Tittle                                    : Married By Accident (Because Our Mom)

 

Author                                : TurtleShfly

 

Twitter/FB                         : @Shfly_3421 / Nurul FatikhahSaranghaeJinyong

Genre                                  : AU!, Romance(?), gaje, happy end

 

Lenght                                : OneShoot

 

Words                                 : 8,887

 

Cast                                     : Choi Yera, Kim Yesung

 

Support Cast                      : Parent’s of Yesung dan Year, Choi Siwon

 

Disclaimer                          : FF ini milikku, All Cast milik Tuhan YME, FF waras ke 4 ku. DAN KIM JONG WOON MILIK CHOI YERA, CHOI YERA MILIK KIM JONG WOON (sudah di daftarkan ke KUA)

 

 

Gwangjin. August, 3rd 2012

 

Seorang yeoja dan namja terbangun dari mimpi di tempat berbeda. Deru napas mereka memburu disertai keringat dingin yang menghias wajah mereka.
“Kurasa aku sudah gila!!” ujar mereka berbarengan.
Kemudian mereka pergi ke dapur dan mengambil air mineral lalu kembali melangkah menuju beranda yang terletak di kamar mereka masing-masing. Mereka mendongak menatap langit pada dini hari.

Pandangan mata mereka bertabrakan satu sama lain membuat mereka salah tingkah dan saling memunggungi. Teringat akan mimpi yang mereka alami. Mimpi di mana mereka akan berjalan menuju pelaminan.
Yeoja dan namja itu – Choi Ye Ra dan Kim Jong Woon – saling memegang dada mereka masing-masing dan merasakan detak jantung mereka yang berdetak cepat dari detakan normal bahkan detakan setelah berlari ketika mereka saling berpandangan. Ye Sung nama panggung dari Kim Jong Woon yang notabene adalah seorang Kpop Star dan Ye Ra seorang yeoja biasa adalah kedua sahabat semenjak mereka kecil. Walau usia mereka terpaut 4 tahun tak menyurutkan niat mereka untuk bersahabat ditambah lagi dengan hubungan kedua orang tua mereka yang bersahabat sejak muda dulu. Dan rumah mereka yang berdekatan memungkinkan mereka untuk sering bertemu.

Jika persahabatan sering berujung dengan satu kata cinta, mungkin bagi mereka tak ada kamus cinta dalam persahabatan mereka yang notabene dari masing-masing sudah mempunyai kekasih.
“Yak! Kau sedang apa, huh?! Mau mengintipku ya?” pekik Ye Ra saat ia sudah berbalik dan menyipitkan matanya ke arah Ye Sung. Ye Sung hanya mencibirnya kemudian mendengus dan membuang muka.
“Percaya diri sekali kau!!” pekik Ye Sung sembari memunggungi Ye Ra.

Sungguh mereka merutuki kerja jantungnya yang tetap saja berdetak cepat sampai-sampai mereka melakukan hal konyol.

“Ra-ya,” panggil Ye Sung masih tetap memunggungi Ye Ra.

“Kyaaaaaa oppaa…” pekik Ye Ra saat lampu berandanya tiba-tiba mati. Ye Sung pun terlonjak kaget lalu ia berbalik dan tertawa terbahak-bahak saat tahu lampu beranda Ye Ra mati.
Ye Sung menghentikan tawanya saat mendengar isakan tangis Ye Ra dan namja itu segera turun dari tangga berandanya dan langsung menuju beranda Ye Ra. Yang memang dari masing-masing rumah mereka disediakan tangga oleh ayah mereka agar Ye Sung dan Ye Ra leluasa bermain ketika kecil.

Ye Sung tahu betul kalau gadis itu sangat takut gelap disaat ia sendiri di rumah karena orang tuanya sedang berada di Jepang dan kakak laki-lakinya dipastikan lembur bekerja.
“Gwenchana?? Ra-ya?? Kau di mana??” tanyanya panik saat ia sudah sampai di beranda gadis itu yang terletak di lantai 2 dan mencari sosok Ye Ra dalam gelap.
“Huahahahhhaa….” Ye Ra tertawa sembari menjetak saklar lampu berandanya.
“YAK!! Kau menjahiliku!! Mati kau Choi Ye Ra!” pekik Ye Sung sembari memegang sandalnya berusaha untuk melempar ke wajah Ye Ra. Ye Ra sendiri beringsut menghindar dan segera menutup pintu kaca berandanya agar sandal Ye Sung tak bersarang ke wajah cantiknya.
“Namja kura-kura aneh!! Wee,” ujarnya sembari menjulurkan lidahnya dan langsung berlari kecil ke bed-nya dan menarik selimutnya sampai kepala.
“Babo?!! Sepertinya aku harus memeriksakan jantungku ke dokter,” gumam Ye Ra dan ia langsung memejamkan matanya. Ye Sung sendiri menghembuskan napas lega karena berhasil menahan detak jantungnya itu.

“Sepertinya aku harus pergi ke dokter spesialis jantung,” gumamnya sembari kembali ke kamarnya.

August, 4th 2012

 

Ye Sung mengendap-endap memasuki sebuah kamar bernuansa biru laut sembari membawa seekor anjing yang diberinya dengan nama Kkoming. Langkah Ye Sung semakin pelan saat dirasa hampir mendekat ke sebuah bed yang terdapat seorang gadis cantik dengan mata masih terpejam.

Gadis itu menggeliat sejenak kemudian memiringkan posisi tubuhnya. Ye Sung menyeringai kemudian dengan hati-hati ia menaruh anjingnya tepat di hadapan wajah Ye Ra-gadis itu-kemudian Ye Sung membuka gorden kamar Ye Ra agar cahaya matahari pagi menerpa wajah cantik Ye Ra sembari bersenandung kecil. Sukses. Gadis itu membuka matanya perlahan.
“Huwaaaaa anjingggg!!!” Ye Ra berteriak dan jatuh terduduk ke lantai karena terkejut. Ye Sung yang melihat tetap berdiri dan masih bersenandung. Namja itu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di hadapannya.

Ye Sung menahan tawanya, tetapi kilat matanya mengatakan kalau ia mati-matian menahan tawa. Ye Ra menyadari sosok Ye Sung hanya mendengus kesal kemudian menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi sembari membanting pintu kamar mandi.
“Ye Sung-ah, bawa anjingmu pergi atau aku akan mencincangnya!!” pekik Ye Ra memanggil nama Ye Sung tanpa embel-embel ‘oppa’ ketika ia sudah kesal pada namja itu dari dalam kamar mandi.

Ye Sung kemudian melepas tawanya dan menghampiri anjingnya.
“Memang kau berani memegangnya?! Hahaha Nona Choi 10 menit lagi aku tunggu di bawah. Kita pergi bersama ke H&G!!” ujar Ye Sung sembari melangkah pergi dan membawa anjingnya.

Ye Sung memarkirkan mobilnya di parkiran H&G, cafe atas investasi uangnya dengan uang Ye Ra. Cafe yang selalu ramai pengunjung yang terletak di Keonkuk University. Café yang hanya dikelola oleh Ye Ra, karena Ye Sung yang sibuk dengan jadwal manggungnya.
“Oppa… Hari ini aku bekerja setengah hari, ne??” ujar Ye Ra ketika ia dan Ye Sung membersihkan seluruh ruangan H&G.
“Memangnya kau mau kemana, huh? Bukankah hari ini hari libur?” tanya Ye Sung mengintimidasi.
“Aku mau berkencan dengan Eun Hyuk oppa,” jawabnya sembari tersenyum lebar dan membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.
DEG
Darah Ye Sung mendesir hebat dan terasa panas. Dadanya tiba-tiba merasa sesak mendengar ucapan Ye Ra yang tanpa seizin dan kesadarannya telah menelisik jauh di lubuk hatinya.
“Lakukan apa yang kau mau!!” ujar Ye Sung dengan nada sedikit ketus dan membanting kain lap yang sejak tadi dipegangnya. Ye Ra membelalakan matanya melihat sikap Ye Sung yang dinilainya sangat aneh.

=========================================================
Ye Sung’s PoV

Kenapa mendengar nama namja lain yang keluar dari mulut Ye Ra, dadaku menjadi sesak?? Darah dalam aliran nadiku mengalir cepat dan terasa panas.
Oh Tuhan aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Kulirik penuh diam aktivitas Ye Ra dari celah pintu dapur. Terlihat ia sedang merapikan meja sembari tersenyum. Rambut hitam panjangnya yang tergerai menambah kecantikannya. Wajah natural tanpa make up-nya benar-benar menjadikannya setara dengan angel. Aku sangat menyukai senyumnya itu.
Suka? Suka dalam artian apakah ini? Apa barusan aku memuji gadis lain?
Aish! Jinjja! Kenapa hatiku meragu seperti ini?? Yak! Kim Ye Sung! Bukankah kau juga mempunyai Jung Hyun Jin.

Astagaa!!
Aku acak-acak rambutku frustasi.

Author PoV

 

Seorang gadis memakai rok pendek berwarna putih dengan tanktop berwarna hijau dirangkap sebuah cardigan berwarna senada dengan rok. Rambut panjang yang diikat satu membuatnya memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. Gadis itu memasuki sebuah cafe mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan sampai matanya menemukan sosok namja yang ia cari. Namja yang tengah meracik kopi dengan tangannya yang lihai.

