. Satu kebiasaan jika gadis itu gelisah dan khawatir.
Eun Hyuk yang memang sudah tahu kebiasaan Ye Ra, menautkan kedua alisnya, menatap Ye Ra menyelidik.

“Oppa tidak akan memaksa jika kau tidak ingin bercerita.” Eun Hyuk mengulur kedua tangannya menggapai tangan Ye Ra dan menggenggamnya.

“Cincin? Sejak kapan cincin ini ada di jemarimu?” tanya Eun Hyuk ketika menyadari sebuah cincin yang melingkar di jari manis Ye Ra. Eun Hyuk menatap Ye Ra penuh curiga, sedangkan Ye Ra menundukkan kepalanya dalam dan menggigit bibir bawahnya. Ia tidak berani menatap kedua mata Eun Hyuk yang menyorotkan kekecewaan dan terluka.

“Siapa namja itu?” tanyanya dengan suara parau karena rahangnya sakit dan dadanya yang terasa sesak. Tangan kanannya terulur meraih dagu Ye Ra agar gadis itu melihatnya.

“Gwenchana, katakan saja.” Eun Hyuk tersenyum membuat Ye Ra takut menyakitinya. Takut menyakitinya? Bukankah ia secara tidak langsung menyakiti Eun Hyuk.

“Dia…namja itu…Ye Sung oppa,” ujar Ye Ra tergagap dan kembali menunduk.

“Sudah oppa duga. Sebenarnya kalian saling mencintai tanpa kalian sadari. Jika Ye Sung bisa membahagiakanmu, oppa harus bagaimana? Oppa hanya akan ikut bahagia. Kata orang, untuk apa kita bersama seseorang jika orang itu tidak bahagia dengan kita?” Eun Hyuk menghembuskan napasnya guna menetralkan rahangnya yang semakin sakit menahan tangis.

“Cinta itu bukan suatu benda yang harus kita miliki. Cinta itu seperti air, kita bisa merasakannya, tapi kita tak bisa menggenggamnya. Dan kau, kau telah menetapkan hatimu padanya. Mianhae jika selama kita menjalani hubungan, kau tak bahagia dengan oppa. Besok, oppa akan pergi ke Inggris. Tersenyumlah.” Ye Ra meneteskan air matanya, bukan karena apa. Ia sedih karena telah menyakiti hati seorang namja yang sangat mencintainya.
Eun Hyuk berdiri, ia meraih Ye Ra ke dalam pelukannya.

“Izinkan yang terakhir kalinya.” Eun Hyuk menghapus bulir matanya saat ia memeluk Ye Ra.
“Kau tahu? Selama satu minggu belakangan, aku merintis usaha yang kukelola sendiri tanpa campur tangan appa-ku. Itu semua karena agar aku bisa melamarmu,” gumam Eun Hyuk yang masih bias didengar oleh Ye Ra lalu ia mencium kening Ye Ra.

“Kkajja!! kuantar kau pulang.” Eun Hyuk menggenggam tangan Ye Ra. Genggaman terakhir kalinya dan akan mengenangnya dalam hati. Ye Sung menggenggam kuat android-nya di mana tertulis sebuah pesan bahwa istrinya dalam bahaya dari deretan nomor yang tak dikenal. Ia mendesis kesal. Ye Sung kalut. Ia melaju mobilnya dengan kecepatan penuh agar segera sampai di rumahnya. Tidak peduli akibat yang akan ditimbulkannya. Baginya keselamatan istrinya lebih berharga dari keselamatan dirinya.

August, 23rd 2012

11.00 KST P.M

 

Ye Sung yang masih menggenggam android-nya mencari sebuah nama di kontak teleponnya dan segera ia pasang earphone agar tetap fokus pada jalan. Lama Ye Sung menunggu, tapi tetap tak ada jawaban. Ia menggeram kesal. Ia bergumam sendiri kalau sampai istrinya tergores sedikit pun, ia akan menghabisi namja yang menyekap Ye Ra.