Gadis itu memekik senang dan tanpa sadar berteriak memanggil nama sang namja sehingga mau tidak mau para pengunjung menatapnya heran. Lalu gadis itu melangkah dengan anggunnya menghampiri namja itu dan menutup kedua mata namja itu.
“Ye Sung oppa, tebak siapa aku?” ujarnya pada namja itu.
“Hyun Jin-ah,” sahutnya sembari membuka tangan sang gadis yang menutupi kedua matanya. Lalu ia berbalik hendak memeluk Hyun Jin sampai matanya tertumbuk pada sosok gadis lain yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diperhatikan.
“Waeyo? Kau tak rindu padaku?” tanya Hyun Jin dengan raut wajah sedikit kecewa.
“Eoh? Anniya aku justru sangat merindukanmu. Tapi lihatlah cafe masih ramai,” ujarnya sembari mencuri pandang ke arah gadis lain yang tak lain adalah Ye Ra.
“Syukurlah dia sudah tidak ada,” gumamnya yang tak sengaja didengar oleh Hyun Jin.
“Siapa yang tidak ada?” tanya Hyun Jin penasaran.
“Anniya, bukan siapa-siapa. Duduklah disana, kalau sudah selesai aku akan menemuimu.” Ye Sung menunjuk sebuah meja dan kursi yang kosong yang terletak di dekat jendela cafe-nya.

Hyun Jin menggeleng lantas ia mengambil celemek dan memakainya.
“Aku akan membantumu,” tandasnya.

Ye Ra PoV

 

“Oppa…” teriak seorang gadis membuatku mau tidak mau yang sedang mencuci piring menghentikannya dan melongok ke arah gadis itu dari pintu.
GLEK
Aku menelan ludahku. Dia…Jung Hyun Jin eonni kekasih dari Ye Sung oppa selama 3 bulan ini. Anggun. Itulah satu kata yang keluar dari mulutku tanpa sadar.
Lalu dia melangkah dengan anggunnya menghampiri Ye Sung oppa yang sepertinya belum menyadari kedatangan Hyun Jin. Hyun Jin mendekat dan menutup kedua mata Ye Sung oppa. Kenapa kakiku sulit sekali untuk digerakkan? Aku hanya ingin melanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda tadi. Aish! Jinjja!!
“Ye Sung oppa, tebak siapa aku?” ujarnya pada Ye Sung oppa yang masih bisa kudengar.

“Hyun Jin-ah,” sahut Ye Sung oppa sembari membuka tangan Hyun Jin yang menutupi kedua matanya. Lalu ia berbalik hendak memeluk Hyun Jin sampai matanya bertabrak dengan mataku. Kenapa aku sulit bernapas seperti ini?

“Waeyo? Kau tak rindu padaku?” tanya Hyun Jin yang sempat kulihat raut wajah kecewa yang menghias wajahnya.

“Eoh? Anniya aku justru sangat merindukanmu. Tapi lihatlah cafe masih ramai,” sahut Ye Sung oppa sembari melihat ke arahku. Kenapa Ye Sung oppa tetap melihatku dengan pandangan yang…err..takut mengecewakanku?
Hei, apa dia menganggapku cemburu dengan kedekatannya dengan Hyun Jin eonni?
Yak! Kakiku.. Siapa yang memaku kakiku tiba-tiba? Kenapa hatiku merasa sesak seketika ketika melihat Ye Sung oppa dan Hyun Jin bercengkrama dan tertawa bersama? Ada apa denganku sebenarnya.

Kupaksakan kakiku untuk melangkah menjauhi pintu. Dan ya, cukup berhasil walau kakiku lemas dan di hatiku aku merasa aneh seperti sakit melihatnya.

Author PoV

 

Ye Sung terus saja melihat jam tangannya yang melingkar di tangannya disela-sela aktivitasnya melayani tamu membuat Hyun Jin yang ada di sampingnya mengernyit keheranan.
“Oppa, kenapa melihat jam tanganmu terus?”

“Eoh? Gwencha….”
“Oppa, aku mau pergi!!” ujar Ye Ra menyela omongan Ye Sung. Ye Sung pun menoleh. Namja itu melihat Ye Ra dari ujung kaki sampai ujung rambut.
“Benarkah gadis di hadapanku ini Choi Ye Ra? Aigoo cantik sekali..” batin Ye Sung.
“Yak!! Apa yang kau lihat, huh?” pekik Ye Ra sembari mencubit pipi kanan Ye Sung membuat Ye Sung tersentak dan gelagapan.
“Aku tidak melihat apa-apa,” ujarnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Mana kekasihmu?” tanya Ye Sung bersamaan dengan masuknya seorang namja tampan berambut pendek hitam yang memakai jeans panjang dipadu dengan kemeja berwarna orange dengan kedua lengan digulung ke atas. Namja itu memamerkan Gummy Smile-nya dan menghampiri mereka sembari melepas kacamata hitamnya.
“Oppa, perkenalkan dirimu,” perintah Ye Ra pada namja itu.

“Annyeong haseyo.. Naneun Lee Hyuk Jae imnida. Anda bisa memanggilku dengan nama Eun Hyuk,” ujarnya begitu lembut sembari membungkukkan badannya.

“Kim Jong Woon imnida, sahabat dari Ye Ra. Anda bisa memanggilku Ye Sung,” ujarnya hampir tanpa ekspresi.

“Jung Hyun Jin imnida, kekasih dari Kim Ye Sung.”

“Oh syukurlah, Ye Sung-ssi sudah mempunyai kekasih,” ujar Eun Hyuk membuat Ye Sung menyipitkan matanya dan Ye Ra menatap Eun Hyuk heran.

“Maksudmu?” tanya Ye Sung dan Ye Ra bersamaan kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

“Anniya. Kkajja!!” Eun Hyuk menggandeng tangan Ye Ra tanpa memberikan satu katapun tentang maksud pertanyaannya tadi.

“Oppa, jika aku pulang malam, katakan pada eomma dan appa kalau aku pergi bersama temanku. Hari ini mereka pulang dari Jepang.” Ye Sung mengangguk dan menatap punggung Ye Ra sampai menghilang ketika Ye Ra masuk ke sebuah mobil.

Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Seperti perasaan yang tidak rela. Bukan sebagai sahabat, tapi lebih. Hyun Jin yang memang dari awal melihat tatapan Ye Sung yang berbeda ke Ye Ra hanya menghela napas dan kembali melayani tamu.
“Oppa!!” panggil Hyun Jin sembari mengayunkan tangannya agar Ye Sung mendekat.
“Berikan ini ke meja nomor 5.” Hyun Jin memberikan sebuah nampan berisi dua cup coffee late dan beberapa makanan. Ye Sung pun menerimanya dan memberikan seulas senyum kepada Hyun Jin.
======================================================

Ye Sung memarkirkan mobilnya di garasi samping rumahnya. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit yang bertabur bintang. Kemudian ia melirik jam tangannya yang sudah menunjuk angka 07.00 PM. Namja itu menepuk kepalanya teringat sesuatu. Segera ia pergi ke sebuah rumah bergaya eropa yang terletak di samping rumahnya.

Ia memencet bel pagar rumah itu yang menampilkan sosok yeoja paruh baya dari layar interkom. Kemudian Ye Sung membuka pagar tersebut dan masuk ke rumahnya.

“Annyeong Park ahjumma, immonim apa ada di dalam?” tanya Ye Sung pada sosok yeoja yang membukakannya pintu.

“Nde, silahkan ke taman belakang.” Ye Sung pun tersenyum dan melangkah menuju tempat yang dimaksud. Sebuah taman yang ditanami berbagai jenis bunga yang ada di seluruh penjuru benua. Taman yang di tengah-tengahnya dibangun sebuah kolam kecil dan di samping kolam tersebut terdapat sebuah ayunan. Benar-benar memperhatikan kedua anaknya untuk bermain. Ye Sung tersenyum, teringat ketika dirinya, Ye Ra dan Choi Si Won – kakak Ye Ra – saat masih kecil dan bermain bersama. Si Won sendiri adalah pengusaha muda yang merintis usahanya dari bawah dan terpaut 3 tahun dari Ye Sung.

Terlihat sepasang yeoja dan namja paruh baya duduk santai di sebuah beranda menikmati malam. Mereka saling berbincang sembari menyesap green tea.

“Annyeong immonim dan samchonim,” sapa Ye Sung lembut membuat pasangan itu menoleh dan menyambut hangat.

“Oh, Ye Sung-ah. Kemari, duduklah.” Nyonya Choi menghampiri Ye Sung yang masih berdiri.

“Gamsa.. Oh iya saya lupa. Ye Ra meminta saya untuk mengatakan kepada immonim bahwa dia akan pulang terlambat dikarenakan dia pergi jalan bersama temannya,” ujar Ye Sung bersamaan dengan datangnya Park Ahjumma yang membawakannya minuman.

“Teman? Nuguya?” tanya Tuan Choi.

“Lee Hyuk Jae,” ujar Ye Sung sembari menundukkan kepalanya ketika melihat tatapan tajam Tuan Choi. Sedekat apapun Ye Sung dengan keluarga Ye Ra, ia paling kikuk jika bertemu dengan ayah Ye Ra. Sebenarnya itu adalah pertanyaan wajar yang dilontarkan sang ayah jika ia sudah khawatir terhadap anak gadisnya yang pergi dengan seorang namja yang belum dikenal oleh seluruh keluarganya.

“Kalau begitu, saya permisi pulang,” ujar Ye Sung sembari membungkukkan badannya lagi.

“Ye Sung-ah, apa kau belum tahu?” tanya Nyonya Choi menghentikan langkah Ye Sung.

“Nde immonim? Maksud immonim?” tanya Ye Sung berbalik dan menatap Nyonya Choi heran.

“Ah sudahlah biar orang tuamu yang memberitahukannya.” Ye Sung mengangkat sebelah alisnya heran. Nyonya Choi terkekeh.

“Eommaa…appa…” panggil Ye Ra tiba-tiba.

“Ohh..Ye Sung oppa. Ada apa bertemu eomma?” tanya Ye Ra dengan wajah babo.

“YAK! Bukankah kau sendiri yang menyuruhku kemari untuk memberitahu orang tuamu.” Ye Sung menatap Ye Ra kesal.

“Eoh? Benarkah? Aku lupa..” Ye Sung muntab, ia mengacak-ngacak rambut Ye Ra kasar. Hal yang tidak disukai Ye Ra.
“Oppa…” teriak Ye Ra sembari mengejar Ye Sung yang sudah berlari menghindar ke taman.
Nyonya Choi dan Tuan Choi hanya tersenyum penuh arti.

Ye Ra dan Ye Sung sama-sama membanting pintu kamar. Mereka sama-sama menghempaskan tubuh ke bed, detik kemudian mereka sama-sama pergi ke beranda kamar mereka dan mereka saling melempar tatapan kesal.

FLASHBACK
Seorang gadis memakai hotpant berwarna merah muda dan kaos longgar berwarna putih dengan membiarkan rambutnya tergerai bermain dengan seekor kucing rusia di kamarnya yang bernuansa biru. Gadis tersebut berdiri hendak mengambil air mineral sampai suara ibunya memanggil namanya.

“Ra-ya.” panggil Nyonya Choi sembari mengetuk pintu kamar putrinya. Gadis yang dipanggil namanya itu menoleh dan tersenyum lembut.

“Nde eomma. Waeyo?” tanyanya kemudian meminum air mineral itu.

“Ikut eomma sebentar,” ajak Nyonya Choi lembut dan berlalu meninggalkan kamar putrinya.

“Mei-ya, diam di sini!!” perintahnya pada sang kucing sembari menepuk pelan kepala kucing tersebut.
Gadis itu-Ye Ra-berjalan mengikuti arah jalan sang ibu yang menuju ke sebuah ruang keluarga. Terlihat di sebuah sofa dua orang namja dengan kisaran usia berbeda tengah berbicara serius.
“Oppaa….” pekik Ye Ra sembari berhambur memeluk Choi Si Won.

“Aigoo dongsaeng oppa semakin cantik saja,” puji Siwon sembari mengusap rambut Ye Ra.

“Cih! Berlebihan sekali kau oppa!!” cibir Ye Ra sembari melepaskan pelukannya dan duduk di tengah-tengah kakak dan ayahnya.

“Ra-ya,” ujar Tuan Choi membuka pembicaraan membuat semuanya diam tanpa kata. Ye Ra terkesiap mendengarkan. Dagunya ia topang dengan tangannya sembari melihat wajah sang ayah yang terlihat serius.

“Appa akan berbicara mengenai pernikahan,” tambah Tuan Choi sembari mengelus punggung Ye Ra.
“Jeongmal? Huwaa Siwon oppa chukkae akhirnya pernikahanmu dengan Hyo Sun eonni akan segera dilaksanakan,” pekik Ye Ra senang sembari mengalungkan tangannya di pundak Si Won

“Chagi.. Dengarkan appa-mu dulu. Beliau belum selesai berbicara,” ujar Nyonya Choi begitu lembut. Ye Ra terdiam dan kembali mendengarkan ucapan sang ayah.

“Pernikahan yang dimaksud bukan pernikahan oppa-mu, tapi pernikahanmu, chagi…” Ye Ra tetap diam, pikirannya memaksa otaknya mencerna kalimat terakhir yang terucap dari mulut Tuan Choi.

“Gyahahaha appa jangan bercanda! Tidak lucu!” ujar Ye Ra disela tawanya yang terdengar dipaksakan.

“Chagi… Appa-mu tidak bercanda. Apa yang dikatakannya benar. Kau dijodohkan.” Ye Ra membelalakan matanya.

“Tidak!!” pekik Ye Ra sembari berdiri dan berlari ke kamarnya. Baik Siwon, Nyonya Choi dan Tuan Choi menghela napas.

======================================

“Tidak!!” pekik Ye Sung tajam dan berjalan menuju ke kamarnya.

“Sepertinya kita harus melakukan plan B,” ujar Nyonya Kim dan Nyonya Choi di tempat berbeda yang disambut anggukan oleh suami mereka masing-masing.

FLASHBACK END

Ye Sung dan Ye Ra tetap saling berpandangan sinis. Kemudian seperti mendapat ide, mereka turun dari berandanya dan bertemu di tengah-tengah jalan kecil rumah mereka.
“Hhahahaha..” mereka tertawa bersama merutuki sikap mereka yang sepertinya selalu sejalan.

“Aku punya ide,” ujar mereka bersamaan.

“Kau dulu!!” ujar Ye Sung.

“Anniya, kau lebih dulu!!” tolak Ye Ra.

“Kita undi!!” usul Ye Sung sembari bersiap-siap adu suit dengan Ye Ra.

“Oke aku dulu.” Ye Ra mengalah kemudian ia menghela napas.

“Seperti yang kau tahu oppa, kalau kita dijodohkan oleh orang tua kita mas..”

“Langsung ke inti!!” tungkas Ye Sung membuat Ye Ra mencibirnya.
“Kita perkenalkan kekasih kita masing-masing pada kedua orang tua kita. Setidaknya kita mengulur waktu pernikahan kita yang diadakan dua minggu lagi sembari mencari jalan keluar dari perjodohan ini!!” ujar Ye Ra membuat Ye Sung tersenyum dan menyentil dahi Ye Ra.

“Ide kita sama.”

HEE’S CAFÉ.

August, 10th 2012

Ye Sung mengajak keluarganya ke sebuah cafe dekat rumah mereka. Musim panas membuat namja itu hanya mengenakan T-Shirt dirangkap dengan kemeja berwarna biru sapphire dan padu dengan jeans panjang hitam dan sebuah sepatu. Ia menatap tanpa minat kesibukan orang lain di jalanan atau lebih tepatnya Ye Sung mengalihkan dirinya memandang jalanan daripada harus mendengarkan omongan eomma-nya mengenai perjodohan yang sedikit membuatnya kesal.

Bagaimana mungkin tidak kesal, perjodohan itu didasarkan atas perjanjian kedua orang tuanya dan kedua orang tua Ye Ra agar hubungan mereka semakin dekat. Terlebih lagi setelah mendapat penolakan dari sang anak, para eomma jatuh pingsan terkena penyakit jantung-yang pada awalnya tidak ada riwayat sakit satu pun tentang jantung mereka yang benar-benar dalam kondisi sehat-sebuah alasan klise yang menakjubkan agar sang anak menuruti.

“Eomma, appa, jika gadis yang kukenalkan sudah datang aku meminta padamu agar jangan mengungkit perjodohan sial ini,” ujar Ye Sung sembari menekuk wajahnya dan mengaduk tanpa minat cappucino di hadapannya.

“Akan kami pertimbangkan!!” ujar Nyonya Kim tegas.

“Aish!!” namja itu kembali menopang dagunya menghadap luar cafe.

“Annyeong haseyo,” ujar seorang gadis memakai dress selutut tanpa lengan berwarna ungu dipadu cardigan berwarna soft pink dengan membiarkan rambutnya tergerai. Ye Sung menoleh, raut wajah Ye Sung yang semula mendung berubah cerah ketika datangnya sosok gadis yang mampu membelenggu ‘sebagian’ hatinya. Ye Sung langsung berdiri lantas meraih pergelangan tangan sang gadis dan mengajaknya untuk duduk di sampingnya.
Terlihat gadis itu memberikan senyuman terbaiknya yang hanya dibalas dengan wajah datar Nyonya Kim. Gadis itu menunduk dalam. Ia tidak berani memandang lagi. Hatinya merasa sakit diperlakukan tidak hangat oleh keluarga namjachingu-nya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air mata yang menggenang sehingga membuat matanya perih.
Ye Sung yang mengerti keadaan menggenggam tangan Hyun Jin erat untuk sekedar memberikan kekuatan.

“Eomma…”

“Suruh dia memperkenalkan diri!!” ujar Nyonya Kim dingin. Hyun Jin memejamkan matanya dan menghela napas untuk menenangkan hatinya. Lalu ia mendongak dan tersenyum lembut walau masih tetap dibalas wajah datar tanpa kehangatan.
“Joneun Jung Hyun Jin imnida, immonim. Bangapseumnida,” ujarnya lembut sembari berdiri dan membungkukkan badannya membentuk sudut siku tanpa melepas senyumannya.

Lantas ia kembali duduk, menoleh ke arah Ye Sung dan tersenyum kecut ke arahnya. Ye Sung sungguh tidak tega melihat tatapan Hyun Jin yang seperti tertekan, lalu ia mencoba mencari cara agar Hyun Jin bisa terbebas dari acara pertemuan ini.

“Eomma, ini yeojachingu-ku. Rencananya minggu depan aku akan memintanya menjadi istriku.” telak. Nyonya Kim membelalakan matanya lalu menyeringai ke arah Ye Sung.