Ye Sung memarkirkan mobilnya asal. Segera ia membuka dan membanting pintu mobilnya. Rumahnya terlihat gelap. Ia yakin Ye Ra tidak akan membiarkan rumah mereka gelap dan pintu tidak terkunci.

“Ra-ya,” pekik Ye Sung sembari menyalakan saklar dan ia terperangah melihat ruang depan yang berantakan. Segera ia naik ke lantai 2 membuka kasar pintu kamar Ye Ra. Hatinya semakin tidak tenang saat melihat kamar gadis itu lebih berantakan dan terlihat percikan darah yang terciprat di dinding kamar juga di lantai. Ye Sung hendak berbalik ketika android-nya kembali berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.
Ikuti arah panah itu dan lakukan apa perintahnya. Jika tidak ingin istrimu dalam bahaya.

Ye Sung mencari arah panah yang dimaksud. Sungguh ini pertama kalinya ia khawatir berlebihan pada Ye Ra. Gadis yang baru disadari ada di hatinya. Pandangan Ye Sung tertumbuk pada ponsel Ye Ra yang tergeletak di bed-nya. Ye Sung mengambilnya dan mengecek semua pesan masuk dan panggilan terakhir di ponsel Ye Ra.

Ye Sung menggeram, pasalnya nama yang terakhir masuk adalah Eun Hyuk. Ye Sung kembali mencari tanda yang dimaksud dan akhirnya ia menemukan tanda panah yang terbuat dari butiran pasir yang tertempel di pintu.

“Aku rasa, aku tidak melihatnya tadi,” gumam Ye Sung bersamaan dengan datangnya seorang namja bertubuh tegap dan tinggi menodongkan pistol di belakang kepala Ye Sung.

“Jangan berbalik atau aku akan menembakmu dan kau tidak akan bisa bertemu dengan istri tercintamu lagi,” ujar namja itu tegas sebelum Ye Sung berbalik melihatnya. Ye Sung tersentak. Ia teringat akan pesan dari seorang namja yang diyakini Ye Sung adalah Eun Hyuk bahwa ia harus menuruti apa yang orang itu perintahkan jika tidak ingin Ye Ra dalam bahaya.

“Cepat jalan!!” Ye Sung menurutinya. Ia berjalan keluar dari kamar Ye Ra dan terus menuruti perintah namja itu sampai mereka tiba di padang rumput di depan rumah Ye Sung.
Ye Sung terkesiap ketika ia mendengar jeritan ketakutan Ye Ra. Ia berusaha melepaskan diri dari namja di belakangnya dan berlari mencari Ye Ra. Tepat ketika ia akan berlari lampu taman dihidupkan dan Ye Sung terpaku melihat rangkaian kata cinta dari mawar yang bermacam warna.

Ye Sung melihat sosok gadis berbalut dress terusan berwarna putih dan tatanan rambut yang dibentuk ikal tergerai. Wajah yang ditaburi make-up tipis juga kaki jenjangnya yang beralaskan high heels berwarna putih bening membuatnya terlihat cantik di bawah pantulan cahaya rembulan dan cahaya lampu taman. Gadis itu memberi sign saranghae dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya membawakan cake ulang tahun yang di atasnya terdapat angka 29. Di belakang gadis itu muncul kedua orang tuanya dan kedua mertuanya. Ye Sung berbalik dan ia mendapat semprotan air dari pistol mainan yang dipegang Seul Woo sebagai alat untuk menakuti Ye Sung.

“Saengil Chukkae yeobo,” ujar Ye Ra dengan senyuman lebar. Ye Sung speechless, tapi tak urung langsung menarik Ye Ra ke dalam pelukannya. Seul Woo yang tahu Ye Ra kehilangan keseimbangannya karena pelukan mendadak Ye Sung segera menyelamatkan cake ulang tahun.