“Lakukan apa yang kau mau!!” Ye Sung terkejut oleh ucapan ibunya. Bukan antara takjub atau apa, tapi antara tidak percaya dan seperti ada yang direncanakan di balik perkataan itu. Hyun Jin pun tak kalah terkejutnya, ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk seulas senyuman.

“Gamsahamnida immonim merestui kami,” ujarnya sembari terus-terusan membungkukkan kepalanya. Ye Sung sendiri tetap terheran-heran menatap ibunya. Hyun Jin yang janggal melihat ekspresi Ye Sung mengubah ekspresinya.

Tidak begitu beda yang dialami Ye Ra. Mereka justru makan siang di rumahnya dan mengundang Eun Hyuk untuk mengenalnya lebih dalam.

“Namamu siapa?” tanya Tuan Choi menatap tajam Eun Hyuk yang tampak mengintimidasi. Eun Hyuk tak gentar. Ia yang memang mencintai Ye Ra sudah belajar bagaimana menghadapi ayah Ye Ra yang sedikit keras.

“Joneun Lee Hyuk Jae imnida, samchonim.”

“Benar kau mencintai putriku?”

“Nde samchonim.” Eun Hyuk tetap memamerkan Gummy Smile-nya sedangkan Ye Ra sudah harap-harap cemas. Gadis itu melirik sekilas ke arah ibunya berusaha meminta bantuan untuk membujuk ayahnya agar jangan terlalu keras. Ibunya hanya menggeleng dan Ye Ra kembali memasang wajah aegyo ke arah Si Won yang sama mendapat penolakan.

“Saya kesini selain untuk menghadiri undangan samchonim sekalian melamar putri Anda, samchonim.” Ye Ra tersedak saat ia meminum tehnya. Seul Woo yang memang ada di samping Ye Ra langsung menepuk punggung Ye Ra dan Eun Hyuk langsung memberinya air mineral.

“Wah, oppa ini kejutan sekali,” pekik Ye Ra.

“Apa kau punya pekerjaan tetap, huh?”

“Nde, saya bekerja di perusahaan ayah saya.”

“Maaf, bukan maksudku menyinggungmu. Tapi aku ingin kau bekerja tanpa dilatar belakangi oleh keluarga. Karena saya terbiasa mendidik anak-anak saya untuk tidak bergantung pada saya.” telak. Eun Hyuk terdiam. Semangatnya yang menggebu-gebu sejenak menguap entah kemana.

“Nde, saya akan berusaha untuk itu,” ujar Eun Hyuk dengan suara sedikit gemetar.

================================================

Ye Sung menghempaskan tubuhnya di atas rerumputan sebuah taman. Ia gunakan tangan kanannya sebagai alas kepalanya. Namja itu menoleh ke samping kirinya yang terdapat seorang gadis melakukan posisi yang sama dengannya. Kemudian mereka saling menghembuskan napas berat dan memejamkan matanya merasakan setiap inch kulitnya yang diterpa angin malam.

“Sepertinya rencana kita tidak akan berjalan lancar,” ujar mereka bersamaan dan kembali menghembuskan napas berat.

Ye Sung bangun dan meminum tehnya yang disediakan oleh Park Ahjumma.

“Ra-ya,” panggil Ye Sung lembut. Ye Ra langsung duduk dan bersandar di bahu Ye Sung.

“Kkajja kita main ayunan.” Ye Sung bergegas berdiri dan menarik tangan Ye Ra.

“Yak!! Sakit bodoh!!” pekik Ye Ra membanting tangan Ye Sung sembari mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman tangan Ye Sung. Ye Sung sendiri hanya terkekeh ketika melihat Ye Ra mengerucutkan bibirnya.

“Ayo kita suit lagi untuk mulai mainan ini,” ajak Ye Sung sembari menyeringai.

“Shireo!! Setiap suit aku selalu kalah,” tolak Ye Ra mentah-mentah dan dia segera duduk di ayunan.

“Hhahaha…” Ye Sung tertawa lalu ia mendorong cukup keras ayunan Ye Ra dari depan membuat Ye Ra berteriak histeris karena takut.

Cara mereka berdua setiap kali menghadapi masalah bermain ayunan dengan dorongan begitu keras dan cepat agar bisa berteriak histeris. Cara itu mempunyai makna agar semua masalah menguap seiring dengan teriakan juga debaran hati yang dipacu adrenalin.
Naas, kaki Ye Ra justru tersandung di tanah membuatnya jatuh menindih Ye Sung yang ada di depannya.

Napas mereka memburu, mata mereka beradu membuat detak jantung mereka bekerja cepat. Ye Ra tersadar, ia segera beranjak berdiri dan tersenyum kikuk ke arah Ye Sung yang juga ikut berdiri kikuk.

“Aku mau pulang,” ujar Ye Sung sembari menggaruk tengkuknya.

Saat Ye Ra berjalan ke kamarnya, kepalanya tiba-tiba merasakan sakit, ia terjatuh dan pingsan membuat Ye Sung yang ada di belakangnya segera menahan tubuh Ye Ra dan membopongnya ke kamar Ye Ra. Ye Sung dengan telaten memberikan olesan cologne dan merapikan selimut yang dipakai Ye Ra, lalu ia berniat memberitahukan Siwon sampai kepalanya terasa pusing dan matanya terasa ngantuk. Tanpa pikir panjang namja itu tidur di samping Ye Ra.

=====================================================

Terpaan cahaya matahari pagi dengan egonya menembus kaca sebuah kamar yang tidak tertutup gorden. Suara kicauan burung yang merdu membuat seorang gadis yang memakai piyama bermotif kucing menggeliat merubah posisinya menjadi miring dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Tangan kanannya ia arahkan mencari bantal guling kesukaannya. Mata gadis itu membulat sempurna sampai tangannya merasakan dada yang hangat dan terasa naik turun yang teratur karena bernapas.

“KYAAAAAAAAA…” gadis itu berteriak membuat seseorang di sampingnya menutup telinganya yang mungkin akan pecah karena teriakan tanpa irama dipagi hari.
Kemudian ia membekap mulut asal suara tersebut dan kembali tidur. Dua menit kemudian ia terhenyak dan membulatkan matanya saat menyadari ada seorang gadis tidur di sampingnya.

“YAK! Apa yang kau lakukan di kamarku, huh?!” pekiknya sembari menutupi dadanya yang masih lengkap memakai T-Shirt.

“Apa kau masih bermimpi,Tuan Kim?! Lihat di sekitarmu! Apa kamarmu berubah warna dari hijau ke biru? Apa kamarmu berubah motif dari kura-kura menjadi kucing dan anggrek?” cerocos gadis itu dan mendengus kesal.

“Pertanyaannya, apa yang kita lakukan semalam, huh?!” pekik gadis itu. Hatinya gemetar, dua bulir air mata jatuh tanpa permisi di kedua pipinya. Ia sangat takut jika orang tuanya tahu. Dan kejadian ini pasti akan membuat kedua orang tua mereka semakin kuat menikahkan mereka. Dan itu berarti mereka harus berpisah dengan orang yang mereka cintainya. Ye Sung pun mengacak rambutnya frustasi. Ia gamang. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Jalan itu seolah tertutup oleh pintu besar yang tak bisa dibuka oleh mereka.

Seorang yeoja paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang tidak muda lagi membuka pintu kamar Ye Ra berniat membangunkan sang anak dan ia membelalakan matanya ketika membuka pintu kamar itu. Ia melihat sesuatu yang membuatnya marah.

“APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN?!” pekiknya dengan wajah penuh emosi sembari memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak membuat Ye Sung dan Ye Ra tersentak, mereka terdiam dan menundukkan kepalanya.

“JAWAB PERTANYAAN EOMMA, APA YANG TELAH KAU LAKUKAN YE RA-ya?!” Ye Ra tetap diam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang ibu karena ia sendiri juga tidak tahu apa yang telah ia lakukan.

“JANGAN MENUNDUKAN KEPALAMU?!” isak tangis yang semakin keras. Ia tidak sanggup menatap mata sang ibu.

“YE SUNG-ah!! IMMONIM AKAN MENYURUH SI WON UNTUK MEMANGGIL KEDUA ORANG TUAMU! DAN KALIAN IKUT EOMMA TURUN!!” pekiknya sembari membanting pintu kamar Ye Ra.

“Eottokhae…” lirihnya saat tahu sang ibu sudah tidak ada di tempat. Ye Sung sendiri tanpa sadar mengeluarkan air matanya. Ia teringat akan Hyun Jin yang akan dinikahinya. Teringat akan semua kenangannya bersama gadis itu. Haruskah semua itu terkubur dalam-dalam oleh kejadian yang bahkan ia yakini tidak pernah melakukan apa-apa.

Ye Sung menoleh ke arah Ye Ra yang sudah mematung. Tatapannya kosong. Ia juga sama terpukulnya dengan kejadian ini. Ceritanya bersama Eun Hyuk, akankah berakhir seperti ini? Ye Sung menghampiri Ye Ra. Namja itu menepuk pundak Ye Ra. Gadis itu mendongak lantas ia memeluk Ye Sung dan menumpahkan segalanya.

Bagi mereka, tidak ada yang perlu diperdebatkan siapa yang salah. Bukankah seorang sahabat tidak harus menyalahkan sahabatnya yang lain jika mereka terjebak dalam suatu masalah? Bukankah sahabat akan saling menguati satu sama lain disaat hatinya sama-sama hancur? Satu hal yang mereka tahu pasti, hubungan mereka dengan kekasih masing-masing akan berakhir. Dan saling menyakiti. Tak ada cerita yang bisa diperbincangkan saat mereka bersama. Semua akan berubah dan status mereka juga berubah.

Ye Sung mengelus punggung Ye Ra. Sungguh dari dasar hatinya, ia ingin menjaga Ye Ra agar tidak menangis lagi. Dan rasa ingin melindungi itu bukan sebagai sahabat, tapi sebuah ikatan lain yang ia sendiri tak yakin apa itu.

============================================

Ye Sung dan Ye Ra duduk di sebuah sofa yang terletak di tengah-tengah sebuah ruangan. Di depan mereka terlihat Tuan Choi dan Tuan Kim, di sebelah kiri mereka terlihat Nyonya Choi dan Nyonya Kim dan di sebelah kanan mereka berdiri sosok tegap. Choi Si Won. Mereka sedang melakukan sidang terhadap Ye Sung dan Ye Ra yang hanya menunduk bermain menautkan tangannya. Biar bagaimanapun juga mereka bersalah.

“Apa yang kalian lakukan semalam?” tanya Tuan Choi selaku pemimpin sidang.

“Ka..ka..kami…” jawab mereka tergagap.

“Sudahlah tidak perlu disidang lagi, mereka tertangkap basah tidur berdua. Jadi kita percepat tanggal pernikahan mereka!!” ujar Nyonya Kim tegas.

“MWOYA?!” Ye Sung dan Ye Ra membelalakan matanya kemudian saling melempar pandang pasrah.

“Eomma, appa, immonim, samchonim, Si Won-ah, aku bahkan sudah melamar Hyun Jin dan eomma juga appa sudah mengizinkannya,” ujar Ye Sung setengah memohon.
“Dan aku juga sudah dilamar Eun Hyuk oppa,” tambah Ye Ra berusaha meluluhkan hati orang tuanya.

“TIDAK!!” jawab mereka bersamaan dan menelan ludah.

“Satu permintaan kami, pernikahan kami jangan sampai mereka mengetahuinya!!” usul Ye Sung yang langsung mendapat persetujuan.

==============================================

August, 12th 2012

Hari pernikahan mereka pun dilangsungkan. Persiapan yang memerlukan waktu 2 hari atau memang sengaja dipersiapkan oleh kedua orang tua mereka untuk hari ini. Pernikahan yang seharusnya menjadi hal istimewa bagi para pengantin justru bagi Ye Sung dan Ye Ra ini adalah hal yang tidak ingin terjadi.

Ye Ra memakai gaun pengantin yang tanpa lengan dan sederhana tapi mewah berjalan anggun di altar diiringi sang ayah, terlihat di depannya, Ye Sung memakai tuxedo putih dan terlihat tampan. Mereka saling melempar senyuman kecut, sampai tangan Ye Sung menggapai tangan Ye Ra. Di depan mereka berdiri seseorang yang akan menikahkan mereka. Janji suci pun terucap. Mereka tidak tahu lagi bagaimana memberitahukan kekasih mereka masing-masing. Yang mereka pikirkan sekarang terus merutuki kejadian 2 hari kemarin. Mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak melakukan apa-apa. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, dan bubur itu mau tidak mau harus dimakan walau didalam campuran bubur itu ada sebuah duri yang mungkin saja bisa menyakitkan mereka. Mereka sepakat akan menjalani pernikahan ini hanya sebagai status di hadapan kedua orang tua mereka.

===========================================

“Wahahaha eomma-eomma kita sepertinya benar-benar merencanakan ini dan mereka seolah yakin kalau pernikahan kita terjadi,” ujar Ye Ra saat mereka sampai di sebuah rumah kecil. Rumah yang di bagian depan terdapat padang rumput hijau dan pagar rumah yang jaraknya jauh. Di bagian depan juga akan ditemukan sebuah pohon rindang dan di bawah pohon tersebut terdapat sebuah bangku kayu.

Rumah kecil berlantai 2. Jika sudah memasuki rumah tersebut, akan mendecak kagum akan design interior yang indah dan terkesan mewah berbeda dengan bagian depan yang terkesan sederhana. Percampuran budaya Korea dan Jepang. Sangat menggambarkan sisi Tuan dan Nyonya Kim serta Tuan dan Nyonya Choi. Di sisi kiri rumah tersebut terdapat sebuah danau kecil dan terbentang sebuah jalan. Di sisi kanan terdapat taman kecil. Di bagian belakang juga terdapat taman bermain. Udara yang segar menjadi nilai tambah dari rumah tersebut. Setiap hari akan disajikan dengan berbagai pemandangan. Jika pagi menjelang, matahari terbit benar-benar akan terasa indah.

Jika sore menjelang matahari terbenam di sebelah barat justru akan membiaskan cahaya keorange-annya untuk rumah tersebut.

“Maksudmu?” Ye Sung mengernyitkan dahi atas ucapan Ye Ra barusan.

“Lihatlah!! Ini rumah hadiah dari kedua orang tua kita.” Ye Ra berjalan ke kamarnya sembari membawa koper miliknya.

“Nde, dan kita seperti orang yang hidup di hutan dan terasingkan,” cibir Ye Sung mengikuti jejak Ye Ra. Ye Ra hanya terkekeh. Ia tahu selera Ye Sung yang inginkan. Simple dan nyaman.

August, 19th 2012

 

“Apa yang kau lakukan, oppa?” tanya Ye Ra pada suaminya.

“Memberi makan ddangko brother,” jawabnya singkat dan tetap fokus pada kura-kura piaraannya.

“Aku memasakan Dak Gang Jung kesukaanmu oppa,” ujarnya sembari membawa nampan, lalu gadis itu duduk di samping Ye Sung bermaksud menggodanya.

“Aku tidak selera!! Aku sedang diet!!” Ye Sung tetap bermain dengan Ddangkomaeng-kura-kuranya yang paling kecil-tanpa memperdulikan tatapan membunuh Ye Ra.

“YAK! Kau mau diet? Mau kurus seperti apa lagi, huh?! Ppalli makan dan habiskan atau kura-kura bodohmu ini aku ungsikan ke rumah eommonim sama seperti Kkoming yang tak kuizinkan kau bawa,” cerocos Ye Ra panjang lebar membuat Ye Sung menyipitkan matanya.

“Sudah?”

“A….” Ye Sung menyuapkan Dak Gang Jung pada Ye Ra sebelum gadis itu kembali cerewet.

“Cerewet!! Lagi pula Kkoming tidak aku bawa karena kau takut anjing juga karena kau membawa Mei-Mei, kucingmu itu!!” Ye Ra mendelik horor, membuat Ye Sung bergidig ngeri.  Menurut Ye Sung aura hitam istrinya lebih menyeramkan daripada auranya.

“Nde, oppa makan.” Ye Ra menarik kedua sudut bibirnya menjadi seulas senyum.

“Padahal Hyun Jin yang yeojachingu-ku saja tidak secerewet dirimu,” gerutu Ye Sung membuat senyuman Ye Ra memudar tanpa disadarinya. Entah kenapa saat mendengar nama Hyun Jin dari mulut Ye Sung membuat dadanya gemuruh menyesakkan dada.

“Hyun Jin??” lirihnya sembari berdiri dan berjalan meninggalkan Ye Sung yang menatapnya heran.

Di kamar gadis itu menatap nanar frame foto pernikahannya dengan Ye Sung dua minggu lalu yang terpajang rapi di dinding kamarnya. Selama dua minggu itu pula mampu menguapkan kenangannya bersama Eun Hyuk. Bahkan ia tidak tahu lagi bagaimana kabar Eun Hyuk setelah acara makan malamnya bersama keluarganya..err..bukan tidak tahu kabar Eun Hyuk, tapi ia tidak tahu lagi kadar cintanya terhadap Eun Hyuk. Seperti ada seseorang yang mendiami seluruh hatinya bahkan sebelum ia mengenal Eun Hyuk, sosok yang tidak ia ketahui siapa. Dan selama satu minggu itu pula, seperti memberikan warna yang berbeda.

“Aku ragu….oppa,” ucapnya sembari mengelus kaca frame tersebut.

Hal yang sama pula dialami Ye Sung. Setelah kepergian Ye Ra dengan wajah kecewa membuatnya sakit dan berharap dalam waktu bersamaan. Berharap kalau Ye Ra merasakan rasa cemburu. Sakit karena ia sendiri tidak tahu apa. Tidak tahu perasaan apa yang selama ini bersemayam di hatinya. Sehingga tanpa ia sadari sosok Hyun Jin sedikit demi sedikit menguar dari hatinya.

Ye Sung memasuki kamarnya yang berada di samping kamar Ye Ra, ia menengok sebentar kamar Ye Ra. Terlihat di atas bed sosok yeoja cantik dan polos memejamkan matanya. Tangannya ia ulurkan menyibak anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Lantas ia duduk di tepi bed Ye Ra dan membenarkan letak sprei berwarna biru bermotif anggrek bulan agar lebih nyaman untuk menghangatkan tubuhnya.

“Dasar childish!! Sudah 25 tahun tetap saja manja, cerewet, ceroboh, dan kekanakan,” gumam Ye Sung.

“Oppa tidak keberatan jika kau perlihatkan tingkahmu yang buruk itu hanya pada oppa. Oppa sangat menyukai itu. Setidaknya, oppa tahu pasti, tingkahmu akan berubah sesuai kondisi dan lingkungan,” tambahnya sembari mencium kening Ye Ra dengan sadar.