“Setidaknya jangan kau jatuhkan kue ini. Bukankah kau merengek minta diajari membuat kue ini pada eomma,” ujar Seul Woo dengan wajah tanpa dosa dan membuat Ye Sung melepaskan pelukannya kemudian ia terkekeh melihat Ye Ra yang melotot pada kakaknya, tapi diacuhkan oleh Si Won.

“Benarkah itu?” tanya Ye Sung dengan seringaian menggoda.

“Apa kau mencintaiku??” Ye Ra gugup oleh pertanyaan Ye Sung.

“Kenapa tidak menjawab?” Ye Sung kembali menggoda. Ye Ra menghembuskan napas sebelum menjawab pertanyaan Ye Sung.

“Kau mungkin bukan yang pertama untukku, tapi kau adalah suamiku. Suami yang akan menjadi yang terakhir untukku. Cintaku yang tersembunyi. Tersembunyi oleh sifat dan gengsi. Kau akan menjadi cintaku yang terakhir. Sekarang, besok atau selamanya.”

“Maafkan aku karena aku baru menyadarinya 2 minggu terakhir.
Maafkan aku karena aku tidak jujur padamu bahwa aku cemburu ketika kau menyebut nama Hyun Jin. Maafkan aku karena aku menutupi perasaanku. Maafkan aku karena aku mencintaimu. Maafkan aku karena dengan egonya aku ingin kau terus di sampingku. Berjalan melewati hidup. Beriringan seirama. Menggenggam satu sama lain,” ujar Ye Ra tulus membuat Ye Sung tersenyum. Perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Niatnya yang ingin mengungkapkan perasaannya pada Ye Ra justru berbalas manis.

“Jika cinta suatu kesalahan sehingga kau harus meminta maaf, maka aku juga akan meminta maaf padamu karena aku juga mencintaimu. Menyadari semua ini ketika kita bersama. Cemburu saat kau bercerita bahwa kau merindukan namja lain.” Ye Sung memeluk Ye Ra dalam dan mencium puncak kepala Ye Ra. Ye Ra menangis haru sedangkan Seul Woo dan kedua orang tua mereka ikut tersenyum. Ye Sung melepaskan pelukannya dan menatap tajam Ye Ra tampak mengintimidasi.

“Jelaskan padaku tentang isi rumah yang berantakan dan bercak darah di kamarmu!!” ujar Ye Sung membuat Ye Ra terkekeh.

FLASHBACK

August, 22nd 2012

Ye Ra bergegas memarkirkan mobilnya dengan lembut di pelataran rumah orang tuanya. Ia menekan password rumahnya dan langsung berjalan menuju taman belakang. Terlihat Nyonya Choi sedang merawat bunga-bunga di taman itu dan Ye Ra segera menghambur ke pelukan Nyonya Choi. Nyonya Choi tersentak, ia membalikkan badannya dan tersenyum saat tahu siapa yang memeluknya.

“Chagi, kapan kau datang?” tanya Nyonya Choi lembut sembari membelai rambut Ye Ra.

“Baru saja. Eomma…” rengek Ye Ra yang langsung membuat Nyonya Choi menyipitkan matanya.

“Pantas kau begitu manja. Ada maunya.”Nyonya Choi mencubit hidung Ye Ra.
“Ajari aku membuat kue untuk ulang tahun Ye Sung oppa.”Nyonya Choi terkekeh sedangkan Si Won yang baru datang sudah menertawakan adiknya itu. Ye Ra mengerucutkan bibirnya.
August, 23rd 2012

10.30 A.M KST

Ye Ra berkutat di dapur hanya untuk membuat kue ulang tahun untuk suaminya.
PRANG

“Aish!! Jinjja!! Ah, menyesal aku dulu tidak mau belajar membuat kue dengan eomma. Oppa…” pekik Ye Ra dan tak berlangsung lama datanglah sosok namja tampan memakai t-shirt berwarna biru.

“Yak!! Berhenti berteriak di rumahmu!! Oh astagaaa… Ra-ya kenapa bisa berantakan seperti ini?” ceroco Si Won saat sudah di ambang pintu dapur. Ye Ra hanya nyengir kuda sembari angkat kedua jarinya membentuk huruf V ketika melihat tatapan kesal Si Won.