“Istriku, selamat malam…” bisik Ye Sung lalu ia berdiri dan berjalan tanpa mematikan lampu kamar Ye Ra yang dipastikan gadis itu merasakannya dan berteriak ketakutan.
Ye Sung menutup pelan pintu kamar Ye Ra dan ia memasuki kamarnya yang hanya beberapa langkah. Ye Sung dan Ye Ra sepakat untuk tidak satu kamar. Jikapun mereka pernah tidur bersama, mereka juga sepakat kalau itu dalam kondisi tidak sadar. Setelah menutup pintu kamarnya, Ye Sung bersandar di pintu tersebut, matanya ia pejamkan. Bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu.
“Mianhae, aku sudah memilih pemilik hatiku.” kalimat yang entah untuk ditujukan pada siapa.

==========================================

August, 23rd 2012

10.00 KST A.M

Ye Sung mengendarai mobilnya sedikit cepat. Seulas senyuman terus saja terlukis di bibirnya. Musim panas kali ini memberikan kebahagiaan. Tangannya ia ulurkan pada dashboard mobilnya guna mengambil android miliknya dan langsung tertuju pada layar kontak. Ia menunggu seseorang di sana mengangkat teleponnya. Tak lama kemudian suara gadis yang begitu lembut menyapu gendang telinga Ye Sung.

“Yeobseyo..”

“…”

“Bisa kau datang di tempat biasa?”

“…”

Ye Sung memutuskan sambungan teleponnya lantas ia bersenandung kecil. Dengan menyilangkan kaki panjangnya dan kedua tangannya ia letakkan di dada, Ye Sung yang saat itu memakai setelan jas hitam terlihat sedang menunggu seseorang. Matanya yang tajam selalu mengawasi pintu masuk sebuah cafe sampai matanya menangkap seorang gadis berbalut celana jeans panjang dan blous berwarna cream dengan rambut yang diikat acak membuatnya terlihat sangat cantik. Ye Sung pun siaga memberikan kode. Gadis yang ternyata Jung Hyun Jin itu tersenyum lantas duduk di depan Ye Sung.

“Bogoshippoyo… Oppa, kau kemana saja??” tanya gadis itu sembari menggenggam tangan Ye Sung yang bebas. Senyuman gadis itu memudar tatkala jemarinya merasakan suatu benda yang melingkar di jari manis Ye Sung. Ye Sung hanya terdiam.

“Op…oppa..apa ini?” tanyanya tergagap seperti ada duri yang tertancap di pita suaranya.

“Jeongmal mianhaeyo Hyun Jin-ah…” kini tangan Ye Sung berbalik menggenggam tangan Hyun Jin yang tiba-tiba saja mulai gemetar.

“Andwae!! Kau pasti bercanda!! Nde, kau pasti bercanda,” ujarnya mulai histeris.

“Mianhaeyo…jeongmal mianhaeyo..” Hyun Jin menggigit bibir bawahnya. Bagaimanapun juga ia harus tahu yang sebenarnya.

“Siapa gadis itu?” tanyanya dengan suara parau. Sungguh ia tidak ingin lagi mendengarnya. Hatinya terlalu sakit. Rencananya, gadis itu mengajak Ye Sung untuk mencari gaun pengantin dan cincin pernikahan. Ironisnya Hyun Jin akan memberikan contoh kartu undangan pernikahan mereka. Bukan, ia tidak memaksa kehendak hati dengan melakukan itu semua. Itu semua karena Ye Sung sulit untuk dihubungi.

Ye Sung menghela napas berat, bagaimanapun hasilnya nanti ia harus menetapi pilihan hatinya. Yeah, pilihan hatinya tanpa didasari logika yang mungkin harus memikirkan lagi. Tanpa didasari ego yang mungkin akan menyakiti hati semua orang. Walaupun sekarang ia sudah menyakiti Hyun Jin. Hal yang sangat tidak ingin ia lakukan. Cinta adalah keegoisan. Memang benar.

“Gadis itu Choi Ye Ra.” Hyun Jin membulatkan matanya. Ia sangat tidak percaya mengingat Ye Ra hanya sebatas sahabat bagi Ye Sung.

“Tidak mungkin!!” pekik Hyun Jin.

“Apa yang tidak mungkin menurutmu adalah mungkin untukku dan ini nyatanya, aku dan Ye Ra sudah menikah!!” ucapan Ye Sung barusan seperti sebuah tamparan bagi Hyun Jin.

Ye Ra duduk terdiam. Ia bersandar di sandaran kursi. Matanya menatap gamang ke arah namja di hadapannya. Namja yang telah menghilang tanpa kabar dan telah kembali di saat hatinya menetapkan seseorang.

“Chagi, ada yang kau pikirkan?” tanya namja itu. Ye Ra tidak menjawab, ia tidak tahu harus berbicara apa pada Eun Hyuk. Jemarinya ia tautkan satu sama lain dan terkadang ia menggigit jarinya. Satu kebiasaan jika gadis itu gelisah dan khawatir.
Eun Hyuk yang memang sudah tahu kebiasaan Ye Ra, menautkan kedua alisnya, menatap Ye Ra menyelidik.

“Oppa tidak akan memaksa jika kau tidak ingin bercerita.” Eun Hyuk mengulur kedua tangannya menggapai tangan Ye Ra dan menggenggamnya.

“Cincin? Sejak kapan cincin ini ada di jemarimu?” tanya Eun Hyuk ketika menyadari sebuah cincin yang melingkar di jari manis Ye Ra. Eun Hyuk menatap Ye Ra penuh curiga, sedangkan Ye Ra menundukkan kepalanya dalam dan menggigit bibir bawahnya. Ia tidak berani menatap kedua mata Eun Hyuk yang menyorotkan kekecewaan dan terluka.

“Siapa namja itu?” tanyanya dengan suara parau karena rahangnya sakit dan dadanya yang terasa sesak. Tangan kanannya terulur meraih dagu Ye Ra agar gadis itu melihatnya.

“Gwenchana, katakan saja.” Eun Hyuk tersenyum membuat Ye Ra takut menyakitinya. Takut menyakitinya? Bukankah ia secara tidak langsung menyakiti Eun Hyuk.

“Dia…namja itu…Ye Sung oppa,” ujar Ye Ra tergagap dan kembali menunduk.

“Sudah oppa duga. Sebenarnya kalian saling mencintai tanpa kalian sadari. Jika Ye Sung bisa membahagiakanmu, oppa harus bagaimana? Oppa hanya akan ikut bahagia. Kata orang, untuk apa kita bersama seseorang jika orang itu tidak bahagia dengan kita?” Eun Hyuk menghembuskan napasnya guna menetralkan rahangnya yang semakin sakit menahan tangis.

“Cinta itu bukan suatu benda yang harus kita miliki. Cinta itu seperti air, kita bisa merasakannya, tapi kita tak bisa menggenggamnya. Dan kau, kau telah menetapkan hatimu padanya. Mianhae jika selama kita menjalani hubungan, kau tak bahagia dengan oppa. Besok, oppa akan pergi ke Inggris. Tersenyumlah.” Ye Ra meneteskan air matanya, bukan karena apa. Ia sedih karena telah menyakiti hati seorang namja yang sangat mencintainya.
Eun Hyuk berdiri, ia meraih Ye Ra ke dalam pelukannya.

“Izinkan yang terakhir kalinya.” Eun Hyuk menghapus bulir matanya saat ia memeluk Ye Ra.
“Kau tahu? Selama satu minggu belakangan, aku merintis usaha yang kukelola sendiri tanpa campur tangan appa-ku. Itu semua karena agar aku bisa melamarmu,” gumam Eun Hyuk yang masih bias didengar oleh Ye Ra lalu ia mencium kening Ye Ra.

“Kkajja!! kuantar kau pulang.” Eun Hyuk menggenggam tangan Ye Ra. Genggaman terakhir kalinya dan akan mengenangnya dalam hati. Ye Sung menggenggam kuat android-nya di mana tertulis sebuah pesan bahwa istrinya dalam bahaya dari deretan nomor yang tak dikenal. Ia mendesis kesal. Ye Sung kalut. Ia melaju mobilnya dengan kecepatan penuh agar segera sampai di rumahnya. Tidak peduli akibat yang akan ditimbulkannya. Baginya keselamatan istrinya lebih berharga dari keselamatan dirinya.

August, 23rd 2012

11.00 KST P.M

 

Ye Sung yang masih menggenggam android-nya mencari sebuah nama di kontak teleponnya dan segera ia pasang earphone agar tetap fokus pada jalan. Lama Ye Sung menunggu, tapi tetap tak ada jawaban. Ia menggeram kesal. Ia bergumam sendiri kalau sampai istrinya tergores sedikit pun, ia akan menghabisi namja yang menyekap Ye Ra.

Ye Sung memarkirkan mobilnya asal. Segera ia membuka dan membanting pintu mobilnya. Rumahnya terlihat gelap. Ia yakin Ye Ra tidak akan membiarkan rumah mereka gelap dan pintu tidak terkunci.

“Ra-ya,” pekik Ye Sung sembari menyalakan saklar dan ia terperangah melihat ruang depan yang berantakan. Segera ia naik ke lantai 2 membuka kasar pintu kamar Ye Ra. Hatinya semakin tidak tenang saat melihat kamar gadis itu lebih berantakan dan terlihat percikan darah yang terciprat di dinding kamar juga di lantai. Ye Sung hendak berbalik ketika android-nya kembali berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.
Ikuti arah panah itu dan lakukan apa perintahnya. Jika tidak ingin istrimu dalam bahaya.