“Sini oppa bantu!!” Si Won mengambil celemek yang tergantung dan memakainya.
Saat Ye Ra mulai mencampurkan bahan dan membuatnya menjadi adonan, ponsel Ye Ra berbunyi. Ye Ra mengambil ponsel itu di dalam kantong celemek. Ia mencelos saat tahu siapa yang meneleponnya. Si Won yang menyadari perubahan raut wajah adiknya melongok sebentar dan tersenyum.

“Angkat saja. Setidaknya kau harus jelaskan padanya tentang pernikahanmu dengan Ye Sung hyung. Kau tidak ingin bukan jika pada akhirnya Eun Hyuk merasa dibohongi??”

“Tapi oppa, aku telah mengkhianatinya.”

“Chagi cinta itu tidak bisa ditebak. Katakan saja dulu padanya dan kau akan tahu hasilnya.” Ye Ra memikirkan ucapan Si Won lalu ia mengangguk dan mengangkat telepon dari Eun Hyuk.

“Oppa, membuat kuenya dihentikan dulu, ne? Nanti ketika aku pulang setelah bertemu dengan Eun Hyuk kita lanjutkan,” ujarnya setelah memutuskan sambungan telepon.

“Apa nanti suamimu tidak pulang cepat?”

“Annia, dia menemui Hyun Jin.” Ye Ra memelankan suaranya ketika mengucap nama Hyun Jin. Entahlah, hatinya terasa sesak.

“Kkajja, kita atur rencana kita.” Ye Ra berusaha tersenyum dan menarik tangan Seul Woo untuk menuju ke kamarnya.

“Kenapa harus merencanakan ini sih? Kau istri yang paling gila membuat suaminya shock!! Masa kamar sendiri dibuat berantakan dan diciprati obat merah?? Kenapa tidak sekalian darah saja?” cerocos Si Won sembari memasang ukiran pasir di pintu kamar Ye Ra.

“Aish!! Kau ini namja atau yeoja sih!! Cerewet sekali!!” cibir Ye Ra sembari mengacak-acak sprei.

“Lagipula aku tidak kuat bau darah!!” “Lalu jika kau tidak kuat bau darah kenapa melakukan ini? Sama saja bukan? Sama-sama membersihkan!!” Ye Ra hanya mendengus kesal.

“Aku pergi oppa…” ucapnya sembari berlalu dari hadapan Siwon yang mungkin akan terus berceloteh tidak jelas padanya.
FLASHBACK END

“Jadi kau menemui Eun Hyuk?? Kenapa tidak izin padaku terlebih dahulu?!” Ye Sung menyipitkan matanya.

“Kyaaaa hentikan..gel..geli oppa,” ucap Ye Ra saat Ye Sung terus saja menggelitikinya tanpa ampun.

“Lepaskan tanganmu dari tubuh calon istriku, Ye Sung-ssi!!!” pekik Eun Hyuk tiba-tiba sembari membawa sebuah pisau membuat Ye Ra menegang dan Ye Sung yang melepaskan tangannya dari tubuh Ye Ra lalu lempar pandang dengannya.

“Eun Hyuk oppa, sudahlah hentikan!!” ujar seorang gadis memakai dress berwarna ungu berlengan pendek. Ye Sung terhenyak melihat gadis yang ternyata Jung Hyun Jin itu tiba-tiba datang. Dan yang menambah keterkejutan mereka adalah Hyun Jin memanggil akrab Eun Hyuk. Apa yang sebenarnya terjadi?

Hyun Jin dan Eun Hyuk terkekeh melihat tampang bodoh Ye Sung dan Ye Ra. Mengerti dengan ‘kediaman’ mereka. Eun Hyuk segera menjelaskan semuanya.