Ye Sung mencari arah panah yang dimaksud. Sungguh ini pertama kalinya ia khawatir berlebihan pada Ye Ra. Gadis yang baru disadari ada di hatinya. Pandangan Ye Sung tertumbuk pada ponsel Ye Ra yang tergeletak di bed-nya. Ye Sung mengambilnya dan mengecek semua pesan masuk dan panggilan terakhir di ponsel Ye Ra.

Ye Sung menggeram, pasalnya nama yang terakhir masuk adalah Eun Hyuk. Ye Sung kembali mencari tanda yang dimaksud dan akhirnya ia menemukan tanda panah yang terbuat dari butiran pasir yang tertempel di pintu.

“Aku rasa, aku tidak melihatnya tadi,” gumam Ye Sung bersamaan dengan datangnya seorang namja bertubuh tegap dan tinggi menodongkan pistol di belakang kepala Ye Sung.

“Jangan berbalik atau aku akan menembakmu dan kau tidak akan bisa bertemu dengan istri tercintamu lagi,” ujar namja itu tegas sebelum Ye Sung berbalik melihatnya. Ye Sung tersentak. Ia teringat akan pesan dari seorang namja yang diyakini Ye Sung adalah Eun Hyuk bahwa ia harus menuruti apa yang orang itu perintahkan jika tidak ingin Ye Ra dalam bahaya.

“Cepat jalan!!” Ye Sung menurutinya. Ia berjalan keluar dari kamar Ye Ra dan terus menuruti perintah namja itu sampai mereka tiba di padang rumput di depan rumah Ye Sung.
Ye Sung terkesiap ketika ia mendengar jeritan ketakutan Ye Ra. Ia berusaha melepaskan diri dari namja di belakangnya dan berlari mencari Ye Ra. Tepat ketika ia akan berlari lampu taman dihidupkan dan Ye Sung terpaku melihat rangkaian kata cinta dari mawar yang bermacam warna.

Ye Sung melihat sosok gadis berbalut dress terusan berwarna putih dan tatanan rambut yang dibentuk ikal tergerai. Wajah yang ditaburi make-up tipis juga kaki jenjangnya yang beralaskan high heels berwarna putih bening membuatnya terlihat cantik di bawah pantulan cahaya rembulan dan cahaya lampu taman. Gadis itu memberi sign saranghae dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya membawakan cake ulang tahun yang di atasnya terdapat angka 29. Di belakang gadis itu muncul kedua orang tuanya dan kedua mertuanya. Ye Sung berbalik dan ia mendapat semprotan air dari pistol mainan yang dipegang Seul Woo sebagai alat untuk menakuti Ye Sung.

“Saengil Chukkae yeobo,” ujar Ye Ra dengan senyuman lebar. Ye Sung speechless, tapi tak urung langsung menarik Ye Ra ke dalam pelukannya. Seul Woo yang tahu Ye Ra kehilangan keseimbangannya karena pelukan mendadak Ye Sung segera menyelamatkan cake ulang tahun.

“Setidaknya jangan kau jatuhkan kue ini. Bukankah kau merengek minta diajari membuat kue ini pada eomma,” ujar Seul Woo dengan wajah tanpa dosa dan membuat Ye Sung melepaskan pelukannya kemudian ia terkekeh melihat Ye Ra yang melotot pada kakaknya, tapi diacuhkan oleh Si Won.

“Benarkah itu?” tanya Ye Sung dengan seringaian menggoda.

“Apa kau mencintaiku??” Ye Ra gugup oleh pertanyaan Ye Sung.

“Kenapa tidak menjawab?” Ye Sung kembali menggoda. Ye Ra menghembuskan napas sebelum menjawab pertanyaan Ye Sung.

“Kau mungkin bukan yang pertama untukku, tapi kau adalah suamiku. Suami yang akan menjadi yang terakhir untukku. Cintaku yang tersembunyi. Tersembunyi oleh sifat dan gengsi. Kau akan menjadi cintaku yang terakhir. Sekarang, besok atau selamanya.”

“Maafkan aku karena aku baru menyadarinya 2 minggu terakhir.
Maafkan aku karena aku tidak jujur padamu bahwa aku cemburu ketika kau menyebut nama Hyun Jin. Maafkan aku karena aku menutupi perasaanku. Maafkan aku karena aku mencintaimu. Maafkan aku karena dengan egonya aku ingin kau terus di sampingku. Berjalan melewati hidup. Beriringan seirama. Menggenggam satu sama lain,” ujar Ye Ra tulus membuat Ye Sung tersenyum. Perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Niatnya yang ingin mengungkapkan perasaannya pada Ye Ra justru berbalas manis.

“Jika cinta suatu kesalahan sehingga kau harus meminta maaf, maka aku juga akan meminta maaf padamu karena aku juga mencintaimu. Menyadari semua ini ketika kita bersama. Cemburu saat kau bercerita bahwa kau merindukan namja lain.” Ye Sung memeluk Ye Ra dalam dan mencium puncak kepala Ye Ra. Ye Ra menangis haru sedangkan Seul Woo dan kedua orang tua mereka ikut tersenyum. Ye Sung melepaskan pelukannya dan menatap tajam Ye Ra tampak mengintimidasi.

“Jelaskan padaku tentang isi rumah yang berantakan dan bercak darah di kamarmu!!” ujar Ye Sung membuat Ye Ra terkekeh.

FLASHBACK

August, 22nd 2012

Ye Ra bergegas memarkirkan mobilnya dengan lembut di pelataran rumah orang tuanya. Ia menekan password rumahnya dan langsung berjalan menuju taman belakang. Terlihat Nyonya Choi sedang merawat bunga-bunga di taman itu dan Ye Ra segera menghambur ke pelukan Nyonya Choi. Nyonya Choi tersentak, ia membalikkan badannya dan tersenyum saat tahu siapa yang memeluknya.

“Chagi, kapan kau datang?” tanya Nyonya Choi lembut sembari membelai rambut Ye Ra.

“Baru saja. Eomma…” rengek Ye Ra yang langsung membuat Nyonya Choi menyipitkan matanya.

“Pantas kau begitu manja. Ada maunya.”Nyonya Choi mencubit hidung Ye Ra.
“Ajari aku membuat kue untuk ulang tahun Ye Sung oppa.”Nyonya Choi terkekeh sedangkan Si Won yang baru datang sudah menertawakan adiknya itu. Ye Ra mengerucutkan bibirnya.
August, 23rd 2012

10.30 A.M KST

Ye Ra berkutat di dapur hanya untuk membuat kue ulang tahun untuk suaminya.
PRANG

“Aish!! Jinjja!! Ah, menyesal aku dulu tidak mau belajar membuat kue dengan eomma. Oppa…” pekik Ye Ra dan tak berlangsung lama datanglah sosok namja tampan memakai t-shirt berwarna biru.

“Yak!! Berhenti berteriak di rumahmu!! Oh astagaaa… Ra-ya kenapa bisa berantakan seperti ini?” ceroco Si Won saat sudah di ambang pintu dapur. Ye Ra hanya nyengir kuda sembari angkat kedua jarinya membentuk huruf V ketika melihat tatapan kesal Si Won.

“Sini oppa bantu!!” Si Won mengambil celemek yang tergantung dan memakainya.
Saat Ye Ra mulai mencampurkan bahan dan membuatnya menjadi adonan, ponsel Ye Ra berbunyi. Ye Ra mengambil ponsel itu di dalam kantong celemek. Ia mencelos saat tahu siapa yang meneleponnya. Si Won yang menyadari perubahan raut wajah adiknya melongok sebentar dan tersenyum.

“Angkat saja. Setidaknya kau harus jelaskan padanya tentang pernikahanmu dengan Ye Sung hyung. Kau tidak ingin bukan jika pada akhirnya Eun Hyuk merasa dibohongi??”

“Tapi oppa, aku telah mengkhianatinya.”

“Chagi cinta itu tidak bisa ditebak. Katakan saja dulu padanya dan kau akan tahu hasilnya.” Ye Ra memikirkan ucapan Si Won lalu ia mengangguk dan mengangkat telepon dari Eun Hyuk.

“Oppa, membuat kuenya dihentikan dulu, ne? Nanti ketika aku pulang setelah bertemu dengan Eun Hyuk kita lanjutkan,” ujarnya setelah memutuskan sambungan telepon.

“Apa nanti suamimu tidak pulang cepat?”

“Annia, dia menemui Hyun Jin.” Ye Ra memelankan suaranya ketika mengucap nama Hyun Jin. Entahlah, hatinya terasa sesak.

“Kkajja, kita atur rencana kita.” Ye Ra berusaha tersenyum dan menarik tangan Seul Woo untuk menuju ke kamarnya.

“Kenapa harus merencanakan ini sih? Kau istri yang paling gila membuat suaminya shock!! Masa kamar sendiri dibuat berantakan dan diciprati obat merah?? Kenapa tidak sekalian darah saja?” cerocos Si Won sembari memasang ukiran pasir di pintu kamar Ye Ra.

“Aish!! Kau ini namja atau yeoja sih!! Cerewet sekali!!” cibir Ye Ra sembari mengacak-acak sprei.

“Lagipula aku tidak kuat bau darah!!” “Lalu jika kau tidak kuat bau darah kenapa melakukan ini? Sama saja bukan? Sama-sama membersihkan!!” Ye Ra hanya mendengus kesal.

“Aku pergi oppa…” ucapnya sembari berlalu dari hadapan Siwon yang mungkin akan terus berceloteh tidak jelas padanya.
FLASHBACK END

“Jadi kau menemui Eun Hyuk?? Kenapa tidak izin padaku terlebih dahulu?!” Ye Sung menyipitkan matanya.

“Kyaaaa hentikan..gel..geli oppa,” ucap Ye Ra saat Ye Sung terus saja menggelitikinya tanpa ampun.

“Lepaskan tanganmu dari tubuh calon istriku, Ye Sung-ssi!!!” pekik Eun Hyuk tiba-tiba sembari membawa sebuah pisau membuat Ye Ra menegang dan Ye Sung yang melepaskan tangannya dari tubuh Ye Ra lalu lempar pandang dengannya.

“Eun Hyuk oppa, sudahlah hentikan!!” ujar seorang gadis memakai dress berwarna ungu berlengan pendek. Ye Sung terhenyak melihat gadis yang ternyata Jung Hyun Jin itu tiba-tiba datang. Dan yang menambah keterkejutan mereka adalah Hyun Jin memanggil akrab Eun Hyuk. Apa yang sebenarnya terjadi?

Hyun Jin dan Eun Hyuk terkekeh melihat tampang bodoh Ye Sung dan Ye Ra. Mengerti dengan ‘kediaman’ mereka. Eun Hyuk segera menjelaskan semuanya.

“Hhahaha kalau kalian ada cermin, kusarankan untuk cepat melihat tampang kalian yang pasti akan terkejut,” ujar Eun Hyuk bertele-tele membuat Ye Ra mendelik ke arahnya.
“Kkajja ceritakan yang sebenarnya!! Aku merasa ada yang aneh di sini!!” selidik Ye Ra dengan tatapan tajam membuat Eun Hyuk bergidig ngeri.

“Eoh?? Ini…in… Ah sudah hentikan tatapan menakutkanmu itu Ye Ra-ssi.” Ye Ra menautkan alisnya karena panggilan Eun Hyuk yang ditambah embel-embel -ssi.

“Aku dan Hyun Jin sebenarnya adalah sepasang kekasih. Kami diminta oleh Seul Woo sahabatku untuk mengerjaimu dan Ye Sung-ssi.” Ye Sumg dan Ye Ra menelan ludah dan mendelik kesal ke arah Si Won.

“Nde, kami diminta olehnya untuk mendekati kalian agar kalian menyadari cinta yang ada di hati kalian. Kami kira cuma sebentar. Tapi ternyata karena ke-gengsian kalian berdua kami harus memakan waktu 3 bulan,” tambah Hyun Jin sembari terkekeh sendiri karena mengingat rencana mereka.

“Oppa… Mati kau!!” Ye Ra bersiap mengambil kue dari tangan Seul Woo dan mencoba melemparnya.

“YAK! Ra-ya, tunggu sampai aku memakan kue buatanmu itu!!!” pekik Ye Sung sembari mencegat tangan Ye Ra.

“Anni…ini rencana eomma dan eomma Kim,” sungut Si Won membuat Ye Sung-Ye Ra menatap speechless kedua orang tua mereka.

“Lalu kenapa kau bawa pisau oppa?” tanya Ye Ra setelah menyadari Eun Hyuk membawa pisau.

“Oh ini. Ini pisau pemotong kue. Tidak etis kan kalau memotong kue tanpa pisau. Aku yakin kau melupakannya.” Ye Ra menepuk keningnya dan hanya nyengir kuda.

Ye Sung menggandeng Ye Ra menuju kamarnya setelah mereka mengantar kedua orang tua mereka, Si Won, Eun Hyuk dan Hyun Jin pulang.

Mereka terus saja tersenyum, seperti pertama kali mereka pacaran saja. Udara dini hari tidak menyurutkan niat mereka untuk berdiri di beranda kamar Ye Sung.

“Kau menyukainya oppa?” tanya Ye Ra sembari memejamkan matanya merasakan terpaan angin malam. Ye Sung hanya diam. Namja itu hanya memandang lekat wajah Ye Ra.

“Kukira hanya kau saja yang dijahili, ternyata kita dijahili oleh eommadeul kita.” Ye Ra terkekeh lalu menoleh ke arah Ye Sung. Ye Ra tertegun saat melihat manik mata Ye Sung menghujam tajam manik matanya. Tanpa mereka sadari jarak mereka hanya beberapa centi hingga hidung mereka yang mancung menyatu.

“Aku mencintaimu. Nae mamsoge ojik neo. Ne mamsoge ojik na,” ujar Ye Sung membuat hembusan napasnya menyapu wajah Ye Ra. Entah siapa yang memulai. Bibir mereka menyatu saling melumat satu sama lain. Ye Sung memiringkan kepalanya sedangkan Ye Ra yang tingginya lebih pendek dari Ye Sung, menjinjitkan kakinya agar tinggi mereka setara. Tangan Ye Sung yang semula menggenggam tangan istrinya beralih memegang pinggangnya merekatkan tubuh Ye Ra ke pelukannya. Tangan kanan Ye Sung mengelus punggung Ye Ra. Tangan Ye Ra juga sama, kedua tangannya ia letakkan di punggung Ye Sung. Ciuman pertama mereka.

Ye Sung mengakhiri ciumannya dan hanya memeluk Ye Ra.
“Ini adalah hari ulang tahunku. Bolehkah aku meminta kado darimu, chagi?” bisiknya membuat Ye Ra geli.

“Apapun itu, aku penuhi,” ucapnya yang masih menenggelamkan kepalanya di dada Ye Sung menghirup dalam-dalam aroma Brit for Men dari Burberry yang akan terus ia kenali. Aroma yang untuk pertama kalinya ia hirup dengan status istri sah dari Kim Ye Sung seorang Kpop Star yang mempunyai suara dari surga. Sebutan yang Ye Ra sendiri yang menamainya. Voice of Heaven.

Setelah mendapat persetujuan dari Ye Ra, Ye Sung melepaskan pelukannya dan menatap seduktif Ye Ra yang hanya bergidig ngeri lalu tanpa sadar membentuk tanda X di depan dadanya. Ye Sung semakin mendekati Ye Ra yang terus berjalan mundur sampai menabrak dinding beranda kamarnya. Ye Sung terkekeh melihat wajah pucat Ye Ra lalu ia menyentil kening Ye Ra dan berbisik padanya.

“Apa yang kau pikirkan Nyonya Choi??” Ye Sung menyipitkan matanya berusaha menebak apa yang dipikirkan Ye Ra.

“A…ann..anniya,” ucapnya sedikit tergagap. Sungguh Ye Sung mempermainkannya. Tidak tahukah kalau sikapnya tadi membuat jantung Ye Ra bekerja dua kali lipat? Tidak tahukah kalau sikapnya tadi membuat dirinya hampir mati kehabisan oksigen karena wajah tampannya yang terus semakin tampan??

“Kalau kau memikirkan ‘itu’, aku juga mau melakukannya sekarang.”
PLETAK

“Yak!! Sakit babo! Aish! Jinjja!!” pekik Ye Sung sembari mengelus kepalanya karena dijitak Ye Ra.

“Dasar otak mesum!!” cibir Ye Ra lalu berjalan ke dalam kamar Ye Sung.

“Yak!! Siapa yang otak mesum? Lagipula wajar bukan? Aku ini suamimu!!” Ye Ra menghentikan langkahnya dan entah kenapa pipinya tiba-tiba panas dan memerah setelah mendengar kalimat terakhir Ye Sung.

“Aku hanya meminta Kkoming tinggal bersama kita. Aku dan Ddangko’s brother merindukannya,” ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya.

“Andwae!! Aku takut anjing. Lagipula ada Mei-Mei di sini. Mana ada sejarah anjing dan kucing tinggal serumah?” tolak Ye Ra ketika ia sudah membalikkan badannya dan mendelik ke arah Ye Sung.

“Katanya apapun itu, aku akan memenuhinya,” sindir Ye Sung.

“Ah,,lakukan apa yang kau mau!!!” sungut Ye Ra kesal dan ia berniat membuka pintu sampai ada bulu-bulu halus mengitari kakinya.

Ye Ra berusaha santai menghadapinya karena ia yakin itu adalah Mei-Mei. Alangkah terkejutnya Ye Ra saat ia melihat ke bawah justru Kkoming.

“Kyaaaa….Ye Sung gila…” pekik Ye Ra yang reflek berlari ke arah Ye Sung dan memeluknya.

Ye Sung sendiri sudah tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya ia tahu rencana kejutan yang direncanakan oleh Ye Ra sehingga dengan sengaja ia sudah membawa Kkoming ke rumahnya. Sebagai alat untuk menjahili istrinya.

EPILOG

 

“Setidaknya rencan besar kita yang kedua berhasil, besanku….” Uja Nyonya Choi sembari menepuk punggung tangan Nyonya Kim yang duduk bersebelahan ketika mereka berada di mobil dalam perjalanan pulang.

“Nde, aku tak bias bayangkan jika mereka tahu kalau saat mereka kepergol tidur bersama adalah ulah kita yang mencampur obat tidur di the mereka. Kekekeke,”

“Nde, saat itu wajah mereka seperti maling yang ketahuan mencuri. Sungguh lucu.” Mereka pun terkekeh sedangkan suami mereka hanya geleng-geleng kepala.