“Hhahaha kalau kalian ada cermin, kusarankan untuk cepat melihat tampang kalian yang pasti akan terkejut,” ujar Eun Hyuk bertele-tele membuat Ye Ra mendelik ke arahnya.
“Kkajja ceritakan yang sebenarnya!! Aku merasa ada yang aneh di sini!!” selidik Ye Ra dengan tatapan tajam membuat Eun Hyuk bergidig ngeri.

“Eoh?? Ini…in… Ah sudah hentikan tatapan menakutkanmu itu Ye Ra-ssi.” Ye Ra menautkan alisnya karena panggilan Eun Hyuk yang ditambah embel-embel -ssi.

“Aku dan Hyun Jin sebenarnya adalah sepasang kekasih. Kami diminta oleh Seul Woo sahabatku untuk mengerjaimu dan Ye Sung-ssi.” Ye Sumg dan Ye Ra menelan ludah dan mendelik kesal ke arah Si Won.

“Nde, kami diminta olehnya untuk mendekati kalian agar kalian menyadari cinta yang ada di hati kalian. Kami kira cuma sebentar. Tapi ternyata karena ke-gengsian kalian berdua kami harus memakan waktu 3 bulan,” tambah Hyun Jin sembari terkekeh sendiri karena mengingat rencana mereka.

“Oppa… Mati kau!!” Ye Ra bersiap mengambil kue dari tangan Seul Woo dan mencoba melemparnya.

“YAK! Ra-ya, tunggu sampai aku memakan kue buatanmu itu!!!” pekik Ye Sung sembari mencegat tangan Ye Ra.

“Anni…ini rencana eomma dan eomma Kim,” sungut Si Won membuat Ye Sung-Ye Ra menatap speechless kedua orang tua mereka.

“Lalu kenapa kau bawa pisau oppa?” tanya Ye Ra setelah menyadari Eun Hyuk membawa pisau.

“Oh ini. Ini pisau pemotong kue. Tidak etis kan kalau memotong kue tanpa pisau. Aku yakin kau melupakannya.” Ye Ra menepuk keningnya dan hanya nyengir kuda.

Ye Sung menggandeng Ye Ra menuju kamarnya setelah mereka mengantar kedua orang tua mereka, Si Won, Eun Hyuk dan Hyun Jin pulang.

Mereka terus saja tersenyum, seperti pertama kali mereka pacaran saja. Udara dini hari tidak menyurutkan niat mereka untuk berdiri di beranda kamar Ye Sung.

“Kau menyukainya oppa?” tanya Ye Ra sembari memejamkan matanya merasakan terpaan angin malam. Ye Sung hanya diam. Namja itu hanya memandang lekat wajah Ye Ra.

“Kukira hanya kau saja yang dijahili, ternyata kita dijahili oleh eommadeul kita.” Ye Ra terkekeh lalu menoleh ke arah Ye Sung. Ye Ra tertegun saat melihat manik mata Ye Sung menghujam tajam manik matanya. Tanpa mereka sadari jarak mereka hanya beberapa centi hingga hidung mereka yang mancung menyatu.

“Aku mencintaimu. Nae mamsoge ojik neo. Ne mamsoge ojik na,” ujar Ye Sung membuat hembusan napasnya menyapu wajah Ye Ra. Entah siapa yang memulai. Bibir mereka menyatu saling melumat satu sama lain. Ye Sung memiringkan kepalanya sedangkan Ye Ra yang tingginya lebih pendek dari Ye Sung, menjinjitkan kakinya agar tinggi mereka setara. Tangan Ye Sung yang semula menggenggam tangan istrinya beralih memegang pinggangnya merekatkan tubuh Ye Ra ke pelukannya. Tangan kanan Ye Sung mengelus punggung Ye Ra. Tangan Ye Ra juga sama, kedua tangannya ia letakkan di punggung Ye Sung. Ciuman pertama mereka.

Ye Sung mengakhiri ciumannya dan hanya memeluk Ye Ra.
“Ini adalah hari ulang tahunku. Bolehkah aku meminta kado darimu, chagi?” bisiknya membuat Ye Ra geli.

“Apapun itu, aku penuhi,” ucapnya yang masih menenggelamkan kepalanya di dada Ye Sung menghirup dalam-dalam aroma Brit for Men dari Burberry yang akan terus ia kenali. Aroma yang untuk pertama kalinya ia hirup dengan status istri sah dari Kim Ye Sung seorang Kpop Star yang mempunyai suara dari surga. Sebutan yang Ye Ra sendiri yang menamainya. Voice of Heaven.

Setelah mendapat persetujuan dari Ye Ra, Ye Sung melepaskan pelukannya dan menatap seduktif Ye Ra yang hanya bergidig ngeri lalu tanpa sadar membentuk tanda X di depan dadanya. Ye Sung semakin mendekati Ye Ra yang terus berjalan mundur sampai menabrak dinding beranda kamarnya. Ye Sung terkekeh melihat wajah pucat Ye Ra lalu ia menyentil kening Ye Ra dan berbisik padanya.

“Apa yang kau pikirkan Nyonya Choi??” Ye Sung menyipitkan matanya berusaha menebak apa yang dipikirkan Ye Ra.

“A…ann..anniya,” ucapnya sedikit tergagap. Sungguh Ye Sung mempermainkannya. Tidak tahukah kalau sikapnya tadi membuat jantung Ye Ra bekerja dua kali lipat? Tidak tahukah kalau sikapnya tadi membuat dirinya hampir mati kehabisan oksigen karena wajah tampannya yang terus semakin tampan??

“Kalau kau memikirkan ‘itu’, aku juga mau melakukannya sekarang.”
PLETAK

“Yak!! Sakit babo! Aish! Jinjja!!” pekik Ye Sung sembari mengelus kepalanya karena dijitak Ye Ra.

“Dasar otak mesum!!” cibir Ye Ra lalu berjalan ke dalam kamar Ye Sung.

“Yak!! Siapa yang otak mesum? Lagipula wajar bukan? Aku ini suamimu!!” Ye Ra menghentikan langkahnya dan entah kenapa pipinya tiba-tiba panas dan memerah setelah mendengar kalimat terakhir Ye Sung.

“Aku hanya meminta Kkoming tinggal bersama kita. Aku dan Ddangko’s brother merindukannya,” ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya.

“Andwae!! Aku takut anjing. Lagipula ada Mei-Mei di sini. Mana ada sejarah anjing dan kucing tinggal serumah?” tolak Ye Ra ketika ia sudah membalikkan badannya dan mendelik ke arah Ye Sung.

“Katanya apapun itu, aku akan memenuhinya,” sindir Ye Sung.

“Ah,,lakukan apa yang kau mau!!!” sungut Ye Ra kesal dan ia berniat membuka pintu sampai ada bulu-bulu halus mengitari kakinya.

Ye Ra berusaha santai menghadapinya karena ia yakin itu adalah Mei-Mei. Alangkah terkejutnya Ye Ra saat ia melihat ke bawah justru Kkoming.

“Kyaaaa….Ye Sung gila…” pekik Ye Ra yang reflek berlari ke arah Ye Sung dan memeluknya.

Ye Sung sendiri sudah tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya ia tahu rencana kejutan yang direncanakan oleh Ye Ra sehingga dengan sengaja ia sudah membawa Kkoming ke rumahnya. Sebagai alat untuk menjahili istrinya.

EPILOG

 

“Setidaknya rencan besar kita yang kedua berhasil, besanku….” Uja Nyonya Choi sembari menepuk punggung tangan Nyonya Kim yang duduk bersebelahan ketika mereka berada di mobil dalam perjalanan pulang.

“Nde, aku tak bias bayangkan jika mereka tahu kalau saat mereka kepergol tidur bersama adalah ulah kita yang mencampur obat tidur di the mereka. Kekekeke,”

“Nde, saat itu wajah mereka seperti maling yang ketahuan mencuri. Sungguh lucu.” Mereka pun terkekeh sedangkan suami mereka hanya geleng-geleng kepala.